China dan AS Berlomba Cari Tahu Kebenaran Kabar Kim Jong-un Meninggal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dilaporkan meninggal. Kabar ini membuat China dan Amerika Serikat (AS) berlomba mencari tahu kebenaran kabar tersebut.
AS diketahui memantau dengan cermat situasi di Korut ketika China dikabarkan mengirim tim medis. Itu terjadi setelah muncul spekulasi selama berhari-hari mengenai kesehatan Kim Jong-un di depan umum selama dua minggu seperti dikutip dari The Sun, Minggu (26/4/2020).
China, salah satu dari sedikit sekutu Korut secara global, mengirim tim medis spesialis untuk membantu perawatan pemimpin pada hari Kamis kemarin.
Delegasi itu diperkirakan dipimpin oleh seorang anggota senior dari Departemen Penghubung Internasional Partai Komunis China, sebuah agen yang bertugas melakukan hubungan dengan dan mempengaruhi negara dan kelompok di luar China. (Baca: China Dilaporkan Kirim Tim Medis ke Korut untuk Kim Jong-un )
Seorang pejabat yang akrab dengan intelijen AS mengatakan bahwa Kim Jong-un diketahui memiliki masalah kesehatan tetapi mereka tidak punya alasan untuk menyimpulkan bahwa dia sakit parah atau tidak mampu akhirnya muncul kembali di depan umum.
Sebelumnya penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa pemerintahan Trump sedang memantau laporan tentang kesehatan Kim Jong-un dengan sangat teliti. (Baca: Gedung Putih Pantau Kesehatan Kim Jong-un )
Namun para pejabat Korea Selatan (Korsel) melaporkan tidak ada kegiatan yang luar biasa di negeri tetangganya itu. Presiden AS Donald Trump kemudian menyatakan ia berpikir jika laporan kesehatan Kim Jong-un salah. (Baca: Kata Trump, Laporan Kim Jong-un Sakit Keras Tak Benar )
Rumor meninggalnya Kim Jong-un berhembus setelah wartawan China Shijian Xingzou mengatakan "sumber yang sangat kuat" memberitahunya bahwa pemimpin Korut itu telah meninggal. Ia memiliki 15 juta pengikut di situs media sosial China Weibo, dan ia juga keponakan salah satu menteri luar negeri negara itu.
Sementara secara terpisah, outlet media Jepang mengklaim Kim Jong-un dalam "kondisi vegetatif" setelah menjalani operasi jantung.
Surat kabar mingguan Shukan Gendai mengklaim bahwa dia mengunjungi pedesaan ketika dia mencengkeram dadanya dan pingsan. Seorang anggota rombongannya kemudian memberikan CPR dan mengantarnya ke rumah sakit.
Tidak jelas apa yang akan terjadi jika Kim - yang bertanggung jawab atas Korea Utara sejak 2011 - tidak bisa memimpin karena masalah kesehatan atau meninggal. Korut belum memberikan indikasi yang berarti tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin.
Saudara perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, kemungkinan besar akan muncul sebagai pemimpin baru, tetapi mungkin ada perebutan kekuasaan dengan kekerasan di negara itu.
Hingga saat ini Korut masih belum buka suara terkait kondisi kesehatan Kim Jong-un, dan kemungkinan dunia tidak akan tahu pasti apakah dia meninggal atau sakit sampai diumumkan di stasiun TV pemerintah.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
AS diketahui memantau dengan cermat situasi di Korut ketika China dikabarkan mengirim tim medis. Itu terjadi setelah muncul spekulasi selama berhari-hari mengenai kesehatan Kim Jong-un di depan umum selama dua minggu seperti dikutip dari The Sun, Minggu (26/4/2020).
China, salah satu dari sedikit sekutu Korut secara global, mengirim tim medis spesialis untuk membantu perawatan pemimpin pada hari Kamis kemarin.
Delegasi itu diperkirakan dipimpin oleh seorang anggota senior dari Departemen Penghubung Internasional Partai Komunis China, sebuah agen yang bertugas melakukan hubungan dengan dan mempengaruhi negara dan kelompok di luar China. (Baca: China Dilaporkan Kirim Tim Medis ke Korut untuk Kim Jong-un )
Seorang pejabat yang akrab dengan intelijen AS mengatakan bahwa Kim Jong-un diketahui memiliki masalah kesehatan tetapi mereka tidak punya alasan untuk menyimpulkan bahwa dia sakit parah atau tidak mampu akhirnya muncul kembali di depan umum.
Sebelumnya penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa pemerintahan Trump sedang memantau laporan tentang kesehatan Kim Jong-un dengan sangat teliti. (Baca: Gedung Putih Pantau Kesehatan Kim Jong-un )
Namun para pejabat Korea Selatan (Korsel) melaporkan tidak ada kegiatan yang luar biasa di negeri tetangganya itu. Presiden AS Donald Trump kemudian menyatakan ia berpikir jika laporan kesehatan Kim Jong-un salah. (Baca: Kata Trump, Laporan Kim Jong-un Sakit Keras Tak Benar )
Rumor meninggalnya Kim Jong-un berhembus setelah wartawan China Shijian Xingzou mengatakan "sumber yang sangat kuat" memberitahunya bahwa pemimpin Korut itu telah meninggal. Ia memiliki 15 juta pengikut di situs media sosial China Weibo, dan ia juga keponakan salah satu menteri luar negeri negara itu.
Sementara secara terpisah, outlet media Jepang mengklaim Kim Jong-un dalam "kondisi vegetatif" setelah menjalani operasi jantung.
Surat kabar mingguan Shukan Gendai mengklaim bahwa dia mengunjungi pedesaan ketika dia mencengkeram dadanya dan pingsan. Seorang anggota rombongannya kemudian memberikan CPR dan mengantarnya ke rumah sakit.
Tidak jelas apa yang akan terjadi jika Kim - yang bertanggung jawab atas Korea Utara sejak 2011 - tidak bisa memimpin karena masalah kesehatan atau meninggal. Korut belum memberikan indikasi yang berarti tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin.
Saudara perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, kemungkinan besar akan muncul sebagai pemimpin baru, tetapi mungkin ada perebutan kekuasaan dengan kekerasan di negara itu.
Hingga saat ini Korut masih belum buka suara terkait kondisi kesehatan Kim Jong-un, dan kemungkinan dunia tidak akan tahu pasti apakah dia meninggal atau sakit sampai diumumkan di stasiun TV pemerintah.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(ber)