6 Negara Eropa Ini Tak Mau Lagi Dikekang Pandemi, Pembatasan Dicabut
loading...
A
A
A
KOPENHAGEN - Hidup normal tanpa adanya pembatasan dan aturan terkait pandemi Corona tentu menjadi harapan masyarakat dunia. Kembali bisa beraktivitas tanpa mengenakan masker adalah suatu hal yang didamba banyak orang.
Kini, masyarakat di 6 negara Eropa ini sudah mulai bisa merasakannya. Berikut negara-negara yang sudah mencabut pembatasan dan berencana mencabut aturan terkait Corona dalam waktu dekat.
Denmark
Denmark menjadi negara anggota Uni Eropa (UE) pertama yang mencabut semua pembatasan virus Corona pada 1 Februari 2022, meskipun kasus Omicron melonjak. Pemerintah Denmark percaya upaya vaksinasi besar-besaran akan memungkinkan untuk mengatasi varian virus yang lebih menular, namun lebih ringan.
Mulai 1 Februari, negara Skandinavia itu telah berhenti mengkategorikan COVID-19 sebagai “penyakit kritis sosial”, menanggalkan masker dan mengabaikan COVID-19. Pembatasan pertemuan di dalam ruangan telah dihapus, dengan restoran dan bar kembali ke jam kerja biasa. Klub malam juga akan dibuka kembali di seluruh Denmark pada Selasa malam.
"Kita bisa menemukan senyum itu lagi," kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen saat mengumumkan kembalinya ke kehidupan seperti yang sebelum corona pekan lalu. Dia mengakui bahwa pencabutan pembatasan bisa tampak “aneh dan paradoks” ketika negara berpenduduk 5,8 juta orang itu mengalami antara 40.000 dan 50.000 infeksi COVID-19 baru per hari.
Prancis
Prancis mulai mencabut pembatasan virus Corona termasuk kewajiban mengenakan masker di luar ruangan pada 2 Februari 2022, dalam upaya untuk memudahkan kehidupan warganya sehari-hari. Kebijakan ini memicu pro dan kontra mengingat negara ini baru bulan lalu melaporkan rekor infeksi COVID-19.
Batasan kapasitas penonton untuk ruang konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya juga dihapus. Meskipun pekerjaan rumahan tidak lagi diwajibkan, namun tetap disarankan. Langkah ini memulai relaksasi dua bagian pembatasan yang diumumkan pada akhir Januari - meskipun negara itu mencapai rekor tingkat kasus harian bulan lalu - dan terjadi ketika Inggris dan Denmark juga melonggarkan pembatasan mereka.
"Prancis akan dapat mencabut sebagian besar pembatasan yang diambil untuk mengekang epidemi pada Februari berkat izin vaksinasi baru, yang menggantikan izin kesehatan," kata Perdana Menteri Jean Castex pada Januari lalu.
Swedia
Swedia mencabut pembatasan terkait pandemi Corona pada 6 Februari, meskipun ada rekor tingkat infeksi. Swedia mengandalkan suntikan booster dan tingkat infeksi COVID-19 yang tinggi di masa lalu untuk menjaga tingkat rawat inap tetap terkendali.
Pembatasan yang mencakup bar dan restoran yang harus tutup lebih awal, serta batas 500 orang di dalam ruangan yang lebih besar, berakhir pada 9 Februari. "Sudah waktunya untuk membuka Swedia lagi," Perdana Menteri Swedia, Magdalena Andersson mengatakan pada konferensi pers, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (3/2/2022)
“Ke depan, tingkat infeksi akan tetap tinggi untuk sementara waktu lebih lama, tetapi sejauh yang kami dapat menilai, konsekuensi terburuk dari penularan sekarang ada di belakang kami,” lanjutnya. Negara ini telah melihat kematian per kapita berjalan jauh lebih tinggi daripada di negara tetangga Nordiknya, tetapi lebih rendah dari kebanyakan negara Eropa yang memilih untuk menerapkan lockdown.
Norwegia
Norwegia membatalkan hampir semua pembatasan COVID-19 sejak 12 Februari. Warga Norwegia tidak lagi diharuskan menjaga jarak, memakai masker atau karantina jika mereka terinfeksi.
"Pandemi virus corona tidak lagi menjadi ancaman kesehatan utama bagi sebagian besar dari kita," kata Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre, Sabtu. "Virus Omicron menyebabkan penyakit yang jauh lebih ringan dan kami terlindungi dengan baik oleh vaksin," bantahnya.
Mulai Sabtu (12/2/2022) pagi, persyaratan untuk menjaga jarak satu meter dan memakai masker dicabut; orang dewasa yang terinfeksi tidak lagi harus dikarantina, tetapi disarankan untuk tinggal di rumah selama empat hari, lapor Reuters.
