Pasukan Israel Kepung 50.000 Warga Palestina di Rafah, Pengungsi yang Terluka Berdarah hingga Tewas
loading...

Pasukan Israel terlihat di dekat perbatasan Israel selatan dengan Gaza pada 20 Maret 2025. Foto/Xinhua/JINI
A
A
A
RAFAH - Pasukan darat Israel mengepung daerah Tel al-Sultan di Rafah, Gaza selatan, menyebabkan 50.000 warga Palestina terjebak dengan sedikit akses ke makanan dan air.
Tak hanya itu, warga yang terluka terpaksa "dibiarkan berdarah sampai mati".
Pasukan Israel mulai mengepung daerah itu pada Minggu pagi (23/3/2025), mengeluarkan pemberitahuan pengusiran warga Palestina.
"Sekitar pukul 8 pagi, mereka mulai menyebarkan selebaran pengusiran," ungkap Mais Hassouna, dari lingkungan Tel al-Sultan di Saudi, kepada Middle East Eye.
Dia mengatakan helikopter serang Apache dan quadcopter menembaki orang-orang di daerah itu tanpa pandang bulu, melukai beberapa tetangganya.
"Malam itu sangat mengerikan dengan cara yang tidak biasa," ungkap Hassouna. "Saya merasa ingin menelan diri saya sendiri."
Pemerintah kota Rafah mengatakan Tel al-Sultan "sedang menjadi sasaran genosida" dengan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, terjebak di bawah pemboman Israel yang intens.
Komunikasi telah terputus sepenuhnya di daerah tersebut, dengan nasib penduduk tidak diketahui.
"Keluarga terjebak di antara reruntuhan, tanpa air, tanpa makanan, tanpa obat-obatan, di tengah runtuhnya total layanan kesehatan. Yang terluka dibiarkan mati kehabisan darah, dan anak-anak sekarat karena kelaparan dan kehausan di bawah pengepungan dan pemboman tanpa henti," papar dia.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka kehilangan kontak dengan anggota krunya di Rafah.
Pada Minggu pagi, ambulans Bulan Sabit Merah sedang dalam perjalanan untuk merawat pasien yang terluka di Tel al-Sultan ketika pasukan Israel mengepung kendaraan mereka.
Tak hanya itu, warga yang terluka terpaksa "dibiarkan berdarah sampai mati".
Pasukan Israel mulai mengepung daerah itu pada Minggu pagi (23/3/2025), mengeluarkan pemberitahuan pengusiran warga Palestina.
"Sekitar pukul 8 pagi, mereka mulai menyebarkan selebaran pengusiran," ungkap Mais Hassouna, dari lingkungan Tel al-Sultan di Saudi, kepada Middle East Eye.
Dia mengatakan helikopter serang Apache dan quadcopter menembaki orang-orang di daerah itu tanpa pandang bulu, melukai beberapa tetangganya.
"Malam itu sangat mengerikan dengan cara yang tidak biasa," ungkap Hassouna. "Saya merasa ingin menelan diri saya sendiri."
Pemerintah kota Rafah mengatakan Tel al-Sultan "sedang menjadi sasaran genosida" dengan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, terjebak di bawah pemboman Israel yang intens.
Komunikasi telah terputus sepenuhnya di daerah tersebut, dengan nasib penduduk tidak diketahui.
"Keluarga terjebak di antara reruntuhan, tanpa air, tanpa makanan, tanpa obat-obatan, di tengah runtuhnya total layanan kesehatan. Yang terluka dibiarkan mati kehabisan darah, dan anak-anak sekarat karena kelaparan dan kehausan di bawah pengepungan dan pemboman tanpa henti," papar dia.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka kehilangan kontak dengan anggota krunya di Rafah.
Pada Minggu pagi, ambulans Bulan Sabit Merah sedang dalam perjalanan untuk merawat pasien yang terluka di Tel al-Sultan ketika pasukan Israel mengepung kendaraan mereka.
Lihat Juga :