Pecahan Bom Dikeluarkan dari Matanya, Bocah Buta Suriah Melihat Kembali

Sabtu, 13 Juni 2020 - 13:45 WIB
loading...
Pecahan Bom Dikeluarkan...
Abdulrazak Dip, 8, bocah buta Suriah yang bisa melihat kembali setelah pecahan bom dikeluarkan dari matanya oleh ahli bedah Turki. Foto/CEN/Mirror
A A A
ANKARA - Ahli bedah Turki berhasil mengembalikan penglihatan seorang bocah Suriah berusia delapan tahun yang dibutakan oleh pecahan peluru saat serangan bom di rumahnya dua tahun lalu.

Abdulrazak Dip terluka parah ketika dia baru berusia enam tahun dalam serangan bom di sebuah kota di Idlib, Suriah barat laut. Sepotong pecahan peluru menusuk mata kirinya, yang merenggut setengah penglihatannya. Selanjutnya, mata kanannya mulai kehilangan penglihatan juga karena trauma yang disebabkan oleh cedera.

Menurut laporan media Turki, bocah itu melalui stasiun televisi Swiss mengajukan permohonan bantuan secara emosional kepada Turki.

Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Swiss, Bern, mengambil tindakan dan menghubungi keluarga bocah Suriah tersebut dengan bantuan LSM Bulan Sabit Biru Internasional. Bocah itu lantas dibawa ke rumah sakit mata swasta di Turki di mana dia menjalani operasi mata.

Laporan tersebut mengatakan perawatan medis telah membantu bocah cilik Suriah itu mendapatkan kembali penglihatannya. Keluarganya menangis mendengar berita bahwa Abdulrazak Dip bisa melihat lagi setelah dia menderita selama bertahun-tahun.

Ayah bocah itu, Mohammad Dip, mengatakan keluarganya tidak ingin meninggalkan negara asal mereka ketika perang saudara pecah di Suriah pada 2011. Tetapi mereka terpaksa berlindung di Turki ketika putranya kehilangan penglihatannya. (Baca: Musuhan, Sepupu Assad yang Juga Miliarder Suriah Diancam Dirampas Asetnya )

Menurut situs berita Turki, TRT World, operasi di salah satu dari beberapa rumah sakit Idlib yang masih berfungsi di tengah konflik tidak mampu mengembalikan penglihatan anak lelaki itu.

Abdulrazak awalnya kehilangan penglihatan pada mata kirinya secara total dan mata kanannya masih bisa melihat.

"Dengan mata ini saya bisa melihat kecerahan. Saya tidak bisa melihat apa pun dengan mata yang lain (kiri). Dengan mata kanan, saya bisa melihat hal-hal yang jauh. Tapi hanya ringan," katanya.

Ayah Abdulrazak sempat berencana untuk membawa putranya untuk pengobatan di Turki, tetapi ketika negara itu menutup perbatasannya terhadap Suriah karena pembatasan perjalanan terkait pandemi virus corona baru (Covid-19), pihak keluarga menyadari bahwa jendela peluang kesembuhan Abdulrazak semakin sempit.

Keluarga hanya memiliki 10 hingga 15 hari untuk operasi karena dokter di Idlib telah meletakkan larutan silikon di mata Abdulrazak untuk mencegahnya menjadi buta permanen. Larutan itu hanya akan bertahan empat bulan dan pada waktu itu batas waktunya hampir habis.

Nasib bocah itu menarik perhatian Levent Ozturk, Koordinator Bantuan Darurat Internasional Bulan Sabit Biru Internasional yang juga seorang jurnalis.

Ozturk sendiri kehilangan penglihatan pada mata kirinya selama perang Georgia-Rusia 2008 setelah ditembaki dengan sebuah kendaraan. Dia mengatakan apa yang dia alami membuatnya semakin empati terhadap nasib bocah Suriah tersebut.

Tim Ozturk kemudian bergabung dengan pengungsi Suriah; Mehmet Sahin Ibis, untuk membantu keluarga Abdulrazak.

Lembaga bernama Turksoy Foundation berhasil membawa keluarga Abdulrazak ke Turki, di mana pihak berwenang membantu mereka mendapatkan operasi mata untuk anak kecil itu tepat pada waktunya, dan biaya rumah sakitnya ditanggung oleh seorang pengusaha yang diberitahu Bulan Sabit Biru Internasinal (IBC) akan keadaan buruknya. Dalam proses operasi, pecahan peluru dari bom dikeluarkan dari mata kiri Abdulrazak dan perawatannya telah membuatnya melihat kembali.

“Alhamdulillah, Bulan Sabit Biru Internasional menjangkau kami, dan membantu memindahkan anak saya ke Turki untuk perawatan. Mereka menanggung semua biaya. Alhamdulillah, dia bisa melihat sekarang," kata ayah Abdulrazak kepada Anadolu Agency, yang dilansir Sabtu (13/6/2020). (Baca juga: Erdogan Sumbangkan Gaji 7 Bulan untuk Lawan Wabah Corona )

Suriah telah dilanda konflik mematikan sejak rezim Presiden Bashar Assad menindak keras protes pro-demokrasi tahun 2011. Perang saudara di negara itu merupakan konflik paling mematikan sejak Perang Dunia II, dan perkiraan internasional menunjukkan bahwa hampir 30.000 anak termasuk di antara mereka yang telah tewas dalam perang yang berlangsung selama hampir satu dekade.

Suriah telah menjadi tempat konflik yang kompleks ketika pasukan Suriah juga bentrok dengan kelompok ISIS di wilayah tersebut ketika kelompok teroris itu menggunakan wilayah Suriah untuk melakukan serangan ke negara tetangga; Irak.

Menurut perkiraan PBB, lebih dari 5 juta warga Suriah telah melarikan diri dari negara itu, dan 6 juta orang telantar secara internal.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1789 seconds (0.1#10.140)