Ukraina Klaim Hancurkan Markas Besar Tentara Bayaran Rusia Wagner Group

Senin, 12 Desember 2022 - 15:18 WIB
loading...
Ukraina Klaim Hancurkan...
Ukraina klaim pasukannya telah menghancurkan markas besar tentara bayaran Rusia,Wagner Group, di Luhansk pada hari Minggu. Foto/Serhiy Haidai via BBC
A A A
KIEV - Pasukan Ukraina telah menghancurkan markas besar kelompok tentara bayaran Rusia ; Wagner Group, pada hari Minggu. Demikian klaim kata gubernur Ukraina untuk wilayah Luhansk, Serhiy Haidai, Senin (12/12/2022).

Serhiy Haidai memang menjabat sebagai gubernur Luhansk, tapi dia tidak berada di wilayah tersebut atau dalam posisi terasing karena wilayah itu telah bergabung dengan Federasi Rusia—yang menurut Kiev dan Barat adalah aneksasi ilegal.

Haidadi mengatakan sebuah markas besar Wagner Group yang diserang adalah hotel di Kadiivka, Luhansk, tempat kelompok itu bertemu. Menurutnya, serangan itu membuat Wagner Group mengalami kerugian besar.

Klaim keberadaan Wagner Group di hotel itu belum bisa diverifikasi secara independen.



Pertempuran juga berkecamuk di Ukraina selatan selama akhir pekan, di mana pasukan Rusia menargetkan Odesa dan pasukan Ukraina membombardir target di kota Melitopol yang diduduki pasukan Moskow.

Menurut para pakar Barat, seperti dikutip BBC, Wagner Group adalah tentara bayaran yang disponsori negara yang bertindak untuk kepentingan Kremlin.

Perusahaan militer swasta itu didirikan oleh Yevgeny Prigozhin, mantan pemilik restoran dan rekan dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Prigozhin telah berulang kali dituduh melakukan kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia.

Unit Wagner Group sebelumnya telah dikerahkan di Crimea, Suriah, Libya, Mali, dan Republik Afrika Tengah.

Dalam serangan Kadiivka, Haidai mengatakan Rusia telah menderita kerugian yang signifikan dan dia memperkirakan setidaknya 50% dari pasukan yang selamat akan mati karena kurangnya perawatan medis.



Pada hari Sabtu, tentara Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 10 drone, dengan lima lainnya mengenai fasilitas energi di kota pelabuhan Odesa—menyebabkan sekitar 1,5 juta orang hidup tanpa listrik.

"Situasi di wilayah Odesa sangat sulit," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato video malamnya.

"Sayangnya serangannya kritis, jadi butuh lebih dari sekedar waktu untuk memulihkan listrik. Tidak perlu berjam-jam, tapi beberapa hari."

Menurut para pejabat Ukraina, infrastruktur utama dihantam oleh drone buatan Iran yang dioperasikan Rusia.

Di Melitopol, otoritas pro-Moskow mengatakan serangan rudal Ukraina telah menewaskan dua orang dan melukai 10 orang. Gambar yang dibagikan oleh seorang pejabat setempat yang ditunjuk Kremlin menunjukkan kebakaran besar.

"Sistem pertahanan udara menghancurkan dua rudal, empat mencapai target mereka," kata Yevgeny Balitsky, gubernur setempat yang ditunjuk Rusia, di Telegram.

Dia menambahkan bahwa pusat rekreasi tempat orang-orang makan telah dihancurkan dalam serangan itu, dan pasukan Ukraina menggunakan peluncur roket HIMARS yang dipasok Amerika Serikat.

Senjata ini telah memainkan peran kunci dalam serangan balik Ukraina, digunakan untuk menargetkan lokasi yang jauh dari garis depan, termasuk pos komando Rusia.

Ivan Fedorov, walikota Melitopol yang diasingkan, mengatakan puluhan "penjajah" telah tewas.

Melitopol telah diduduki pasukan Rusia sejak awal Maret dan merupakan pusat logistik utama bagi pasukan Moskow di tenggara Ukraina.

Kota yang berada di wilayah Zaporizhzhia ini berlokasi strategis di antara Mariupol di timur, Kherson dan Sungai Dnipro di barat, serta Crimea di selatan.

Ukraina mengatakan upayanya untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Rusia terus berlanjut, meski musim dingin tiba.

Dalam beberapa pekan terakhir, sebagian besar pertempuran terjadi di bagian timur negara itu, terutama di sekitar kota Bakhmut di wilayah Donetsk.

Namun pada Sabtu malam, Oleksiy Arestovych, penasihat Presiden Zelensky, mengindikasikan bahwa Melitopol bisa menjadi sasaran utama pasukan Ukraina.

"Jika Melitopol jatuh, seluruh garis pertahanan sampai ke Kherson runtuh," katanya dalam sebuah wawancara.

"Jika itu terjadi, pasukan Ukraina akan mendapatkan rute langsung ke Crimea," katanya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1419 seconds (0.1#10.140)