Pemerintah juga melonggarkan pembatasan perjalanan, menghilangkan persyaratan yang tersisa untuk membawa bukti tes negatif. Tetapi, pemerintah membuat pengecualian untuk perjalanan ke kepulauan Svalbard, dengan alasan layanan kesehatan terbatas di sana.
Belanda
Belanda menyatakan akan mencabut hampir semua pembatasan terkait efek pandemi virus corona pada 25 Februari. Dengan kebijakan ini, Belanda menjadi negara Eropa terbaru yang mencoba untuk kembali pada kehidupan normal, meskipun infeksi varian Omicron masih tinggi.
“Bar, restoran, dan klub malam Belanda akan kembali ke jam buka normal, sama seperti sebelum pandemi terjadi. Selain itu, pemerintah juga akan menghapuskan kewajiban memiliki sertifikat kesehatan pada 25 Februari mendatang,” kata Menteri Kesehatan Belanda, Ernst Kuipers dalam konferensi pers.
“Mulai 25 Februari, menjaga jarak 1,5 m dari orang lain dan mengenakan masker akan "tetap masuk akal”, tetapi tidak ada kewajiban. Masker hanya diperlukan di transportasi umum dan di bandara,” katanya, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Periode karantina bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 juga akan dipersingkat menjadi lima hari. "Negara akan terbuka lagi," kata Kuipers. Namun dia memperingatkan bahwa sementara ini Belanda tampaknya berada di atas puncak, pandemi itu belum berakhir. "Kita boleh optimis, tapi kita juga harus realistis," katanya.
Inggris
Inggris tidak akan lagi mewajibkan warganya untuk menggunakan masker di tempat-tempat umum dan sekolah. Penggunaan paspor COVID-19 untuk acara-acara besar juga akan dicabut seiring menurunnya tingkat infeksi di sebagian besar negara itu.
Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu (19/1/2022). Johnson mengatakan kepada anggota parlemen Inggris, pembatasan sedang dilonggarkan karena ilmuwan pemerintah percaya bahwa kemungkinan lonjakan infeksi yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular sekarang telah melewati puncaknya secara nasional.
Sementara rumah sakit di Inggris utara masih di bawah tekanan karena beban kasus yang tinggi, Johnson mengatakan penerimaan rumah sakit dan pasien di unit perawatan intensif di tempat lain di Inggris stabil atau bahkan turun.
Meski demikian, pencabutan total semua pembatasan terkait pandemi Corona di Inggris masih menunggu hingga bulan depan. Terlebih, pemerintah Inggris mendapat kritikan keras dari berbagai pihak soal keputusan pencabutan pembatasan ini.
Kini, masyarakat di 6 negara Eropa ini sudah mulai bisa merasakannya. Berikut negara-negara yang sudah mencabut pembatasan dan berencana mencabut aturan terkait Corona dalam waktu dekat.
Denmark
Denmark menjadi negara anggota Uni Eropa (UE) pertama yang mencabut semua pembatasan virus Corona pada 1 Februari 2022, meskipun kasus Omicron melonjak. Pemerintah Denmark percaya upaya vaksinasi besar-besaran akan memungkinkan untuk mengatasi varian virus yang lebih menular, namun lebih ringan.
Mulai 1 Februari, negara Skandinavia itu telah berhenti mengkategorikan COVID-19 sebagai “penyakit kritis sosial”, menanggalkan masker dan mengabaikan COVID-19. Pembatasan pertemuan di dalam ruangan telah dihapus, dengan restoran dan bar kembali ke jam kerja biasa. Klub malam juga akan dibuka kembali di seluruh Denmark pada Selasa malam.
"Kita bisa menemukan senyum itu lagi," kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen saat mengumumkan kembalinya ke kehidupan seperti yang sebelum corona pekan lalu. Dia mengakui bahwa pencabutan pembatasan bisa tampak “aneh dan paradoks” ketika negara berpenduduk 5,8 juta orang itu mengalami antara 40.000 dan 50.000 infeksi COVID-19 baru per hari.
Prancis
Prancis mulai mencabut pembatasan virus Corona termasuk kewajiban mengenakan masker di luar ruangan pada 2 Februari 2022, dalam upaya untuk memudahkan kehidupan warganya sehari-hari. Kebijakan ini memicu pro dan kontra mengingat negara ini baru bulan lalu melaporkan rekor infeksi COVID-19.
Batasan kapasitas penonton untuk ruang konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya juga dihapus. Meskipun pekerjaan rumahan tidak lagi diwajibkan, namun tetap disarankan. Langkah ini memulai relaksasi dua bagian pembatasan yang diumumkan pada akhir Januari - meskipun negara itu mencapai rekor tingkat kasus harian bulan lalu - dan terjadi ketika Inggris dan Denmark juga melonggarkan pembatasan mereka.
