Jenderal Top AS: NATO Model yang Cukup Bagus untuk Asia-Pasifik

Kamis, 28 April 2022 - 03:31 WIB
loading...
Jenderal Top AS: NATO...
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana R Hari Kumar pada Rabu (27/4/2022) mengadakan diskusi dengan Laksamana John C Aquilino, komandan Komando Indo-Pasifik AS di New Delhi. Foto/ani
A A A
DELHI - Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi mengatakan, “Tujuan sebenarnya dari strategi Indo-Pasifik adalah untuk membentuk NATO versi Indo-Pasifik.”

Beijing sangat kritis terhadap kelompok yang dipimpin Amerika Serikat (AS) seperti Quad empat negara (juga melibatkan India, Jepang dan Australia) serta pakta AUKUS trilateral antara Australia, Inggris dan AS.

“Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) adalah model yang cukup bagus untuk kawasan Indo-Pasifik,” ungkap Komandan Indo-Pasifik AS Laksamana John C Aquilino, Komandan Komando Indo-Pasifik AS saat berada di New Delhi pada Rabu (27/4/2022).



“Ada banyak hal yang dituding China kepada orang-orang yang belum tentu faktual,” jawab Aquilino ketika diminta menanggapi tuduhan Beijing bahwa AS telah berusaha membuat pakta militer mirip NATO di kawasan Asia-Pasifik.



Dia mengklaim, "Negara-negara yang berpikiran sama di kawasan Asia-Pasifik telah bekerja bersama selama bertahun-tahun."



“Apa yang kami lihat adalah manfaat ketika negara-negara yang berpikiran sama bersatu sebagai contoh dari peningkatan kekuatan, yang telah kami lihat di NATO berdasarkan tindakan Rusia,” ujar Panglima AS itu menggarisbawahi.

“Saya akan mengartikulasikan itu adalah model yang cukup bagus untuk Indo-Pasifik, bagi negara-negara yang menghargai kebebasan. Sekali lagi, nilai-nilai dan kepentingan kita untuk menjaga perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini adalah hal yang cukup baik,” ujar dia.

“Jadi, kita akan melihat peningkatan multilateral event dari negara-negara mitra, baik di kawasan maupun di luar kawasan,” papar Aquilino.

Komandan Indo-Pasifik AS menarik perhatian pada Latihan RIMPAC mendatang, yang digambarkan sebagai latihan perang maritim terbesar di dunia dan diselenggarakan dua tahun sekali oleh Komando Indo-Pasifik AS, salah satu dari enam komando terpadu pasukan Amerika.

“Lebih dari 27 negara dari seluruh dunia akan bersatu untuk beroperasi secara damai untuk memastikan kebebasan navigasi, kebebasan bersama global, untuk kepentingan semua bangsa,” papar dia.

Dia mengatakan tidak melihat tuduhan Beijing terhadap AS (mencoba menciptakan NATO Asia) sebagai tuduhan yang “valid”.

“Semua negara mendapatkan pilihan. Pilihan berdaulat tentang apa yang ingin mereka lakukan dengan negara lain. Dan jika bangsa-bangsa ingin bersatu untuk memberikan keamanan dan kemakmuran, maka menurut saya tidak serta merta buruk,” ujar dia.

Pernyataan itu dibuat pada Dialog Raisina, konferensi geopolitik tahunan yang diselenggarakan bersama oleh Kementerian Luar Negeri India dan lembaga think tank Observer Research Foundation (ORF) yang berbasis di Delhi.

Kepala Staf Angkatan Laut India Laksamana R Hari Kumar, Kepala Angkatan Pertahanan Australia Jenderal Angus Campbell, Kepala Staf Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) Jenderal Koji Yamakazi dan Marsekal Udara Luc De Rancourt, Wakil Direktur Jenderal untuk Urusan dan Strategi Internasional di Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis adalah peserta panel lainnya.

“Saya menantikan rekan saya (dari China) mengangkat masalah ini dengan saya ketika dia selanjutnya ingin berbicara dengan saya,” ujar Jenderal Campbell Australia, menanggapi tuduhan Beijing.

Beijing tidak hanya menuduh Strategi Indo-Pasifik mencoba menciptakan “NATO Asia,” tetapi juga mengecam keras peran kelompok trans-Atlantik dalam memicu konflik di Ukraina.

Beijing secara konsisten menyatakan kepentingan keamanan yang sah dalam konflik Ukraina harus dihormati, sejalan dengan kekhawatiran Moskow tentang perluasan aliansi NATO yang bermarkas di Brussel sejak 1990.

Pernyataan bersama yang dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping setelah pertemuan mereka di sela-sela Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari mengatakan kedua negara "menentang perluasan lebih lanjut dari NATO," yang akhirnya membuat Moskow mengumumkan "operasi militer khusus" di Ukraina.

Beijing juga telah mengungkapkan keprihatinan mengenai kontak politik dan militer yang berkembang antara Washington dan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

Laporan penting yang dirilis Gedung Putih pada Februari dan berjudul "Strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat," mengatakan, “AS akan membela kepentingan kita, mencegah agresi militer terhadap negara kita sendiri dan sekutu dan mitra kita, termasuk melintasi Selat Taiwan.”

Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan “Inisiatif Keamanan Global” sebagai penolakan terhadap Strategi Indo-Pasifik AS.

Inisiatif yang didukung Beijing, yang katanya sudah “diimplementasikan”, “menentang pemisahan” kawasan Asia-Pasifik.

NATO, di sisi lain, April ini mengundang para menteri luar negeri Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan ke pertemuan para menteri luar negerinya.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi militer akan "memperdalam kerja sama" dengan empat negara dengan “Konsep Strategis” yang baru (rencana 10 tahun) untuk melawan pengaruh Beijing yang semakin besar.

Sementara itu, di kawasan Asia-Pasifik, tumbuh perselisihan antara China dan sekutu AS seperti Australia atas kerja sama keamanan Beijing dengan Kepulauan Solomon.

PM Australia Scott Morrison memperingatkan pangkalan militer China yang potensial di Kepulauan Solomon akan menjadi "garis merah" untuk Canberra dan Washington.

Beijing telah menolak klaim bahwa mereka ingin mendirikan pangkalan di wilayah tersebut.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2069 seconds (0.1#10.140)