Profil Haji Sulong, Pemimpin Muslim Pattani yang Diduga Dihilangkan Pemerintah Thailand

Kamis, 09 Juni 2022 - 07:14 WIB
loading...
Profil Haji Sulong, Pemimpin Muslim Pattani yang Diduga Dihilangkan Pemerintah Thailand
Gambar Haji Sulong dalam pameran. Foto/prachatai.com
A A A
BANGKOK - Lahir pada 1895, Haji Sulong merupakan imam, politikus, aktivis dan pengajar asal Pattani, Thailand Selatan.

Haji Sulong memiliki nama lengkap Hayi Sulong Apdunkade (Muhammad bin Haji Abdul Kabir bin Muhammad bin Tuan Minal) dan dikenal juga sebagai Haji Sulong Tomina, Haji Sulong, atau Haji Sulong Al-Fatani.

Semasa hidupnya, Haji Sulong mendalami ilmu agama dan hal itu dilakukannya semenjak kecil.



Ia lahir di Kampung Anak Ru, Patani pada tahun 1985 dari pasangan Haji Abdul Kadir dan istri pertamanya yang bernama Syarifah.

Gelar Haji Sulong sendiri didapatkannya karena ia merupakan anak sulung dalam keluarganya.

Haji Sulong dikenal sebagai seorang pria yang memiliki banyak humor, namun cerdas dan pintar.

Kepintarannya akan ilmu agama ia dapatkan dari pendidikan di pondok Haji Abdul Rashid, Kampung Bandar, Sungai Pandan, Pattani.

Saat berusia 12 tahun, ia pergi melanjutkan ilmu agamanya di Mekkah, Arab Saudi. Di sebuah sekolah bernama Dar al-Ulam, ia mempelajari tafsir Alquran dan hadis, ilmu fikih dan asas-asasnya, serta tata bahasa Arab.

Ia menimba ilmu selama 20 tahun di Mekkah. Ilmu agama yang dipelajari kelak menjadi bekal Haji Sulong dalam menegakkan Islam.

Di Mekkah, Haji Sulong menikah dengan Cik Sofiah binti Omar. Cik Sofiah meninggal setahun setelah mereka berumah tangga.

Haji Sulong tidak mempunyai buah hati dari pernikahannya dengan Cik Sofiah. Ia kemudian menikah dengan Hajah Khadijah binti Haji Ibrahim.

Pada tahun 1924, ia pun pulang ke tanah airnya, Thailand. Ia membangun sekolah dengan sistem kurikulum pelajaran yang teratur.

Sekolah tersebut bernama Madrasah al-Maarif al-Wataniyah Fatani, yang diresmikan tahun 1933 oleh Perdana Menteri Thailand.

Sekolah ini dibangun atas kesadaran Haji Sulong bahwa rakyat Pattani berhak mendapat pendidikan layak.

Haji Sulong sebagai bagian dari komunitas Jawi (Melayu) sempat berseteru dengan pemerintah Thailand.

Pada masa itu, Jenderal Phibunsongkhram yang menempati posisi Perdana Menteri (menjabat pada 1938-1944 dan 1948-1957) mengusung ideologi “Thainess” di mana setiap warga negara Thailand harus menjadi Buddhis, berbicara bahasa Thai dan mencintai monarki.

Thainess juga menciptakan sentimen bahwa etnis Thai lebih unggul dibanding etnis lainnya. Ini tentu merugikan etnis lain yang bermukim di Thailand, salah satunya komunitas Jawi.

Dianggap sebagai pemberontak, Haji Sulong lantas ditangkap dan dipaksa untuk menghentikan aktivitasnya.

Hal ini dipandang sebagai penghinaan bagi komunitas Jawi, yang kemudian dianggap separatis oleh pemerintah Thailand.

Haji Sulong sempat mendekam di penjara selama empat tahun. Ia dibebaskan pada 1952, namun berada di bawah pengawasan ketat negara.

Pada 13 Agustus 1954, pemerintah Thailand memerintahkan Haji Sulong dan putra sulungnya untuk melapor ke kantor kepolisian Songkhla.

Namun dalam perjalanan menuju kantor polisi, mereka menghilang secara misterius. Tidak ada yang tahu di mana keberadaannya dan siapa bertanggung jawab atas menghilangnya Haji Sulong.

Kuat dugaan, Haji Sulong, putranya, dan dua orang lainnya yang bersama mereka, dihilangkan secara paksa oleh pemerintah.

Sampai saat ini, Haji Sulong telah menghilang selama 67 tahun, 9 bulan dan 26 hari.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1529 seconds (0.1#10.140)