Sedihnya Lebanon Jadi Negara Gagal: Pegawai Tak Digaji, Krisis Listrik, Korupsi Merajalela

Jum'at, 19 Agustus 2022 - 08:54 WIB
loading...
A A A
Sebagai tanggapan, pemerintah meluncurkan kebijakan sedikit demi sedikit. Dalam jeda dua bulan, itu setuju untuk meningkatkan tunjangan harian dan memberikan bantuan sosial kepada sebagian besar pekerja negara, yang secara efektif menggandakan gaji bulanan yang dibawa pulang—menjadi hanya USD200.

Tetapi dengan harga makanan melonjak sebelas kali lipat dan banyak restoran dan bahkan penyedia layanan mengenakan biaya dalam dolar, tanda damai belum memuaskan sekitar 150.000 pekerja sektor publik Lebanon.

“Tidak ada pegawai negeri yang mampu membeli sekilo daging atau ayam kecuali mungkin sebulan sekali. Hidup kami menjadi primitif, dan kami hanya membeli kebutuhan pokok,” kata Chaar.

Nawal Nasr, kepala asosiasi karyawan sektor publik, mengatakan para pekerja menuntut kenaikan gaji lima kali lipat dan bantuan dengan melonjaknya biaya pendidikan dan kesehatan, tetapi itu sulit karena memicu kekhawatiran inflasi yang tidak terkendali.

Sementara penerimaan negara menggelepar akibat pemungutan pajak dihentikan selama dua bulan karena karyawan mogok kerja.

Perdana Menteri yang ditunjuk Najib Mikati mengatakan memenuhi semua tuntutan pekerja tidak mungkin dan akan menyebabkan keruntuhan situasi yang lebih luas.

"Kenaikan upah harus datang dalam konteks rencana stabilisasi keuangan yang lebih luas," katanya.

Keadaan Berlubang

Tetapi faksi-faksi politik belum mencapai konsensus seputar rencana semacam itu--merugikan pemerintah beberapa pekerja berketerampilan tertinggi.

Menurut Moubayed, hampir enam dari 10 pegawai negeri hengkang atau berencana untuk hengkang--suatu langkah yang tidak terlihat sejak perang saudara 1975-1990 di negara itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1596 seconds (0.1#10.140)