Majalah Penghina Nabi Muhammad Kecam Penikaman Salman Rushdie
loading...
A
A
A
PARIS - Majalah satire Prancis; Charlie Hebdo, yang pernah menerbitkan kartun tentang Nabi Muhammad secara tidak pantas, mengecam penikaman mengerikan terhadap Salman Rushdie di New York, Amerika Serikat, pada Jumat.
Salman Rushdie adalah penulis novel "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan" yang telah difatwa mati oleh pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini sejak 1989.
Kantor redaksi Charile Hebdo pernah diserang pria bersenjata pada tahun 2015, membantai 12 staf majalah tersebut. Pembantaian itu dipicu oleh penerbitan kartun tentang Nabi Muhammad yang dianggap kalangan umat Islam sebagai penghinaan.
Salman Rushdie, penulis asal India namun telah menjadi warga negara Inggris, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di tempat persembunyian gara-gara fatwa mati dari pemimpin revolusi Iran. Fatwa mati dijatuhkan setelah novel "Ayat-Ayat Setan" dianggap Khomeini telah menghina Islam dan Nabi Muhammad.
Menurut saksi mata, dia ditikam berkali-kali di leher dan dada saat berada di atas panggung sebuah acara sastra di New York. Akibat serangan pisau itu, dia kini menggunakan ventilator dan kemungkinan kehilangan salah satu matanya.
“Tidak ada yang membenarkan fatwa, hukuman mati,” kata pihak majalah Charlie Hebdo.
"Pada saat kami menulis kalimat ini, kami tidak tahu motif penyerang," lanjut majalah tersebut, seperti dikutip AFP.
Redaktur pelaksana majalah tersebut, yang dikenal sebagai Riss dan seorang yang selamat dari serangan tahun 2015, mengatakan penyerang Rushdie mungkin adalah seorang Muslim yang taat. "(Saya) mengecam kepala spiritual kecil dan biasa-biasa saja yang secara intelektual nihil dan tidak tahu budaya," ujarnya.
Salman Rushdie adalah penulis novel "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan" yang telah difatwa mati oleh pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini sejak 1989.
Kantor redaksi Charile Hebdo pernah diserang pria bersenjata pada tahun 2015, membantai 12 staf majalah tersebut. Pembantaian itu dipicu oleh penerbitan kartun tentang Nabi Muhammad yang dianggap kalangan umat Islam sebagai penghinaan.
Salman Rushdie, penulis asal India namun telah menjadi warga negara Inggris, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di tempat persembunyian gara-gara fatwa mati dari pemimpin revolusi Iran. Fatwa mati dijatuhkan setelah novel "Ayat-Ayat Setan" dianggap Khomeini telah menghina Islam dan Nabi Muhammad.
Menurut saksi mata, dia ditikam berkali-kali di leher dan dada saat berada di atas panggung sebuah acara sastra di New York. Akibat serangan pisau itu, dia kini menggunakan ventilator dan kemungkinan kehilangan salah satu matanya.
“Tidak ada yang membenarkan fatwa, hukuman mati,” kata pihak majalah Charlie Hebdo.
"Pada saat kami menulis kalimat ini, kami tidak tahu motif penyerang," lanjut majalah tersebut, seperti dikutip AFP.
Redaktur pelaksana majalah tersebut, yang dikenal sebagai Riss dan seorang yang selamat dari serangan tahun 2015, mengatakan penyerang Rushdie mungkin adalah seorang Muslim yang taat. "(Saya) mengecam kepala spiritual kecil dan biasa-biasa saja yang secara intelektual nihil dan tidak tahu budaya," ujarnya.
(min)