Virus Cacar Monyet Semakin Menyebar, Yunani Konfirmasi Kasus Pertama
loading...
A
A
A
ATHENA - Otoritas kesehatan Yunani pada Rabu kemarin mengkonfirmasi kasus cacar monyet pertama di negara itu.
Menurut Organisasi Kesehatan Masyarakat (EODY), seorang pria yang sebelumnya melakukan perjalanan ke Portugal pada pemeriksaan pertama dites positif terkena virus setelah mencari perawatan medis karena memiliki gejala yang mirip dengan cacar monyet.
Pria itu dirawat di Rumah Sakit Andreas Syngros di Athena karena hasil tes lebih lanjut sedang ditunggu.
Pengujian awal untuk Orthopoxvirus non-variola yang dilakukan pada pria tersebut menghasilkan hasil tes yang positif. Hasil tes ini sedang diperiksa lebih lanjut oleh Laboratorium Mikrobiologi di Universitas Aristoteles Thessaloniki sementara pasien saat ini dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil seperti dikutip dari Greek Reporter, Kamis (9/6/2022).
Pada 7 Juni, 577 kasus cacar monyet telah diidentifikasi di delapan belas negara Eropa sementara 437 telah dikonfirmasi di sepuluh negara di luar Eropa. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa ada lebih dari seribu kasus yang dikonfirmasi di 29 negara sejauh ini.
Menurut bukti hingga saat ini, risiko kesehatan cacar monyet pada populasi umum tetap relatif rendah, karena penyakit ini bersifat ringan dan mandiri. Selain itu, penyakit ini tidak terlalu menular, dan tingkat infeksi yang lebih tinggi telah diidentifikasi di antara individu yang berpartisipasi dalam aktivitas seksual sesama jenis.
Meskipun demikian, menurut WHO, risiko cacar monyet berkembang menjadi epidemi tetap ada.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa meskipun dapat dicegah, kemungkinan epidemi cacar monyet di 29 negara tersebut memang ada. Dia juga mengungkapkan bahwa ada lebih dari 1.400 kasus cacar monyet yang dilaporkan di Afrika, serta 66 kematian yang diakibatkannya.
Ghebreyesus juga mengomentari fakta yang disayangkan bahwa krisis kesehatan masyarakat hanya dianggap serius ketika negara-negara kaya terpengaruh sementara dunia menutup mata terhadap masalah kesehatan ketika terjadi di negara-negara kurang berkembang.
WHO bekerja sama dengan organisasi lain, seperti UNAIDS, untuk menginformasikan kepada publik tentang risiko cacar monyet dengan harapan dapat menahan penyebaran virus. Ada juga pembicaraan tentang mengusulkan program vaksinasi di negara-negara tertentu untuk membatasi risiko kesehatan.
Vaksinasi akan ditawarkan kepada individu yang telah terpapar virus dalam empat hari terakhir baik karena paparan di tempat kerja atau melalui kontak pribadi.
Vaksin yang diusulkan digunakan dalam inokulasi cacar, virus yang jauh lebih mematikan, yang menimbulkan risiko kesehatan yang parah pada tahun 1980, tetapi juga terbukti efektif dalam mencegah cacar monyet. Mereka yang terinfeksi virus monkeypox disarankan oleh WHO untuk tetap diisolasi dan tinggal di rumah.
Menurut Organisasi Kesehatan Masyarakat (EODY), seorang pria yang sebelumnya melakukan perjalanan ke Portugal pada pemeriksaan pertama dites positif terkena virus setelah mencari perawatan medis karena memiliki gejala yang mirip dengan cacar monyet.
Pria itu dirawat di Rumah Sakit Andreas Syngros di Athena karena hasil tes lebih lanjut sedang ditunggu.
Pengujian awal untuk Orthopoxvirus non-variola yang dilakukan pada pria tersebut menghasilkan hasil tes yang positif. Hasil tes ini sedang diperiksa lebih lanjut oleh Laboratorium Mikrobiologi di Universitas Aristoteles Thessaloniki sementara pasien saat ini dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil seperti dikutip dari Greek Reporter, Kamis (9/6/2022).
Pada 7 Juni, 577 kasus cacar monyet telah diidentifikasi di delapan belas negara Eropa sementara 437 telah dikonfirmasi di sepuluh negara di luar Eropa. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa ada lebih dari seribu kasus yang dikonfirmasi di 29 negara sejauh ini.
Menurut bukti hingga saat ini, risiko kesehatan cacar monyet pada populasi umum tetap relatif rendah, karena penyakit ini bersifat ringan dan mandiri. Selain itu, penyakit ini tidak terlalu menular, dan tingkat infeksi yang lebih tinggi telah diidentifikasi di antara individu yang berpartisipasi dalam aktivitas seksual sesama jenis.
Meskipun demikian, menurut WHO, risiko cacar monyet berkembang menjadi epidemi tetap ada.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa meskipun dapat dicegah, kemungkinan epidemi cacar monyet di 29 negara tersebut memang ada. Dia juga mengungkapkan bahwa ada lebih dari 1.400 kasus cacar monyet yang dilaporkan di Afrika, serta 66 kematian yang diakibatkannya.
Ghebreyesus juga mengomentari fakta yang disayangkan bahwa krisis kesehatan masyarakat hanya dianggap serius ketika negara-negara kaya terpengaruh sementara dunia menutup mata terhadap masalah kesehatan ketika terjadi di negara-negara kurang berkembang.
WHO bekerja sama dengan organisasi lain, seperti UNAIDS, untuk menginformasikan kepada publik tentang risiko cacar monyet dengan harapan dapat menahan penyebaran virus. Ada juga pembicaraan tentang mengusulkan program vaksinasi di negara-negara tertentu untuk membatasi risiko kesehatan.
Vaksinasi akan ditawarkan kepada individu yang telah terpapar virus dalam empat hari terakhir baik karena paparan di tempat kerja atau melalui kontak pribadi.
Vaksin yang diusulkan digunakan dalam inokulasi cacar, virus yang jauh lebih mematikan, yang menimbulkan risiko kesehatan yang parah pada tahun 1980, tetapi juga terbukti efektif dalam mencegah cacar monyet. Mereka yang terinfeksi virus monkeypox disarankan oleh WHO untuk tetap diisolasi dan tinggal di rumah.
(ian)