Profil Omar Mokhtar, Ulama dan Pejuang Kemerdekaan Libya yang Dihukum Gantung oleh Italia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Omar Mokhtar merupakan seorang ulama asal Libya yang dikenal juga sebagai pejuang kemerdekaannegara di Afrika utara ituatas penjajahan Italia . Dia menjadi figur terkemuka Gerakan Sensussi dan anggap sebagai pahlawan nasional Libya.
Dia mulai mengatur penduduk untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Italia sejak awal tahun 1911 dan berjalan sekitar 20 tahun lamanya.
Omar Mokhtar lahir pada tahun 1858 di timur Cyrenaica, Al Butnan. Sebuah Kecamatan di daerah Janzur Timur. Dikutip dari Middle East Monitor, setelah menjadi yatim piatu di usia muda, sesuai kehendak ayahnya, dia diadopsi oleh Sharif Al-Ghariani, seorang ulama terkenal yang menjadi teman keluarganya.
Setelah itu, Omar menerima pendidikan di madrasah setempat dimana dia menghafal Al-Qur’an. Dia melanjutkan pendidikan agamanya di Universitas Jaghbub yang memiliki hubungan dengan Ordo Senussi Sufi dan melayani markas gerakan spiritual di oasis terpencil yang ada di Libya Timur.
Setelah belajar di sana sekitar 8 tahun, Omar lulus sebagai imam dan cendekiawan serta bergabung dengan Persaudaraan Senussi dibawah kepemimpinan Syekh Muhammad Al-Mahdi Al-Senussi. Dia merupakan putra dari pendiri gerakan ini, yaitu Syekh Muhammad Ibn Ali Al-Senussi dan Ayah dari Raja Idris dari Libya (1890-1983).
Omar kembali ke tempat asalnya untuk melayani masyarakat. Namun, pada 1897 dia dipanggil oleh Al-Mahdi untuk menjadi Syekh Kota Timur Zawiyat Al-Qusour sebelum nantinya melakukan perjalanan ke Sudan dan ditunjuk menjadi wakil pemimpin Senussi. Sejak inilah dia mendapat sebutan ‘Lion of The Desert’.
Pada saat usia Omar mencapai 37 tahun, dia dikirim ke Chad untuk bergabung bersama pasukan Senussi dalam melawan perlawanan penjajah Prancis. Dia diangkat menjadi Kepala Zawiyat Al-Qusour setelah kematian Al-Mahdi pada 1902.
Ketika Italia menginvasi Libya pada tahun 1911, gerakan tersebut mengalihkan perlawanan di Chad ke Libya. Dibawah slogan ‘Kita Menang atau Mati!’ Omar memulai kampanye gerilya untuk melawan pasukan Italia yang rentan terhadap penyergapan di daerah gurun yang tidak dikenal. Selain itu, dia juga mendapat dukungan dari warga lokal dalam bentuk pasukan, makanan, hingga persediaan lainnya.
Pasukan Italia tak bisa mengalahkan pasukan Omar secara taktis. Namun, pada akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, pasukan Italia berhasil menangkapnya pada 11 September 1931. Dia diadili tiga hari kemudian dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung.
Tepat pada 16 September 1931, Omar Mokhtar dieksekusi didepan para pendukungnya di kamp konsentrasi Suluq, selatan Benghazi. Secara simbolis, setidaknya eksekusi ini bisa mengakhiri perlawanan Senussi terhadap penjajahan Italia di Libya.
Lihat Juga: Ulama Sepuh dan Ribuan Warga 21 Kecamatan Lombok Timur Kukuhkan Dukungan untuk Rohmi-Firin
Dia mulai mengatur penduduk untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Italia sejak awal tahun 1911 dan berjalan sekitar 20 tahun lamanya.
Omar Mokhtar lahir pada tahun 1858 di timur Cyrenaica, Al Butnan. Sebuah Kecamatan di daerah Janzur Timur. Dikutip dari Middle East Monitor, setelah menjadi yatim piatu di usia muda, sesuai kehendak ayahnya, dia diadopsi oleh Sharif Al-Ghariani, seorang ulama terkenal yang menjadi teman keluarganya.
Setelah itu, Omar menerima pendidikan di madrasah setempat dimana dia menghafal Al-Qur’an. Dia melanjutkan pendidikan agamanya di Universitas Jaghbub yang memiliki hubungan dengan Ordo Senussi Sufi dan melayani markas gerakan spiritual di oasis terpencil yang ada di Libya Timur.
Setelah belajar di sana sekitar 8 tahun, Omar lulus sebagai imam dan cendekiawan serta bergabung dengan Persaudaraan Senussi dibawah kepemimpinan Syekh Muhammad Al-Mahdi Al-Senussi. Dia merupakan putra dari pendiri gerakan ini, yaitu Syekh Muhammad Ibn Ali Al-Senussi dan Ayah dari Raja Idris dari Libya (1890-1983).
Omar kembali ke tempat asalnya untuk melayani masyarakat. Namun, pada 1897 dia dipanggil oleh Al-Mahdi untuk menjadi Syekh Kota Timur Zawiyat Al-Qusour sebelum nantinya melakukan perjalanan ke Sudan dan ditunjuk menjadi wakil pemimpin Senussi. Sejak inilah dia mendapat sebutan ‘Lion of The Desert’.
Pada saat usia Omar mencapai 37 tahun, dia dikirim ke Chad untuk bergabung bersama pasukan Senussi dalam melawan perlawanan penjajah Prancis. Dia diangkat menjadi Kepala Zawiyat Al-Qusour setelah kematian Al-Mahdi pada 1902.
Ketika Italia menginvasi Libya pada tahun 1911, gerakan tersebut mengalihkan perlawanan di Chad ke Libya. Dibawah slogan ‘Kita Menang atau Mati!’ Omar memulai kampanye gerilya untuk melawan pasukan Italia yang rentan terhadap penyergapan di daerah gurun yang tidak dikenal. Selain itu, dia juga mendapat dukungan dari warga lokal dalam bentuk pasukan, makanan, hingga persediaan lainnya.
Pasukan Italia tak bisa mengalahkan pasukan Omar secara taktis. Namun, pada akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, pasukan Italia berhasil menangkapnya pada 11 September 1931. Dia diadili tiga hari kemudian dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung.
Tepat pada 16 September 1931, Omar Mokhtar dieksekusi didepan para pendukungnya di kamp konsentrasi Suluq, selatan Benghazi. Secara simbolis, setidaknya eksekusi ini bisa mengakhiri perlawanan Senussi terhadap penjajahan Italia di Libya.
Lihat Juga: Ulama Sepuh dan Ribuan Warga 21 Kecamatan Lombok Timur Kukuhkan Dukungan untuk Rohmi-Firin
(ian)