"Prancis akan dapat mencabut sebagian besar pembatasan yang diambil untuk mengekang epidemi pada Februari berkat izin vaksinasi baru, yang menggantikan izin kesehatan," kata Perdana Menteri Jean Castex pada Januari lalu.
Swedia
Swedia mencabut pembatasan terkait pandemi Corona pada 6 Februari, meskipun ada rekor tingkat infeksi. Swedia mengandalkan suntikan booster dan tingkat infeksi COVID-19 yang tinggi di masa lalu untuk menjaga tingkat rawat inap tetap terkendali.
Pembatasan yang mencakup bar dan restoran yang harus tutup lebih awal, serta batas 500 orang di dalam ruangan yang lebih besar, berakhir pada 9 Februari. "Sudah waktunya untuk membuka Swedia lagi," Perdana Menteri Swedia, Magdalena Andersson mengatakan pada konferensi pers, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (3/2/2022)
“Ke depan, tingkat infeksi akan tetap tinggi untuk sementara waktu lebih lama, tetapi sejauh yang kami dapat menilai, konsekuensi terburuk dari penularan sekarang ada di belakang kami,” lanjutnya. Negara ini telah melihat kematian per kapita berjalan jauh lebih tinggi daripada di negara tetangga Nordiknya, tetapi lebih rendah dari kebanyakan negara Eropa yang memilih untuk menerapkan lockdown.
Norwegia
Norwegia membatalkan hampir semua pembatasan COVID-19 sejak 12 Februari. Warga Norwegia tidak lagi diharuskan menjaga jarak, memakai masker atau karantina jika mereka terinfeksi.
"Pandemi virus corona tidak lagi menjadi ancaman kesehatan utama bagi sebagian besar dari kita," kata Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre, Sabtu. "Virus Omicron menyebabkan penyakit yang jauh lebih ringan dan kami terlindungi dengan baik oleh vaksin," bantahnya.
Mulai Sabtu (12/2/2022) pagi, persyaratan untuk menjaga jarak satu meter dan memakai masker dicabut; orang dewasa yang terinfeksi tidak lagi harus dikarantina, tetapi disarankan untuk tinggal di rumah selama empat hari, lapor Reuters.
Pemerintah juga melonggarkan pembatasan perjalanan, menghilangkan persyaratan yang tersisa untuk membawa bukti tes negatif. Tetapi, pemerintah membuat pengecualian untuk perjalanan ke kepulauan Svalbard, dengan alasan layanan kesehatan terbatas di sana.
Belanda
Belanda menyatakan akan mencabut hampir semua pembatasan terkait efek pandemi virus corona pada 25 Februari. Dengan kebijakan ini, Belanda menjadi negara Eropa terbaru yang mencoba untuk kembali pada kehidupan normal, meskipun infeksi varian Omicron masih tinggi.
“Bar, restoran, dan klub malam Belanda akan kembali ke jam buka normal, sama seperti sebelum pandemi terjadi. Selain itu, pemerintah juga akan menghapuskan kewajiban memiliki sertifikat kesehatan pada 25 Februari mendatang,” kata Menteri Kesehatan Belanda, Ernst Kuipers dalam konferensi pers.
“Mulai 25 Februari, menjaga jarak 1,5 m dari orang lain dan mengenakan masker akan "tetap masuk akal”, tetapi tidak ada kewajiban. Masker hanya diperlukan di transportasi umum dan di bandara,” katanya, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Periode karantina bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 juga akan dipersingkat menjadi lima hari. "Negara akan terbuka lagi," kata Kuipers. Namun dia memperingatkan bahwa sementara ini Belanda tampaknya berada di atas puncak, pandemi itu belum berakhir. "Kita boleh optimis, tapi kita juga harus realistis," katanya.
Inggris
Inggris tidak akan lagi mewajibkan warganya untuk menggunakan masker di tempat-tempat umum dan sekolah. Penggunaan paspor COVID-19 untuk acara-acara besar juga akan dicabut seiring menurunnya tingkat infeksi di sebagian besar negara itu.
Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu (19/1/2022). Johnson mengatakan kepada anggota parlemen Inggris, pembatasan sedang dilonggarkan karena ilmuwan pemerintah percaya bahwa kemungkinan lonjakan infeksi yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular sekarang telah melewati puncaknya secara nasional.
Sementara rumah sakit di Inggris utara masih di bawah tekanan karena beban kasus yang tinggi, Johnson mengatakan penerimaan rumah sakit dan pasien di unit perawatan intensif di tempat lain di Inggris stabil atau bahkan turun.
Meski demikian, pencabutan total semua pembatasan terkait pandemi Corona di Inggris masih menunggu hingga bulan depan. Terlebih, pemerintah Inggris mendapat kritikan keras dari berbagai pihak soal keputusan pencabutan pembatasan ini.
(esn)