Dunia Menanti Peran Indonesia dalam Pemulihan Hubungan Manusia dan Planet

Kamis, 17 Maret 2022 - 19:58 WIB
loading...
Dunia Menanti Peran Indonesia dalam Pemulihan Hubungan Manusia dan Planet
Jelang perhelatan Stockholm +50, dunia menanti peran Indonesia dalam pemulihan hubungan manusia dan planet. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Dunia internasional mendorong peran Indonesia untuk mengedepankan isu perubahan iklim dan pemulihan hubungan manusia dengan planet bumi di perhelatan Stockholm +50, terutama mengingat kepimpinan Indonesia di G-20 tahun ini.

Perhelatan Stockholm +50 yang akan digelar tanggal 2-3 Juni mendatang juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun sejak Deklarasi Stockholm diadopsi di pertemuan PBB pertama terkait lingkungan hidup di Stockholm, Swedia. Deklarasi ini merupakan pernyataan dunia pertama yang menjelaskan interkoneksi antara pembangunan, kemiskinan dan lingkungan hidup.

Pertemuan Stokcholm +50 juga akan membahas kelangsungan lingkungan hidup dunia setelah dunia dihantam pandemik. Dua tahun pandemi telah membuat terjadinya kemunduran dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Ini karena adanya peningkatan kemiskinan, pola konsumsi yang tidak sustainable serta eksploitasi sumber daya alam.



Dosen Departemen SKPM IPB Soeryo Adiwobowo menjelaskan, pembangunan yang selama ini dilakukan harus bersahabat dengan alam agar bisa menciptakan planet yang sehat.

Dari tatanan makro, untuk memulihkan dan menumbuhkan kembali relasi positif dengan alam, diperlukan perubahan radikal pada tatanan kehidupan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi sebagai mesin pertumbuhan.

“Selain itu juga perlu perubahan paradigma ilmu pengetahuan sehingga muncul fondasi teoritik baru yang mampu menganalisis kompleksitas relasi sosial, ekonomi, dan politik di mana perubahan lingkungan terkandung di dalamnya,” kata Soeryo Adiwibowo dalam Webinar Stockholm+50: A Healthy Planet for The Prosperity of All - What are Indonesia’s Lessons Learned? yang digelar UNDP, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Soeryo menambahkan, inti masalah ekologi pada dasarnya berakar pada persoalan sosial, ekonomi politik, bukan persoalan teknis dan manajemen.

Kata Soeryo, pemulihan dan regenerasi hubungan manusia dengan alam untuk Indonesia dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pendidikan green transformational leadership di kalangan remaja dan pemuda desa yang kontekstual dengan situasi sosial ekologi setempat.

Selain itu, pertumbuhan peserta Program Kampung Iklim (ProKlim) harus diakselerasi. Saat ini telah terbentuk lebih dari 3.000 Kampung Iklim di Indonesia dengan target tahun 2024 sebanyak 20.000 Kampung Iklim.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2299 seconds (0.1#10.140)