Singapura Geger, Seorang Kakek 30 Tahun Tinggal di Hutan
loading...
A
A
A
Oh terkadang menggunakan uang yang diperolehnya untuk naik feri ke Batam, sebuah pulau kecil di Indonesia. Di sanalah dia bertemu dengan Nyonya Tacih, istrinya, yang memiliki seorang putri. Namun, setelah kunjungan rutin akhir pekannya ke Batam, Oh akan kembali ke rumah hutannya di Singapura.
Seperti keluarganya di Singapura, istri dan anak perempuan Oh, yang sekarang berusia 17 tahun, mengatakan mereka tidak tahu bagaimana dia hidup.
Dia akan selalu menjawab pertanyaan tentang di mana dia tinggal dengan mengatakan dia "tinggal di taman", kata seorang kerabat.
Perjalanan Oh ke Batam berhenti begitu pandemi melanda, dengan Singapura sebagian besar menutup perbatasannya dan mengizinkan perjalanan hanya bagi mereka yang bersedia membayar untuk karantina dan tes COVID-19.
Namun, dia tetap bertahan dalam membantu keuangan keluarganya dengan mengirim mereka antara S$500 (Rp533 ribu) - S$600 (Rp6,4 juta) per bulan.
Pada bulan Februari tahun ini - pada hari pertama Tahun Baru Imlek - dengan bantuan tim anggota parlemen setempat, Oh diberi rumah baru untuk ditinggali.
"Tim akan terus membantu Oh, termasuk mencari bantuan sosial jangka panjang (dan membantu dia dalam) bersatu kembali dengan istri dan putrinya di Indonesia," kata Liang.
Flat satu kamar tidur yang sekarang dia tinggali bersama pria lain, berukuran kecil dan berperabotan jarang. Beberapa barang pribadi di flat telah dilengkapi dengan lemari es, televisi, ketel dan pemanas air yang disumbangkan oleh para donatur.
Seperti keluarganya di Singapura, istri dan anak perempuan Oh, yang sekarang berusia 17 tahun, mengatakan mereka tidak tahu bagaimana dia hidup.
Dia akan selalu menjawab pertanyaan tentang di mana dia tinggal dengan mengatakan dia "tinggal di taman", kata seorang kerabat.
Perjalanan Oh ke Batam berhenti begitu pandemi melanda, dengan Singapura sebagian besar menutup perbatasannya dan mengizinkan perjalanan hanya bagi mereka yang bersedia membayar untuk karantina dan tes COVID-19.
Namun, dia tetap bertahan dalam membantu keuangan keluarganya dengan mengirim mereka antara S$500 (Rp533 ribu) - S$600 (Rp6,4 juta) per bulan.
Pada bulan Februari tahun ini - pada hari pertama Tahun Baru Imlek - dengan bantuan tim anggota parlemen setempat, Oh diberi rumah baru untuk ditinggali.
"Tim akan terus membantu Oh, termasuk mencari bantuan sosial jangka panjang (dan membantu dia dalam) bersatu kembali dengan istri dan putrinya di Indonesia," kata Liang.
Flat satu kamar tidur yang sekarang dia tinggali bersama pria lain, berukuran kecil dan berperabotan jarang. Beberapa barang pribadi di flat telah dilengkapi dengan lemari es, televisi, ketel dan pemanas air yang disumbangkan oleh para donatur.