Saksi Mata Ungkap Kekejaman Resimen Azov: Warga yang Kabur Dieksekusi di Depan Massa
loading...
A
A
A
Saat anak-anak itu terisak, "Jangan tembak!" para militan akhirnya mengarahkan keluarga tersebut ke arah Sartana dan menyuruh mereka untuk lari menyelamatkan diri.
"Dan kami pergi dan berlari," kata wanita yang terguncang itu.
Resimen Azov tanpa pandang bulu telah menargetkan wilayah sipil dan menggunakan penduduk lokal sebagai "perisai manusia" selama mereka mundur.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh resimen Azov menggunakan artileri berat Grad untuk menyerang daerah pemukiman dan sebuah sekolah di pinggiran Mariupol, menewaskan banyak warga sipil.
Kepala Republik Rakyat Lugansk Leonid Pasechnik juga telah menyatakan bahwa mundurnya pasukan nasionalis Ukraina itu menghancurkan segala sesuatu di sepanjang jalan mereka.
“Formasi bersenjata kaum fasis-Ukro, menyadari keputusasaan perlawanan mereka, dalam kebencian impoten mereka menghancurkan segala sesuatu di jalan mereka selama mereka mundur. Mereka menembaki bangunan tempat tinggal, memasang ranjau di area itu, menghancurkan objek infrastruktur sipil. Rezim kriminal ini telah menunjukkan wajah aslinya,” kata Pasechnik kepada media Rusia, Minggu.
Awalnya sekelompok paramiliter sukarelawan neo-Nazi ini dibentuk untuk ambil bagian dalam permusuhan di Donbass. Namun kini Azov telah berkembang menjadi resimen yang memiliki lebih dari 2.500 tentara dan telah diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina.
Kelompok ini secara terbuka memamerkan logo rune yang menggaungkan Wolfsangel, salah satu simbol yang digunakan oleh Divisi Panzer SS ke-2 Das Reich, dan memiliki sejarah kejahatan yang didokumentasikan PBB.
Pada tahun 2016, sebuah laporan oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OCHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh resimen Azov melanggar hukum humaniter internasional, merinci insiden selama periode dari November 2015-Februari 2016 di mana anggota Azov menyematkan senjata mereka di bekas bangunan sipil. Laporan itu juga menuduh batalion tersebut memperkosa dan menyiksa para tahanan di wilayah Donbass.
"Dan kami pergi dan berlari," kata wanita yang terguncang itu.
Resimen Azov tanpa pandang bulu telah menargetkan wilayah sipil dan menggunakan penduduk lokal sebagai "perisai manusia" selama mereka mundur.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh resimen Azov menggunakan artileri berat Grad untuk menyerang daerah pemukiman dan sebuah sekolah di pinggiran Mariupol, menewaskan banyak warga sipil.
Kepala Republik Rakyat Lugansk Leonid Pasechnik juga telah menyatakan bahwa mundurnya pasukan nasionalis Ukraina itu menghancurkan segala sesuatu di sepanjang jalan mereka.
“Formasi bersenjata kaum fasis-Ukro, menyadari keputusasaan perlawanan mereka, dalam kebencian impoten mereka menghancurkan segala sesuatu di jalan mereka selama mereka mundur. Mereka menembaki bangunan tempat tinggal, memasang ranjau di area itu, menghancurkan objek infrastruktur sipil. Rezim kriminal ini telah menunjukkan wajah aslinya,” kata Pasechnik kepada media Rusia, Minggu.
Awalnya sekelompok paramiliter sukarelawan neo-Nazi ini dibentuk untuk ambil bagian dalam permusuhan di Donbass. Namun kini Azov telah berkembang menjadi resimen yang memiliki lebih dari 2.500 tentara dan telah diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina.
Kelompok ini secara terbuka memamerkan logo rune yang menggaungkan Wolfsangel, salah satu simbol yang digunakan oleh Divisi Panzer SS ke-2 Das Reich, dan memiliki sejarah kejahatan yang didokumentasikan PBB.
Pada tahun 2016, sebuah laporan oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OCHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh resimen Azov melanggar hukum humaniter internasional, merinci insiden selama periode dari November 2015-Februari 2016 di mana anggota Azov menyematkan senjata mereka di bekas bangunan sipil. Laporan itu juga menuduh batalion tersebut memperkosa dan menyiksa para tahanan di wilayah Donbass.