Ukraina: Tidak Ada Larangan Menyerang Crimea
loading...
A
A
A
KIEV - Janji Ukraina untuk tidak menyerang wilayah Rusia dengan senjata yang disediakan Barat tidak mencakup Crimea . Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Ukraina Aleksey Reznikov.
Negara-negara Barat telah mengklaim bahwa pasokan senjata canggih mereka ke Ukraina dengan syarat tidak digunakan terhadap target di Rusia. Namun para pejabat di Kiev telah menegaskan bahwa Crimea tidak termasuk dalam aturan itu, karena menganggap semenanjung itu sebagai wilayahnya sendiri.
Dalam sebuah wawancara dengan Voice of America, Reznikov mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak keberatan dengan serangan di wilayah itu, yang dianggap Rusia sebagai miliknya.
“Kami memiliki kesepakatan dengan AS bahwa kami tidak akan menggunakan senjata yang disediakan oleh AS dan mitranya di wilayah Federasi Rusia. Tetapi jika kita membahas de-okupasi tanah Ukraina di mana musuh sekarang, tidak ada batasan seperti itu,” katanya, setelah ditanya tentang kemungkinan serangan terhadap Crimea seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (18/8/2022).
Menteri Ukraina itu menyatakan bahwa faktor pembatas dalam serangan semacam itu adalah jangkauan senjata yang diterimanya dari sekutu asing. Dalam wawancara yang sama, ia menyatakan harapan bahwa Ukraina akan segera menerima rudal balistik taktis MGM-140 ATACMS.
Proyektil buatan Lockheed Martin itu dapat ditembakkan oleh sistem roket M142 HIMARS dan M270 MLRS, yang sudah dimiliki Ukraina, dan memiliki jangkauan hingga 300 km, jauh lebih jauh dari jenis amunisi yang disediakan oleh AS sejauh ini.
Crimea memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta bersenjata 2014 di Kiev, yang menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis. Rakyat Crimea sangat banyak memberikan suara dalam sebuah referendum untuk bergabung dengan Rusia, yang menerima tawaran itu dan mengabadikan status baru semenanjung itu dalam konstitusinya.
Langkah itu tidak diakui oleh Kiev, yang mengatakan hanya akan mencari resolusi damai untuk krisis setelah mengalahkan Rusia secara militer dan mengusirnya dari semua wilayah yang direbut, termasuk Crimea.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya memberlakukan pembatasan pada Ukraina, untuk menghindari terseret langsung ke dalam konflik dengan Rusia. Beberapa pejabat di AS dan Rusia telah menegaskan bahwa konflik di Ukraina adalah perang proxy antara NATO dengan Rusia. Washington mengatakan tujuannya di Ukraina adalah untuk mencapai kekalahan strategis Moskow.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
Negara-negara Barat telah mengklaim bahwa pasokan senjata canggih mereka ke Ukraina dengan syarat tidak digunakan terhadap target di Rusia. Namun para pejabat di Kiev telah menegaskan bahwa Crimea tidak termasuk dalam aturan itu, karena menganggap semenanjung itu sebagai wilayahnya sendiri.
Dalam sebuah wawancara dengan Voice of America, Reznikov mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak keberatan dengan serangan di wilayah itu, yang dianggap Rusia sebagai miliknya.
“Kami memiliki kesepakatan dengan AS bahwa kami tidak akan menggunakan senjata yang disediakan oleh AS dan mitranya di wilayah Federasi Rusia. Tetapi jika kita membahas de-okupasi tanah Ukraina di mana musuh sekarang, tidak ada batasan seperti itu,” katanya, setelah ditanya tentang kemungkinan serangan terhadap Crimea seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (18/8/2022).
Menteri Ukraina itu menyatakan bahwa faktor pembatas dalam serangan semacam itu adalah jangkauan senjata yang diterimanya dari sekutu asing. Dalam wawancara yang sama, ia menyatakan harapan bahwa Ukraina akan segera menerima rudal balistik taktis MGM-140 ATACMS.
Proyektil buatan Lockheed Martin itu dapat ditembakkan oleh sistem roket M142 HIMARS dan M270 MLRS, yang sudah dimiliki Ukraina, dan memiliki jangkauan hingga 300 km, jauh lebih jauh dari jenis amunisi yang disediakan oleh AS sejauh ini.
Crimea memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta bersenjata 2014 di Kiev, yang menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis. Rakyat Crimea sangat banyak memberikan suara dalam sebuah referendum untuk bergabung dengan Rusia, yang menerima tawaran itu dan mengabadikan status baru semenanjung itu dalam konstitusinya.
Langkah itu tidak diakui oleh Kiev, yang mengatakan hanya akan mencari resolusi damai untuk krisis setelah mengalahkan Rusia secara militer dan mengusirnya dari semua wilayah yang direbut, termasuk Crimea.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya memberlakukan pembatasan pada Ukraina, untuk menghindari terseret langsung ke dalam konflik dengan Rusia. Beberapa pejabat di AS dan Rusia telah menegaskan bahwa konflik di Ukraina adalah perang proxy antara NATO dengan Rusia. Washington mengatakan tujuannya di Ukraina adalah untuk mencapai kekalahan strategis Moskow.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
(ian)