Houthi Tegaskan Keberhasilan Serangan Rudal Bukti Israel Tak Lagi Aman

Sabtu, 21 Desember 2024 - 14:01 WIB
loading...
Houthi Tegaskan Keberhasilan...
Gedung hancur akibat serangan rudal dari Yaman di Ramat Gan, Israel, 19 Desember 2024. Foto/Avshalom Sassoni/Flash90
A A A
SANAA - Pejabat Houthi menyatakan serangan rudal yang berhasil di wilayah Tel Aviv menunjukkan batas-batas sistem pertahanan udara militer Israel yang bernilai miliaran dolar.

Dalam serangkaian posting dalam bahasa Arab dan Ibrani, Houthi Hezam al-Asad, anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi di Yaman, tampaknya mengejek militer Israel, dengan mengatakan, "Kegagalan semua sistem pertahanan Israel berarti jantung musuh Zionis tidak lagi aman."

Al-Asad juga mengatakan rudal pencegat Israel yang seharusnya menghentikan serangan itu gagal dan menyebabkan lebih banyak kerusakan.

"Tidak ada lagi gunanya sistem pencegatan yang menghabiskan biaya miliaran dolar," ujar dia.

Sementara itu, layanan ambulans Magen David Adom Israel sekarang melaporkan 16 orang terluka ringan akibat serangan rudal Yaman di wilayah Tel Aviv, sebagian besar akibat pecahan kaca.

Penyelidik Israel masih di lokasi serangan rudal di wilayah Tel Aviv setelah pertahanan udara gagal mencegat proyektil yang menurut militer diluncurkan dari Yaman.

Sementara itu, kebiadaban Israel masih berlangsung secara gencar di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

“Perang Israel di Gaza dan rakyat Palestina telah dilakukan bersamaan dengan serangan luar biasa terhadap mereka yang membela hak asasi manusia, hukum internasional, dan korban konflik biadab," tegas Kepala UNRWA Philippe Lazzarini.

Dalam opini yang diterbitkan surat kabar Guardian Inggris, Lazzarini mengatakan, “Dalam lingkungan saat ini, pekerja bantuan dengan pengalaman puluhan tahun bekerja dengan orang-orang yang terkena dampak perang tiba-tiba dicap sebagai teroris atau simpatisan teroris."

“Pengkritik Israel diintimidasi dan dilecehkan, sementara Kementerian Luar Negeri Israel membayar untuk menyebarkan propaganda yang menghasut pada papan reklame di AS dan Eropa, dan memasang iklan Google untuk menyebarkan disinformasi daring,” papar Lazzarini.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0924 seconds (0.1#10.140)