Uskup Belo Pemenang Nobel Perdamaian Dijatuhi Sanksi Vatikan Gara-gara Skandal Seks
loading...
A
A
A
“Kami di sini juga terkejut mendengar berita ini,” kata seorang pejabat di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste, pada hari Kamis, kepada kantor berita The Associated Press dengan syarat anonim.
De Groene Amsterdammer, dalam laporan investigasinya, mengatakan dua terduga korban, yang diidentifikasi hanya sebagai Paulo dan Roberto, dilaporkan dilecehkan oleh Uskup Belo dan mengatakan anak laki-laki lain juga menjadi korban.
Investigasi majalah itu menunjukkan bahwa pelecehan seksual oleh Uskup Belo diketahui oleh pemerintah Timor Leste dan pekerja kemanusiaan dan gereja.
“Uskup memerkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu,” kata Roberto, dikutip oleh majalah tersebut. “Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali.”
Uskup Belo memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 dengan sesama ikon kemerdekaan Timor Timur dan Presiden petahana Jose Ramos-Horta atas upayanya mengampanyekan solusi yang adil dan damai untuk konflik di negara asal mereka karena berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Indonesia.
Komite Nobel Norwegia, dalam kutipannya, memuji keberanian Uskup Belo dalam menolak diintimidasi oleh pasukan Indonesia.
Komite mencatat bahwa ketika mencoba untuk mendekati PBB guna mengatur plebisit untuk Timor Timur, dia menyelundupkan dua saksi pembantaian berdarah tahun 1991 sehingga mereka bisa bersaksi kepada komisi hak asasi manusia PBB di Jenewa.
Sekembalinya pada hari Kamis dari Amerika Serikat, di mana dia berbicara di Majelis Umum PBB, Ramos-Horta ditanya tentang tuduhan terhadap Uskup Belo dan dijatuhkannya sanksi oleh Vatikan. "Saya lebih suka menunggu tindakan lebih lanjut dari Takhta Suci," katanya.
Uskup Belo, yang diyakini tinggal di Portugal, tidak menjawab ketika dihubungi melalui telepon oleh Radio Renascença, penyiar swasta gereja Portugal.
Belo adalah seorang imam Salesian Don Bosco, sebuah ordo religius Katolik Roma yang telah lama memiliki pengaruh di Vatikan. Salesian cabang Portugal mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengetahui "dengan sangat sedih dan takjub" dari berita tersebut.
De Groene Amsterdammer, dalam laporan investigasinya, mengatakan dua terduga korban, yang diidentifikasi hanya sebagai Paulo dan Roberto, dilaporkan dilecehkan oleh Uskup Belo dan mengatakan anak laki-laki lain juga menjadi korban.
Investigasi majalah itu menunjukkan bahwa pelecehan seksual oleh Uskup Belo diketahui oleh pemerintah Timor Leste dan pekerja kemanusiaan dan gereja.
“Uskup memerkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu,” kata Roberto, dikutip oleh majalah tersebut. “Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali.”
Uskup Belo memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 dengan sesama ikon kemerdekaan Timor Timur dan Presiden petahana Jose Ramos-Horta atas upayanya mengampanyekan solusi yang adil dan damai untuk konflik di negara asal mereka karena berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Indonesia.
Komite Nobel Norwegia, dalam kutipannya, memuji keberanian Uskup Belo dalam menolak diintimidasi oleh pasukan Indonesia.
Komite mencatat bahwa ketika mencoba untuk mendekati PBB guna mengatur plebisit untuk Timor Timur, dia menyelundupkan dua saksi pembantaian berdarah tahun 1991 sehingga mereka bisa bersaksi kepada komisi hak asasi manusia PBB di Jenewa.
Sekembalinya pada hari Kamis dari Amerika Serikat, di mana dia berbicara di Majelis Umum PBB, Ramos-Horta ditanya tentang tuduhan terhadap Uskup Belo dan dijatuhkannya sanksi oleh Vatikan. "Saya lebih suka menunggu tindakan lebih lanjut dari Takhta Suci," katanya.
Uskup Belo, yang diyakini tinggal di Portugal, tidak menjawab ketika dihubungi melalui telepon oleh Radio Renascença, penyiar swasta gereja Portugal.
Belo adalah seorang imam Salesian Don Bosco, sebuah ordo religius Katolik Roma yang telah lama memiliki pengaruh di Vatikan. Salesian cabang Portugal mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengetahui "dengan sangat sedih dan takjub" dari berita tersebut.