Suhu Turun Drastis, Anggota Parlemen Jerman Kedinginan di Tempat Kerja

Senin, 28 November 2022 - 19:02 WIB
loading...
Suhu Turun Drastis,...
Manusia salju kecil berdiri di alun-alun Gendarmenmarkt setelah salju turun di Berlin, Jerman. Foto/REUTERS
A A A
BERLIN - Dengan dimulainya cuaca yang lebih dingin, para anggota parlemen di parlemen Jerman berjuang untuk tetap hangat di tempat kerja mereka.

Kabar tersebut diungkap Der Spiegel. Saat ini parlemen, Bundestag, membatasi konsumsi energinya di tengah krisis.

“Beberapa anggota parlemen mengeluh bahwa kondisi seperti itu menimbulkan risiko kesehatan,” papar laporan Der Spiegel pada Jumat (25/11/2022).



Dalam artikel berjudul “Zaman Es di Parlemen”, majalah tersebut menyebutkan beberapa menteri dan anggota parlemen telah mengenakan pullover turtleneck di bawah jaket dan selendang di kantor.

Menurut Der Spiegel, "Telah menjadi dingin di Bundestag, sangat dingin."

Outlet tersebut mengutip anggota parlemen dari Partai Hijau Renate Kuenast yang mengeluh, “Saya duduk dengan jaket di kantor dan terus-menerus berlarian. Namun demikian, setelah beberapa saat hidung saya sudah dingin.”



Suhu di dalam gedung parlemen Jerman dikatakan telah turun secara signifikan lebih dari sepekan yang lalu.

Di kantor Kuenast, termostat menunjukkan 18,2 derajat Celsius, meskipun dia mengatakan hari sebelumnya bahkan lebih dingin.

Mantan menteri pertanian itu menambahkan beberapa rekannya bahkan lebih buruk di tempat kerja mereka, berpotensi membahayakan kesehatan mereka.

Sesuai undang-undang penghematan energi yang diusulkan wakil kanselir dan menteri untuk urusan ekonomi dan aksi iklim Robert Habeck, disahkan parlemen pada Agustus, suhu di gedung pemerintah non-perumahan, termasuk Bundestag, harus dijaga pada 19 derajat Celsius, dengan lorong ruangan yang tidak dipanaskan sama sekali.

Laporan Der Spiegel muncul di tengah krisis energi akut di Jerman karena UE telah berusaha menghentikan pasokan energi Rusia.

Setelah operasi militer Moskow di Ukraina, negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia. Namun, pembatasan menyebabkan meroketnya harga gas di Uni Eropa (UE).

Menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, kebijakan ini akan menimbulkan "konsekuensi yang sangat menyedihkan" bagi blok tersebut, dengan deindustrialisasi hingga 20 tahun ke depan.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1236 seconds (0.1#10.140)