Rohaniawan Ukraina Tuding Rusia Gunakan Kebohongan Naziisme untuk Invasi
loading...
A
A
A
“Perang ini menunjukkan tidak ada simpati dan empati dari pihak Kristen Ortodoks terhadap Ukraina yang memiliki mayoritas pemeluk Kristen Ortodoks dan katanya bagian dari mereka. Menurut saya, ini prinsipnya sama seperti NAZI,” tuturnya.
Naziisme merujuk pada ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman. Naziisme menolak liberalisme, demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia, sebaliknya menekankan subordinasi individu kepada negara dan perlunya kepatuhan yang ketat kepada para pemimpin. Ini menekankan ketidaksetaraan individu dan "ras" dan hak yang kuat untuk memerintah yang lemah.
Sheikh Said Ismagilov Mufti (Pemimpin umat Islam) Ukraina dan Sheikh Aider Rustemov Mufti komunitas Islam Crimea Tartar menegaskan kehidupan beragama di Ukraina sejak merdeka dari Uni Soviet sangat semarak.
Hal senada ditegaskan Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin yang menyatakan paham naziisme bisa ditemukan di Ukraina namun kami hidup dalam keragaman masyarakat dan saling melindungi.
“Masyarakat Ukraina sangat beragam dan saling melindungi, apa ini yang disebut naziisme berkembang di negara kami? Benar adanya pasukan Batalyon Azov. Tapi mereka berperang melawan penjajahan Rusia,” ujar dia.
Secara sejarah Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk untuk mendukung tentara Ukraina dalam memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejuangnya berasal dari kelompok sayap kanan kecil, yang anggota intinya berasal dari Ukraina timur dan bisa berbicara bahasa Rusia.
Batalion Azov membela dan mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa.
Gempuran Rusia membuat kota pelabuhan strategis di selatan Ukraina itu tidak memiliki aliran listrik, hanya ada sedikit air, dan sedikit persediaan makanan.
Mariupol menjadi markas Batalion Azov, yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina, sehingga berada di bawah Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Para pejuangnya terlatih dengan baik, tetapi unit ini anggotanya terdiri dari nasionalis dan radikal sayap kanan. Keberadaannya adalah salah satu dalih yang digunakan Rusia untuk perang melawan Ukraina.
Naziisme merujuk pada ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman. Naziisme menolak liberalisme, demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia, sebaliknya menekankan subordinasi individu kepada negara dan perlunya kepatuhan yang ketat kepada para pemimpin. Ini menekankan ketidaksetaraan individu dan "ras" dan hak yang kuat untuk memerintah yang lemah.
Sheikh Said Ismagilov Mufti (Pemimpin umat Islam) Ukraina dan Sheikh Aider Rustemov Mufti komunitas Islam Crimea Tartar menegaskan kehidupan beragama di Ukraina sejak merdeka dari Uni Soviet sangat semarak.
Hal senada ditegaskan Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin yang menyatakan paham naziisme bisa ditemukan di Ukraina namun kami hidup dalam keragaman masyarakat dan saling melindungi.
“Masyarakat Ukraina sangat beragam dan saling melindungi, apa ini yang disebut naziisme berkembang di negara kami? Benar adanya pasukan Batalyon Azov. Tapi mereka berperang melawan penjajahan Rusia,” ujar dia.
Secara sejarah Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk untuk mendukung tentara Ukraina dalam memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejuangnya berasal dari kelompok sayap kanan kecil, yang anggota intinya berasal dari Ukraina timur dan bisa berbicara bahasa Rusia.
Batalion Azov membela dan mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa.
Gempuran Rusia membuat kota pelabuhan strategis di selatan Ukraina itu tidak memiliki aliran listrik, hanya ada sedikit air, dan sedikit persediaan makanan.
Mariupol menjadi markas Batalion Azov, yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina, sehingga berada di bawah Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Para pejuangnya terlatih dengan baik, tetapi unit ini anggotanya terdiri dari nasionalis dan radikal sayap kanan. Keberadaannya adalah salah satu dalih yang digunakan Rusia untuk perang melawan Ukraina.