Kesulitan Evakuasi Mahasiswa, India Desak Gencatan Senjata Rusia-Ukraina
loading...
A
A
A
NEW DELHI - India mendesak Ukraina dan Rusia untuk memberlakukan gencatan senjata di kota Sumy, Ukraina timur laut. Langkah ini perlu diambil untuk membantu mengevakuasi ratusan mahasiswa India yang terperangkap di sana, di tengah konflik yang memburuk.
Sekitar 700 pelajar India tidak dapat meninggalkan Sumy, setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada akhir Februari. “Evakuasi mereka terhambat karena pertempuran di daerah itu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi kepada wartawan.
"Kami menginginkan rute yang aman bagi siswa kami. Kami sedang mencari semua opsi," lanjut Bagchi, seperti dikutip dari Reuters.
Mahtab Raza, yang memposting permohonan bantuan di media sosial pada hari Kamis dikelilingi oleh sekelompok besar siswa, mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa tidak ada air yang mengalir di tempat mereka tinggal dan mereka kehabisan uang.
"Kami hanya menunggu pemerintah," katanya sambil menahan air mata. "Kami mempercayai pemerintah India. Ini (Sumy) adalah kota yang sangat indah. Kami tidak mengharapkan hal seperti ini terjadi di Ukraina, tetapi ini terjadi. Ini tidak baik," tambahnya.
Dalam posting sebelumnya dia mengatakan telah terjadi penembakan dan serangan udara di kota yang membuatnya terlalu berbahaya untuk keluar.
"Di mana-mana (ada) penembak jitu di gedung-gedung," katanya kepada Reuters. "Tidak aman untuk keluar. Kami sangat panik. Selama tujuh hari kami tidak tidur dengan benar. Kami tidak aman, kondisi kami sangat buruk," urai Raza.
Sekitar 1.000 mahasiswa yang telah melarikan diri dari timur laut Kharkiv, Ukraina, di mana seorang mahasiswa kedokteran India tewas minggu ini, sedang dipindahkan dengan bus menuju perbatasan barat negara itu, kata Bagchi.
Sekitar 700 pelajar India tidak dapat meninggalkan Sumy, setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada akhir Februari. “Evakuasi mereka terhambat karena pertempuran di daerah itu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi kepada wartawan.
"Kami menginginkan rute yang aman bagi siswa kami. Kami sedang mencari semua opsi," lanjut Bagchi, seperti dikutip dari Reuters.
Mahtab Raza, yang memposting permohonan bantuan di media sosial pada hari Kamis dikelilingi oleh sekelompok besar siswa, mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa tidak ada air yang mengalir di tempat mereka tinggal dan mereka kehabisan uang.
"Kami hanya menunggu pemerintah," katanya sambil menahan air mata. "Kami mempercayai pemerintah India. Ini (Sumy) adalah kota yang sangat indah. Kami tidak mengharapkan hal seperti ini terjadi di Ukraina, tetapi ini terjadi. Ini tidak baik," tambahnya.
Dalam posting sebelumnya dia mengatakan telah terjadi penembakan dan serangan udara di kota yang membuatnya terlalu berbahaya untuk keluar.
"Di mana-mana (ada) penembak jitu di gedung-gedung," katanya kepada Reuters. "Tidak aman untuk keluar. Kami sangat panik. Selama tujuh hari kami tidak tidur dengan benar. Kami tidak aman, kondisi kami sangat buruk," urai Raza.
Sekitar 1.000 mahasiswa yang telah melarikan diri dari timur laut Kharkiv, Ukraina, di mana seorang mahasiswa kedokteran India tewas minggu ini, sedang dipindahkan dengan bus menuju perbatasan barat negara itu, kata Bagchi.