Strategi Swedia Perangi Covid-19 dengan Lindungi Kaum Manula

Selasa, 14 April 2020 - 09:30 WIB
loading...
Strategi Swedia Perangi...
Ketika sebagian Eropa masih menjalani isolasi wilayah dalam menghadapi virus corona (Covid-19), hal berbeda ditunjukkan Swedia. Restoran dan bar di negara Skandinavia tersebut tetap buka. Tempat bermain dan sekolah tetap beroperasi dengan normal. Foto/Reu
A A A
STOCKHOLM - Ketika sebagian Eropa masih menjalani isolasi wilayah dalam menghadapi virus corona (Covid-19), hal berbeda ditunjukkan Swedia. Restoran dan bar di negara Skandinavia tersebut tetap buka. Tempat bermain dan sekolah tetap beroperasi dengan normal.

Apa yang diandalkan Swedia? Pemerintah hanya bergantung pada tindakan sukarela warganya untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Tindakan kontroversial Swedia tersebut disebut dengan herd (kawanan) atau kekebalan kelompok seperti disebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump pun mengejek kebijakan tersebut karena dia memprediksi Swedia akan mengalami hal buruk.

Tapi, Pemerintah Swedia tetap percaya diri bahwa kebijakan itu akan bekerja. Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde mengungkapkan, apa yang diungkapkan Trump itu salah. “Swedia mengikuti teori kekebalan kelompok yang membiarkan orang bisa menangkap virus untuk melindungi dari kelemahan dan populasi negara itu akan membangun imunitas terhadap penyakit,” katanya, kepada Swedish TV.

Strategi yang diterapkan Swedia, menurut Linde, tidak ada isolasi wilayah. “Kita bergantung dengan tanggung jawab masyarakatnya,” ujarnya.

Anders Tegnell, pakar epidemi di Swedia, apa yang dilakukan masyarakat justru baik. “Itu menghasilkan hasil berkualitas. Fasilitas kesehatan Swedia juga bisa menangani pandemi dengan cara yang hebat,” tuturnya.

Otoritas Swedia juga masih mengizinkan pertemuan dalam jumlah besar tidak seperti negara Eropa lainnya. Dua hari setelah Spanyol memberlakukan isolasi wilayah pada 14 Maret lalu, Pemerintah Swedia hanya meminta warganya rajin mencuci tangan dan bertahan di rumah jika sakit. Pada 24 Maret, Pemerintah Swedia baru melarang warganya berkumpul di bar dan restoran. Tapi, fasilitas publik masih tetap buka.

Tegnell membela keputusan sekolah bisa menjalankan aktivitas. “Penutupan sekolah menjadikan dampak pada kesehatan karena banyak orang tidak lagi kembali bekerja. Banyak anak-anak semakin menderita karena mereka tidak pergi ke sekolah,” ujarnya.

Elisabeth Liden, seorang jurnalis di Stockholm, mengungkapkan ibu kota kini tidak terlalu padat. Kereta bawah tanah juga tidak terlalu padat. Sebagian warganya mematuhi rekomendasi untuk menjaga jarak. “Banyak warga Swedia tidak lagi mencium pasangannya. Mereka juga tidak menggelar pesta Paskah,” katanya.

Fokus Swedia adalah melindungi komunitas manula. Orang yang berusia di atas 70 tahun diminta tinggal di rumah dan membatasi kontak fisik. Seorang pejabat Swedia mengungkapkan, banyak warga marah karena dilarang mengujungi panti jompo. “Virus korona umumnya menyebar luas kepada orang manula dan menyebabkan jumlah korban bertambah banyak,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Anehnya, kebijakan Swedia itu justru dipandang skeptis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Mereka mengatakan, rendahnya penyebaran virus Covid-19 di Swedia karena peningkatan kapasitas sistem kesehatan, jaga jarak, dan komunikasi yang baik dengan masyarakat. “Seluruh masyarakat bekerja mencegah peningkatan skala infeksi,” ungkap juru bicara WHO di Eropa.

Apa yang dilakukan Pemerintah Swedia tak didukung ilmuwan di negara tersebut. Beberapa dokter Swedia menulis surat terbuka agar warga menghindari pertemuan di bar dan pusat perbelanjaan. “Kita belum menang dalam pertempuran ini. Ini mengerikan,” ucap Cecilia Soderberg-Naucler, pakar virus di Institut Karolinska, Swedia. Dia tetap menyarankan isolasi di Swedia. (Andika H Mustaqim)
(yuds)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Eks Bos CDC Klaim Peran...
Eks Bos CDC Klaim Peran Penting AS dalam Memulai Pandemi Covid
Keputusan China Akhiri...
Keputusan China Akhiri 'Nol Covid-19' Diduga Picu 1,9 Juta Ekses Kematian
Jejak Panjang Pandemi...
Jejak Panjang Pandemi Covid-19: dari Muncul di Wuhan hingga Dinyatakan Berakhir
WHO: Covid-19 Sudah...
WHO: Covid-19 Sudah Berakhir
Bukan Kebocoran Lab,...
Bukan Kebocoran Lab, Data Baru Kaitkan Virus Covid-19 Berasal dari Binatang Ini
Waduh! 80% Populasi...
Waduh! 80% Populasi China Telah Terinfeksi Covid-19
Turun Level, Jepang...
Turun Level, Jepang Pertimbangkan Covid-19 Sebagai Flu Musiman
Rusia Akan Tempatkan...
Rusia Akan Tempatkan Pesawat Militer di Papua, Australia Minta Penjelasan Indonesia
Arab Saudi Kirim 24...
Arab Saudi Kirim 24 Dokter dan Perawat ke Suriah, Lakukan 95 Operasi Jantung
Rekomendasi
7 Persamaan Nabi Isa...
7 Persamaan Nabi Isa dan Yesus
IHSG Terus Menanjak...
IHSG Terus Menanjak Naik, Pagi Ini Dibuka Sentuh 6.452
Sinopsis Sinetron Kau...
Sinopsis Sinetron Kau Ditakdirkan Untukku Eps 3: Demi Adiknya, Alya Bersedia Menikah dengan Devan
Berita Terkini
Haji 2025: 5 Aturan...
Haji 2025: 5 Aturan Penting yang Perlu Anda Ketahui
14 menit yang lalu
5 Fakta Arab Saudi Mediasi...
5 Fakta Arab Saudi Mediasi Perundingan Amerika Serikat dan Rusia untuk Akhiri Perang Ukraina
58 menit yang lalu
Profil Sayyida Ahad...
Profil Sayyida Ahad binti Abdullah, Istri Raja Oman yang Menginspirasi Perempuan Arab
1 jam yang lalu
Iran Ungkap Rincian...
Iran Ungkap Rincian Tuntutan dalam Negosiasi Nuklir
2 jam yang lalu
Kisah Luar Biasa Juliane...
Kisah Luar Biasa Juliane Koepcke, Remaja yang Jatuh 10.000 Kaki dari Pesawat dan Bisa Selamat
3 jam yang lalu
Abu Ubaidah: Israel...
Abu Ubaidah: Israel Mungkin telah Membunuh Sandera Warga AS Edan Alexander
4 jam yang lalu
Infografis
10 Kota dengan Konsumsi...
10 Kota dengan Konsumsi Gorengan Tertinggi di Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved