AS Kecewa Berat atas Komentar Presiden Palestina Abbas pada Putin
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Gedung Putih “sangat kecewa” pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas karena telah menyuarakan ketidakpercayaan tentang upaya diplomatik Washington untuk menyelesaikan konflik Palestina dan Israel.
Abbas justru memuji sikap Rusia tentang masalah ini. Kekecewaan itu diungkapkan juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS mengatakan kepada Axios pada Sabtu (15/10/2022).
Pada Kamis, ketika Abbas memuji "posisi yang jelas" Rusia tentang penyelesaian damai antara Palestina dan Israel, dia menegaskan kembali dukungannya untuk apa yang disebut Kuartet di Timur Tengah, kerangka kerja mediator yang mencakup Rusia, AS, PBB, dan Uni Eropa.
Namun, Abbas mencatat bahwa Washington tidak bisa menjadi satu-satunya mediator.
“Kami tidak mempercayai Amerika dan Anda tahu posisi kami… dalam situasi apa pun kami tidak dapat menerima bahwa Amerika adalah satu-satunya pihak dalam menyelesaikan masalah,” ujar Abbas kepada Putin di sela-sela Konferensi tentang Tindakan Membangun Interaksi dan Kepercayaan di Asia di Astana, Kazakhstan.
Abbas juga memuji Rusia karena “berdiri dengan keadilan dan hukum internasional.”
Menurut dua sumber Axios, para pejabat di pemerintahan Presiden AS Joe Biden “marah” atas pernyataan Abbas dan menyampaikan sentimen ini kepada para penasihatnya.
Juru bicara NSC mengatakan kepada outlet itu bahwa, “Kami sangat kecewa mendengar pernyataan Presiden Abbas kepada Presiden Putin.”
“Rusia TIDAK membela keadilan dan hukum internasional, sebagaimana dibuktikan oleh pemungutan suara terakhir di Majelis Umum PBB,” tegas juru bicara itu.
Juru bicara itu merujuk pada resolusi baru-baru ini yang menolak referendum di empat bekas wilayah Ukraina yang sebagian besar memilih bergabung dengan Rusia.
Juru bicara itu juga mengecam Putin sebagai “jauh dari tipe mitra internasional” yang dapat membantu menyelesaikan konflik Israel-Palestina, berbeda dengan Biden, yang “telah menunjukkan komitmen AS selama beberapa dekade untuk mencari solusi kreatif.”
Pernyataan juru bicara itu muncul sepekan setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu pejabat tinggi Palestina Hussein Al-Sheikh untuk membahas stabilitas regional.
Pertemuan ini mengikuti pembicaraan Juli antara Biden dan Abbas di mana dia mengkonfirmasi komitmennya terhadap gagasan menciptakan negara Palestina yang merdeka.
Namun, dia menjawab “tidak tepat pada saat ini” untuk pertanyaan memulai kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, yang dijawab oleh Abbas bahwa peluang untuk solusi dua negara mungkin akan hilang.
Analis menyarankan bahwa pemimpin AS itu berusaha memperbaiki hubungan dengan Palestina setelah pendahulunya Donald Trump mengejar kebijakan yang lebih menguntungkan Israel.
Rusia dan Palestina, bagaimanapun, telah memiliki hubungan yang hangat selama bertahun-tahun. Abbas telah mengunjungi Rusia lebih dari selusin kali.
Abbas justru memuji sikap Rusia tentang masalah ini. Kekecewaan itu diungkapkan juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS mengatakan kepada Axios pada Sabtu (15/10/2022).
Pada Kamis, ketika Abbas memuji "posisi yang jelas" Rusia tentang penyelesaian damai antara Palestina dan Israel, dia menegaskan kembali dukungannya untuk apa yang disebut Kuartet di Timur Tengah, kerangka kerja mediator yang mencakup Rusia, AS, PBB, dan Uni Eropa.
Namun, Abbas mencatat bahwa Washington tidak bisa menjadi satu-satunya mediator.
“Kami tidak mempercayai Amerika dan Anda tahu posisi kami… dalam situasi apa pun kami tidak dapat menerima bahwa Amerika adalah satu-satunya pihak dalam menyelesaikan masalah,” ujar Abbas kepada Putin di sela-sela Konferensi tentang Tindakan Membangun Interaksi dan Kepercayaan di Asia di Astana, Kazakhstan.
Abbas juga memuji Rusia karena “berdiri dengan keadilan dan hukum internasional.”
Menurut dua sumber Axios, para pejabat di pemerintahan Presiden AS Joe Biden “marah” atas pernyataan Abbas dan menyampaikan sentimen ini kepada para penasihatnya.
Juru bicara NSC mengatakan kepada outlet itu bahwa, “Kami sangat kecewa mendengar pernyataan Presiden Abbas kepada Presiden Putin.”
“Rusia TIDAK membela keadilan dan hukum internasional, sebagaimana dibuktikan oleh pemungutan suara terakhir di Majelis Umum PBB,” tegas juru bicara itu.
Juru bicara itu merujuk pada resolusi baru-baru ini yang menolak referendum di empat bekas wilayah Ukraina yang sebagian besar memilih bergabung dengan Rusia.
Juru bicara itu juga mengecam Putin sebagai “jauh dari tipe mitra internasional” yang dapat membantu menyelesaikan konflik Israel-Palestina, berbeda dengan Biden, yang “telah menunjukkan komitmen AS selama beberapa dekade untuk mencari solusi kreatif.”
Pernyataan juru bicara itu muncul sepekan setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu pejabat tinggi Palestina Hussein Al-Sheikh untuk membahas stabilitas regional.
Pertemuan ini mengikuti pembicaraan Juli antara Biden dan Abbas di mana dia mengkonfirmasi komitmennya terhadap gagasan menciptakan negara Palestina yang merdeka.
Namun, dia menjawab “tidak tepat pada saat ini” untuk pertanyaan memulai kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, yang dijawab oleh Abbas bahwa peluang untuk solusi dua negara mungkin akan hilang.
Analis menyarankan bahwa pemimpin AS itu berusaha memperbaiki hubungan dengan Palestina setelah pendahulunya Donald Trump mengejar kebijakan yang lebih menguntungkan Israel.
Rusia dan Palestina, bagaimanapun, telah memiliki hubungan yang hangat selama bertahun-tahun. Abbas telah mengunjungi Rusia lebih dari selusin kali.
(sya)