Jenderal Top AS: NATO Model yang Cukup Bagus untuk Asia-Pasifik
loading...
A
A
A
Pernyataan bersama yang dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping setelah pertemuan mereka di sela-sela Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari mengatakan kedua negara "menentang perluasan lebih lanjut dari NATO," yang akhirnya membuat Moskow mengumumkan "operasi militer khusus" di Ukraina.
Beijing juga telah mengungkapkan keprihatinan mengenai kontak politik dan militer yang berkembang antara Washington dan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Laporan penting yang dirilis Gedung Putih pada Februari dan berjudul "Strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat," mengatakan, “AS akan membela kepentingan kita, mencegah agresi militer terhadap negara kita sendiri dan sekutu dan mitra kita, termasuk melintasi Selat Taiwan.”
Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan “Inisiatif Keamanan Global” sebagai penolakan terhadap Strategi Indo-Pasifik AS.
Inisiatif yang didukung Beijing, yang katanya sudah “diimplementasikan”, “menentang pemisahan” kawasan Asia-Pasifik.
NATO, di sisi lain, April ini mengundang para menteri luar negeri Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan ke pertemuan para menteri luar negerinya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi militer akan "memperdalam kerja sama" dengan empat negara dengan “Konsep Strategis” yang baru (rencana 10 tahun) untuk melawan pengaruh Beijing yang semakin besar.
Sementara itu, di kawasan Asia-Pasifik, tumbuh perselisihan antara China dan sekutu AS seperti Australia atas kerja sama keamanan Beijing dengan Kepulauan Solomon.
PM Australia Scott Morrison memperingatkan pangkalan militer China yang potensial di Kepulauan Solomon akan menjadi "garis merah" untuk Canberra dan Washington.
Beijing telah menolak klaim bahwa mereka ingin mendirikan pangkalan di wilayah tersebut.
Beijing juga telah mengungkapkan keprihatinan mengenai kontak politik dan militer yang berkembang antara Washington dan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Laporan penting yang dirilis Gedung Putih pada Februari dan berjudul "Strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat," mengatakan, “AS akan membela kepentingan kita, mencegah agresi militer terhadap negara kita sendiri dan sekutu dan mitra kita, termasuk melintasi Selat Taiwan.”
Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan “Inisiatif Keamanan Global” sebagai penolakan terhadap Strategi Indo-Pasifik AS.
Inisiatif yang didukung Beijing, yang katanya sudah “diimplementasikan”, “menentang pemisahan” kawasan Asia-Pasifik.
NATO, di sisi lain, April ini mengundang para menteri luar negeri Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan ke pertemuan para menteri luar negerinya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi militer akan "memperdalam kerja sama" dengan empat negara dengan “Konsep Strategis” yang baru (rencana 10 tahun) untuk melawan pengaruh Beijing yang semakin besar.
Sementara itu, di kawasan Asia-Pasifik, tumbuh perselisihan antara China dan sekutu AS seperti Australia atas kerja sama keamanan Beijing dengan Kepulauan Solomon.
PM Australia Scott Morrison memperingatkan pangkalan militer China yang potensial di Kepulauan Solomon akan menjadi "garis merah" untuk Canberra dan Washington.
Beijing telah menolak klaim bahwa mereka ingin mendirikan pangkalan di wilayah tersebut.