Politisi Italia Ingin Undang Putin ke Parlemen setelah Zelensky
loading...
A
A
A
Ide tersebut juga disambut sesama angggota parlemen Grimaldi, Davide Serritella dan Gabriele Lorenzoni.
"Mengundang Putin ke parlemen (Italia) adalah proposal yang masuk akal," ujar Serritella.
Dia menambahkan, langkah itu akan memungkinkan anggota parlemen "menekan" presiden Rusia pada sejumlah masalah sensitif, termasuk yang terkait dengan krisis Ukraina.
Adapun Grimaldi, dia, bersama empat rekannya dari koalisi Gerakan Bintang 5 dan Liga, baru-baru ini menolak rancangan undang-undang (RUU) yang menetapkan Italia mengirim bantuan militer "tidak mematikan" ke Ukraina untuk menunjukkan dukungan bagi Kiev melawan Moskow.
Perkembangan terjadi ketika Rusia melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina, yang diumumkan Presiden Putin pada 24 Februari.
Operasi tersebut diluncurkan setelah adanya permintaan bantuan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) di tengah berlanjutnya penembakan terhadap posisi dan infrastruktur mereka oleh Angkatan Darat Ukraina.
Operasi Rusia itu hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dengan senjata presisi tinggi, yang tidak menimbulkan ancaman bagi penduduk sipil, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
Moskow dan Kiev saat ini sedang dalam pembicaraan untuk menyelesaikan konflik. Ajudan Presiden Rusia Vladimir Medinsky pada Jumat menekankan para pihak telah membuat kemajuan dalam beberapa masalah selama negosiasi, termasuk status netral Ukraina dan tidak masuk ke NATO.
"Masalah status netral dan tidak masuknya Ukraina ke NATO adalah salah satu poin utama dari negosiasi, ini adalah poin di mana para pihak telah membawa posisi mereka sedekat mungkin," ungkap Medinsky.
Dia menambahkan, "Nuansanya terkait dengan jaminan keamanan apa yang dapat diterima Ukraina selain yang sudah ada, jika menolak bergabung dengan NATO."
"Mengundang Putin ke parlemen (Italia) adalah proposal yang masuk akal," ujar Serritella.
Dia menambahkan, langkah itu akan memungkinkan anggota parlemen "menekan" presiden Rusia pada sejumlah masalah sensitif, termasuk yang terkait dengan krisis Ukraina.
Adapun Grimaldi, dia, bersama empat rekannya dari koalisi Gerakan Bintang 5 dan Liga, baru-baru ini menolak rancangan undang-undang (RUU) yang menetapkan Italia mengirim bantuan militer "tidak mematikan" ke Ukraina untuk menunjukkan dukungan bagi Kiev melawan Moskow.
Perkembangan terjadi ketika Rusia melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina, yang diumumkan Presiden Putin pada 24 Februari.
Operasi tersebut diluncurkan setelah adanya permintaan bantuan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) di tengah berlanjutnya penembakan terhadap posisi dan infrastruktur mereka oleh Angkatan Darat Ukraina.
Operasi Rusia itu hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dengan senjata presisi tinggi, yang tidak menimbulkan ancaman bagi penduduk sipil, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
Moskow dan Kiev saat ini sedang dalam pembicaraan untuk menyelesaikan konflik. Ajudan Presiden Rusia Vladimir Medinsky pada Jumat menekankan para pihak telah membuat kemajuan dalam beberapa masalah selama negosiasi, termasuk status netral Ukraina dan tidak masuk ke NATO.
"Masalah status netral dan tidak masuknya Ukraina ke NATO adalah salah satu poin utama dari negosiasi, ini adalah poin di mana para pihak telah membawa posisi mereka sedekat mungkin," ungkap Medinsky.
Dia menambahkan, "Nuansanya terkait dengan jaminan keamanan apa yang dapat diterima Ukraina selain yang sudah ada, jika menolak bergabung dengan NATO."