5 Negara Asing yang Memiliki Kepentingan di Suriah
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Perang saudara Suriah yang berlangsung selama 13 tahun, yang berpuncak pada jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad dan risiko fragmentasi Suriah lebih lanjut, memiliki implikasi signifikan bagi para pelaku global dan regional.
Melemahkan Poros ini memastikan keamanan yang lebih besar bagi sekutu Washington, Israel.
Melansir Sputnik News, laporan Badan Intelijen Pertahanan tahun 2012 yang telah dideklasifikasi mengungkapkan bahwa AS berencana untuk mendukung pembentukan kerajaan Salafi Sunni di Suriah untuk mengisolasi wilayah yang dikuasai pemerintah yang dianggap sebagai "kedalaman strategis perluasan Syiah" bagi Iran dan milisi Syiah Irak.
Suriah juga merupakan mata rantai penting bagi Iran untuk memasok Hizbullah di Lebanon. Disintegrasi Suriah menguntungkan Israel dengan melemahkan Poros Perlawanan dan mengurangi tekanan eksternal terhadap kebijakannya terkait wilayah Palestina.
Selain itu, fragmentasi Suriah telah memungkinkan Israel untuk memperkuat kendalinya atas Dataran Tinggi Golan, membatalkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974, dan memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Golan yang dikuasai Suriah.
Fragmensi Suriah menimbulkan ancaman bagi Turki karena aspirasi Kurdi untuk negara merdeka, yang mengancam keamanan nasional dan integritas teritorial Turki. Sekitar 30 juta suku Kurdi tinggal di wilayah pegunungan Iran, Irak, Suriah, dan Turki.
Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki baru-baru ini mengusir YPG dari Tal Rifaat (utara Aleppo), memutus rute utama antara Raqqa dan Aleppo, dan mengepung kota Manbij dari tiga sisi.
Iran dan Suriah juga bekerja sama dalam perang bersama melawan ISIS* dan faksi sektarian lain yang mengancam Iran dan sekutu Syiahnya.
Iran berupaya menjaga integritas teritorial Suriah dan membantu rekonsiliasi politik antara pihak-pihak yang bertikai untuk mencegah kekacauan dan perpecahan, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan regional yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi telah menyatakan kekhawatiran tentang potensi perang sektarian, perang saudara, disintegrasi Suriah, dan transformasinya menjadi pusat teroris.
Keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah bertepatan dengan ekspansi ISIS* dan muncul atas permintaan Damaskus untuk memerangi terorisme "di luar negeri untuk mencegahnya menyerang dalam negeri," seperti yang dinyatakan Presiden Vladimir Putin pada tahun 2015. Krisis Suriah mengancam akan meluas ke Kaukasus Rusia dan sekitarnya.
Setelah kekalahan ISIS, kepentingan strategis Rusia meliputi menstabilkan situasi di lapangan, mengekang ancaman teroris yang tersisa, dan memastikan rekonsiliasi pihak-pihak yang bertikai bersama dengan penyelesaian politik untuk menjaga stabilitas regional.
5 Negara Asing yang Memiliki Kepentingan di Suriah
1. Amerika Serikat
Washington memandang fragmentasi Suriah sebagai cara untuk melemahkan Iran, yang bersama dengan Hizbullah Lebanon, milisi Syiah Irak, dan Houthi Yaman, membentuk Poros Perlawanan terhadap Israel yang didukung AS.Melemahkan Poros ini memastikan keamanan yang lebih besar bagi sekutu Washington, Israel.
Melansir Sputnik News, laporan Badan Intelijen Pertahanan tahun 2012 yang telah dideklasifikasi mengungkapkan bahwa AS berencana untuk mendukung pembentukan kerajaan Salafi Sunni di Suriah untuk mengisolasi wilayah yang dikuasai pemerintah yang dianggap sebagai "kedalaman strategis perluasan Syiah" bagi Iran dan milisi Syiah Irak.
2. Israel
Secara teknis berperang dengan Suriah sejak 1948, Israel memandang runtuhnya Suriah sebagai upaya untuk menyingkirkan musuh lama. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menargetkan persediaan senjata dan instalasi militer Suriah untuk menghilangkan potensi perangnya.Suriah juga merupakan mata rantai penting bagi Iran untuk memasok Hizbullah di Lebanon. Disintegrasi Suriah menguntungkan Israel dengan melemahkan Poros Perlawanan dan mengurangi tekanan eksternal terhadap kebijakannya terkait wilayah Palestina.
Selain itu, fragmentasi Suriah telah memungkinkan Israel untuk memperkuat kendalinya atas Dataran Tinggi Golan, membatalkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974, dan memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Golan yang dikuasai Suriah.
3. Turki
Ankara bertujuan untuk mempertahankan kendali atas Suriah utara, yang berbatasan dengan Turki, tempat Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang didukung AS, yang ditetapkan sebagai teroris oleh Turki, saat ini beroperasi.Fragmensi Suriah menimbulkan ancaman bagi Turki karena aspirasi Kurdi untuk negara merdeka, yang mengancam keamanan nasional dan integritas teritorial Turki. Sekitar 30 juta suku Kurdi tinggal di wilayah pegunungan Iran, Irak, Suriah, dan Turki.
Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki baru-baru ini mengusir YPG dari Tal Rifaat (utara Aleppo), memutus rute utama antara Raqqa dan Aleppo, dan mengepung kota Manbij dari tiga sisi.
4. Iran
Suriah memainkan peran penting dalam Poros Perlawanan dalam menghadapi Israel dan membela Palestina, menurut Kementerian Luar Negeri Iran.Iran dan Suriah juga bekerja sama dalam perang bersama melawan ISIS* dan faksi sektarian lain yang mengancam Iran dan sekutu Syiahnya.
Iran berupaya menjaga integritas teritorial Suriah dan membantu rekonsiliasi politik antara pihak-pihak yang bertikai untuk mencegah kekacauan dan perpecahan, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan regional yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi telah menyatakan kekhawatiran tentang potensi perang sektarian, perang saudara, disintegrasi Suriah, dan transformasinya menjadi pusat teroris.
5. Rusia
Melansir Sputnik News, Suriah telah lama menjadi sekutu Rusia, menyediakan Angkatan Laut Rusia dengan kehadiran permanen di Laut Mediterania di kota pelabuhan Tartus sejak 1971.Keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah bertepatan dengan ekspansi ISIS* dan muncul atas permintaan Damaskus untuk memerangi terorisme "di luar negeri untuk mencegahnya menyerang dalam negeri," seperti yang dinyatakan Presiden Vladimir Putin pada tahun 2015. Krisis Suriah mengancam akan meluas ke Kaukasus Rusia dan sekitarnya.
Setelah kekalahan ISIS, kepentingan strategis Rusia meliputi menstabilkan situasi di lapangan, mengekang ancaman teroris yang tersisa, dan memastikan rekonsiliasi pihak-pihak yang bertikai bersama dengan penyelesaian politik untuk menjaga stabilitas regional.
(ahm)