Bualan Hari Kiamat Khem Veasna yang Gegerkan Kamboja

Kamis, 08 September 2022 - 15:47 WIB
loading...
Bualan Hari Kiamat Khem...
Rumah pertanian milik politisi Khem Veasna, tempat ribuan orang Kamboja mengungsi dari kiamat. Foto/Facebook/Khmer Times
A A A
PHNOM PENH - Khem Veasna, pemimpin Partai Liga untuk Demokrasi (LDP), membuat geger publik Kamboja setelah meramalkan hari kiamat akan terjadi di negara itu pada 31 Agustus 2022.

Ramalannya meleset dan terbukti hanya sebagai bualan semata. Namun, bualan itu terlanjur dipercaya sekitar 20.000 orang yang ramai-ramai mengungsi ke rumah pertanian miliknya di Provinsi Siem Reap.

Veasna mengeklaim lubang hitam yang terbentuk di tulang punggungnya memberitahunya tentang kiamat yang menjulang dan bahwa tanda-tanda aneh yang muncul di langit adalah pertanda banjir yang mendekat, yang akan menelan seluruh Bumi—kecuali area pertaniannya di provinsi Siem Reap.

Otoritas lokal dan Perdana Menteri Hun Sen menolak ramalannya sebagai aksi politik murahan dan mendesak para pengikutnya untuk pergi dengan damai.



Para pengikut Veasna termasuk orang-orang Kamboja yang berhenti dari pekerjaan mereka di Korea Selatan, Thailand dan Jepang, karena memilih terbang pulang dan bergabung dengan sekte tersebut.

"Polisi juga menerima pengaduan dari anggota keluarga yang mengeklaim kerabat yang hilang adalah pengikut 'sekte hari kiamat'. Ada juga laporan tentang pelajar yang bolos ujian dan bergabung dengan sekte tersebut," kata Kepala Polisi Provinsi Siem Reap Brigadir Jenderal Teng Channat kepada Khmer Times.

"Polisi telah bekerja sama dengan otoritas provinsi untuk membantu orang-orang di pertanian untuk kembali ke rumah," lanjut dia.

Meski sebagian besar dari 20.000 orang yang mengungsi ke rumah politisi itu sudah membubarkan diri karena kiamat tidak terbukti, masih ada sekitar 1.000 orang yang bertahan di sana.

Para orang tua khawatir karena anak-anak muda mereka yang mengungsi menolak untuk pulang.

Sekarang, sebagaimana laporan Khmer Times, Kamis (8/9/2022), media sosial Kamboja dibanjiri ungkapan rasa takut para orang tua bahwa anak-anak mereka akan diradikalisasi oleh politisi yang mengeklaim sebagai Brahma tersebut.

Mengabaikan permohonan orangtuanya yang khawatir, salah seorang pemuda yang jadi pengikut Veasna mengatakan: “Kami tidak akan kembali ke rumah.”

Beberapa orang tua bahkan berlutut di dekat anak-anak mereka, beberapa di antaranya menangis untuk mengubah pikiran anak-anak muda yang ngotot, yang mulai menganggap Veasna sebagai "orang suci".

Para orang tua yang tidak puas mengatakan bahwa anak-anak mereka telah dibujuk oleh Veasna untuk meninggalkan keluarga mereka dan mengabdikan hidup mereka untuk pertaniannya.

Sementara itu, Kementerian Kehakiman mengatakan bahwa meskipun pihak berwenang telah membujuk, mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena para pemuda datang ke sana secara sukarela.

Juru Bicara Kementerian Kehakiman Chin Malin mengatakan bahwa adalah kehendak dan kebebasan masyarakat umum untuk memilih dengan siapa mereka harus melangkah, dan tidak ada hukum untuk menuntut siapa pun dalam hal ini.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan tentang ini," katanya.

Namun, Malin menegaskan bahwa tindakan hukum akan diambil jika pemerintah mengetahui bahwa pemimpin LDP atau anggotanya telah mengurung orang-orang ini di pertanian dengan sengaja, mencegah mereka menghubungi orang tua mereka, atau menemukan mereka menderita di sana.

Menurut seorang ahli, pemerintah perlu mengambil tindakan untuk menghentikan masyarakat secara keseluruhan, terutama kaum muda, dari radikalisasi aliran sesat dan menjadi pengikut buta.

Pa Chanroeun, presiden Institut Demokrasi Kamboja (CID) dan analis politik, mengatakan bahwa menjadi aliran sesat pada umumnya tidak salah, tetapi akan menjadi salah ketika aliran sesat menjadi radikal dan menimbulkan masalah bagi masyarakat, seperti yang terjadi saat ini.

Dia mengingatkan bahwa pemuda adalah sumber daya bangsa yang paling signifikan untuk pembangunan dan masa depan negara, sehingga mereka harus dicegah bergabung dengan aliran-aliran radikal seperti ini.

Yang Mulia Khim Sorn, kepala biksu dari Buddha Mohanikaya Kota Phnom Penh, dan kepala sekretariat Ordo Biksu Mohanikaya, mengatakan bahwa tidak ada agama yang memerintahkan pemeluknya untuk tidak menghormati dan mengikuti instruksi orang tua mereka.

Dia mengatakan bahwa dalam agama Buddha, “Pemuda yang melupakan kasih karunia orang tua mereka akan menyesalinya selama sisa hidup mereka”.

Tea Seiha, Gubernur Provinsi Siem Reap, mengatakan bahwa "Hari Kiamat" telah berakhir dengan mayoritas orang meninggalkan lahan pertanian itu, sedangkan sisanya adalah sesama anggota LDP.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1023 seconds (0.1#10.140)