Mantan Presiden Rusia Prediksi Kudeta Militer di Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev meramalkan militer Ukraina mungkin melakukan kudeta di Kiev untuk melakukan apa yang pemerintah sipil menolak melakukannya yakni berunding.
Setelah kudeta terjadi, Medvedev, memprediksi junta militer akan merundingkan perdamaian dengan Rusia.
Medvedev, yang sekarang menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, menguraikan skenario itu sebagai salah satu dari dua opsi yang dia yakini layak untuk Ukraina.
Opsi lainnya adalah jika pemerintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengubah nadanya dan menyetujui persyaratan Rusia untuk mengakhiri permusuhan.
“Bagaimanapun, Rusia akan mendapatkan apa yang diinginkannya dari Ukraina,” ujar Medvedev.
Moskow menyatakan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina sebagai tujuan operasi militernya di negara itu.
Kiev awalnya tampak bersedia menerima status netral, tetapi kemudian menolaknya dengan pasokan bantuan militer Barat.
Zelensky sekarang menegaskan mengalahkan Rusia di medan perang dan merebut kembali semua tanah yang berada di bawah kendali Kiev sebelum 2014 adalah satu-satunya pilihan yang mungkin bagi negaranya.
Setelah kudeta terjadi, Medvedev, memprediksi junta militer akan merundingkan perdamaian dengan Rusia.
Medvedev, yang sekarang menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, menguraikan skenario itu sebagai salah satu dari dua opsi yang dia yakini layak untuk Ukraina.
Opsi lainnya adalah jika pemerintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengubah nadanya dan menyetujui persyaratan Rusia untuk mengakhiri permusuhan.
“Bagaimanapun, Rusia akan mendapatkan apa yang diinginkannya dari Ukraina,” ujar Medvedev.
Moskow menyatakan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina sebagai tujuan operasi militernya di negara itu.
Kiev awalnya tampak bersedia menerima status netral, tetapi kemudian menolaknya dengan pasokan bantuan militer Barat.
Zelensky sekarang menegaskan mengalahkan Rusia di medan perang dan merebut kembali semua tanah yang berada di bawah kendali Kiev sebelum 2014 adalah satu-satunya pilihan yang mungkin bagi negaranya.