Mengapa Israel Dibiarkan Curi Tanah Palestina tapi Rusia Dikecam Caplok Wilayah Ukraina?
loading...
A
A
A
“Tidak ada ancaman sanksi dan sejenisnya. Tidak ada apa-apa,” tutur Motasem A Dalloul.
Dia menjelaskan, “Uni Eropa (UE) yang merupakan mitra komersial terbesar Israel, mengklaim kemungkinan besar akan menggunakan cara diplomatik untuk mencegah Israel melakukan pencaplokannya, tetapi kita belum pernah melihat sesuatu yang lebih konkret dan praktis untuk mencegah pelanggaran harian negara pendudukan terhadap hukum internasional, meskipun volume dan sifat hubungan UE-Israel memberi Brussels pengaruh untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mengucapkan kata-kata.”
“Apakah ada negara yang memberlakukan sanksi terhadap Israel, atau memutuskan hubungan diplomatik sampai negara itu mengakhiri pendudukan dan pencaplokannya atas tanah Palestina?” tanya dia.
Sebaliknya, menurut dia, Barat terus memberikan negara apartheid dukungan diplomatik, politik, ekonomi dan militer tanpa syarat. “Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi yang damai terhadap Israel bahkan telah dikriminalisasi di beberapa negara,” papar dia.
Sementara Rusia tampaknya memberi penduduk berbahasa Rusia di daerah yang telah dicaploknya pilihan tentang langkah tersebut, dan dalam referendum mereka memilih Rusia.
“Adapun Israel telah mengambil jalan lain, melakukan segala upaya untuk membersihkan tanah yang diduduki dari penduduk asli Palestina dengan menghancurkan rumah mereka, mencabut izin tinggal dan, ketika semuanya gagal, hanya membunuh mereka,” ungkap dia.
Sendirian di antara semua negara anggota PBB, Israel tidak pernah menyatakan di mana perbatasannya terletak, dan diizinkan memperluas melalui aneksasi dengan impunitas.
“Sejak pencaplokan ilegal Yerusalem, Israel telah memperlakukan penduduk Palestina di kota itu sebagai imigran yang tidak diinginkan dan bekerja secara sistematis untuk mengusir mereka keluar dari daerah itu," ujar dia.
Namun, tidak ada sanksi yang dikenakan terhadap Israel dan tidak ada jutaan dolar dan senjata yang dicurahkan untuk membantu para korban Palestina membebaskan diri dari penjajahan Israel.
“Bukankah paradoks bahwa masyarakat internasional mendukung, mendanai, dan mempersenjatai negara yang setiap hari melanggar hukum internasional, sambil memotong dukungan nyata bagi para korban aneksasi dan kolonialisme?” tanya dia.
Dia menjelaskan, “Uni Eropa (UE) yang merupakan mitra komersial terbesar Israel, mengklaim kemungkinan besar akan menggunakan cara diplomatik untuk mencegah Israel melakukan pencaplokannya, tetapi kita belum pernah melihat sesuatu yang lebih konkret dan praktis untuk mencegah pelanggaran harian negara pendudukan terhadap hukum internasional, meskipun volume dan sifat hubungan UE-Israel memberi Brussels pengaruh untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mengucapkan kata-kata.”
“Apakah ada negara yang memberlakukan sanksi terhadap Israel, atau memutuskan hubungan diplomatik sampai negara itu mengakhiri pendudukan dan pencaplokannya atas tanah Palestina?” tanya dia.
Sebaliknya, menurut dia, Barat terus memberikan negara apartheid dukungan diplomatik, politik, ekonomi dan militer tanpa syarat. “Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi yang damai terhadap Israel bahkan telah dikriminalisasi di beberapa negara,” papar dia.
Sementara Rusia tampaknya memberi penduduk berbahasa Rusia di daerah yang telah dicaploknya pilihan tentang langkah tersebut, dan dalam referendum mereka memilih Rusia.
“Adapun Israel telah mengambil jalan lain, melakukan segala upaya untuk membersihkan tanah yang diduduki dari penduduk asli Palestina dengan menghancurkan rumah mereka, mencabut izin tinggal dan, ketika semuanya gagal, hanya membunuh mereka,” ungkap dia.
Sendirian di antara semua negara anggota PBB, Israel tidak pernah menyatakan di mana perbatasannya terletak, dan diizinkan memperluas melalui aneksasi dengan impunitas.
“Sejak pencaplokan ilegal Yerusalem, Israel telah memperlakukan penduduk Palestina di kota itu sebagai imigran yang tidak diinginkan dan bekerja secara sistematis untuk mengusir mereka keluar dari daerah itu," ujar dia.
Namun, tidak ada sanksi yang dikenakan terhadap Israel dan tidak ada jutaan dolar dan senjata yang dicurahkan untuk membantu para korban Palestina membebaskan diri dari penjajahan Israel.
“Bukankah paradoks bahwa masyarakat internasional mendukung, mendanai, dan mempersenjatai negara yang setiap hari melanggar hukum internasional, sambil memotong dukungan nyata bagi para korban aneksasi dan kolonialisme?” tanya dia.