Kejanggalan Baru Tragedi Malaysia Airlines MH370: Pencarinya Diancam Dibunuh
loading...
A
A
A
Pada 24 Maret, dua minggu setelah hilangnya MH370, Malaysian Airlines mengeluarkan pernyataan yang mengatakan; "Menurut data baru, penerbangan MH370 berakhir di Samudra Hindia selatan, semua penumpang diasumsikan tewas".
"Kematian Kedua' saat Puing Ditemukan
Setahun setelah pesawat hilang, ketika keluarga dan teman korban berkumpul di Kuala Lumpur, Beijing, dan Paris, masih belum ada tanda-tanda puing-puing dari pesawat.
Namun pada Juli 2015, bagian dari sayap Boeing 777 ditemukan di Pulau Reunion, sebuah wilayah milik Prancis 1.000 km timur Madagaskar.
Ingin membantu keluarga menemukan jejak pesawat, Blaine Gibson memutuskan untuk mencari lebih banyak reruntuhan.
Meskipun tim pencari Australia menyarankan puing-puing akan terdampar di Sumatra, Gibson mengikuti saran ahli kelautan terkemuka Dr Charitha Pattiaratchi, yang mengeklaim arus akan membuat hal itu mustahil dan mendesaknya untuk mencari di Madagaskar dan Mozambik sebagai gantinya.
“Ketika saya sampai di sana, saya bertanya kepada penduduk setempat—nelayan, tukang perahu—di mana puing-puing dari laut lepas terdampar?” katanya.
“Ada gundukan pasir di luar terumbu yang terpapar ke Samudra Hindia, tempat barang-barang terdampar ke darat. Tiba-tiba tukang perahu memanggil nama saya dan berkata, 'Apakah ini Malaysia 370?'”
Segitiga abu-abu, bertuliskan "No Step", ternyata merupakan bagian dari ekor.
Pada bulan Juni 2016, tiga potongan lagi ditemukan dan beberapa keluarga korban, termasuk Wattrelos dan Nathan, terbang ke Madagaskar untuk membantu, menyisir 20 km garis pantai untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
"Kematian Kedua' saat Puing Ditemukan
Setahun setelah pesawat hilang, ketika keluarga dan teman korban berkumpul di Kuala Lumpur, Beijing, dan Paris, masih belum ada tanda-tanda puing-puing dari pesawat.
Namun pada Juli 2015, bagian dari sayap Boeing 777 ditemukan di Pulau Reunion, sebuah wilayah milik Prancis 1.000 km timur Madagaskar.
Ingin membantu keluarga menemukan jejak pesawat, Blaine Gibson memutuskan untuk mencari lebih banyak reruntuhan.
Meskipun tim pencari Australia menyarankan puing-puing akan terdampar di Sumatra, Gibson mengikuti saran ahli kelautan terkemuka Dr Charitha Pattiaratchi, yang mengeklaim arus akan membuat hal itu mustahil dan mendesaknya untuk mencari di Madagaskar dan Mozambik sebagai gantinya.
“Ketika saya sampai di sana, saya bertanya kepada penduduk setempat—nelayan, tukang perahu—di mana puing-puing dari laut lepas terdampar?” katanya.
“Ada gundukan pasir di luar terumbu yang terpapar ke Samudra Hindia, tempat barang-barang terdampar ke darat. Tiba-tiba tukang perahu memanggil nama saya dan berkata, 'Apakah ini Malaysia 370?'”
Segitiga abu-abu, bertuliskan "No Step", ternyata merupakan bagian dari ekor.
Pada bulan Juni 2016, tiga potongan lagi ditemukan dan beberapa keluarga korban, termasuk Wattrelos dan Nathan, terbang ke Madagaskar untuk membantu, menyisir 20 km garis pantai untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.