AS: Diplomasi Masih Terbuka untuk Akhiri Kebuntuan Ukraina dengan Rusia
loading...
A
A
A
DONETSK - Amerika Serikat (AS) menyatakan jalur diplomatik tetap terbuka untuk mengakhiri kebuntuan dengan Moskow mengenai Ukraina . Namun, AS mengatakan risiko tindakan militer Rusia cukup tinggi, karenanya AS menarik staf kedutaan keluar dari Kiev.
"Jalan diplomatik tetap terbuka. Cara Moskow menunjukkan bahwa mereka ingin menempuh jalan itu sederhana. Itu harus dikurangi, daripada meningkat," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken setelah pertemuannya dengan rekan-rekan dari Jepang dan Korea Selatan di kepulauan Pasifik AS di Hawaii.
Washington memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya pada hari Sabtu untuk segera meninggalkan Ukraina karena ancaman invasi. Sebelumnya, AS menyatakan bahwa militer Rusia, yang memiliki lebih dari 100.000 tentara berkumpul di dekat Ukraina, dapat menyerang setiap saat.
"Kami memerintahkan keberangkatan sebagian besar orang Amerika yang masih berada di kedutaan AS di Kiev. Risiko aksi militer Rusia cukup tinggi dan ancamannya cukup dekat sehingga ini adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan," kata Blinken, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/2/2022).
Moskow, yang telah berulang kali membantah tuduhan Barat soal kemungkinan invasi ke Ukraina. Rusia mengatakan pihaknya menanggapi agresi oleh sekutu NATO sebagai "histeria".
Dalam panggilan telepon selama satu jam pada hari Sabtu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Vladimir Putin dari Rusia bahwa Barat akan menanggapi dengan tegas setiap invasi ke Ukraina. Biden menambahkan langkah seperti itu akan menghasilkan penderitaan yang meluas dan mengisolasi Moskow.
Tidak ada pihak yang mengatakan ada terobosan. Seorang pejabat senior administrasi Biden mengatakan panggilan itu profesional dan substantif, tetapi tidak ada perubahan mendasar.
Kremlin mengatakan Putin mengatakan kepada Biden bahwa Washington telah gagal mempertimbangkan kekhawatiran utama Rusia dan tidak menerima "jawaban substansial" atas elemen-elemen kunci dari tuntutan keamanannya.
Saat ini, banyak sekutu AS dari Eropa dan negara-negara lain telah mengurangi atau mengevakuasi staf dari misi mereka di Kiev dan telah mendesak warganya untuk meninggalkan atau menghindari perjalanan ke Ukraina.
"Jalan diplomatik tetap terbuka. Cara Moskow menunjukkan bahwa mereka ingin menempuh jalan itu sederhana. Itu harus dikurangi, daripada meningkat," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken setelah pertemuannya dengan rekan-rekan dari Jepang dan Korea Selatan di kepulauan Pasifik AS di Hawaii.
Washington memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya pada hari Sabtu untuk segera meninggalkan Ukraina karena ancaman invasi. Sebelumnya, AS menyatakan bahwa militer Rusia, yang memiliki lebih dari 100.000 tentara berkumpul di dekat Ukraina, dapat menyerang setiap saat.
"Kami memerintahkan keberangkatan sebagian besar orang Amerika yang masih berada di kedutaan AS di Kiev. Risiko aksi militer Rusia cukup tinggi dan ancamannya cukup dekat sehingga ini adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan," kata Blinken, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/2/2022).
Moskow, yang telah berulang kali membantah tuduhan Barat soal kemungkinan invasi ke Ukraina. Rusia mengatakan pihaknya menanggapi agresi oleh sekutu NATO sebagai "histeria".
Dalam panggilan telepon selama satu jam pada hari Sabtu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Vladimir Putin dari Rusia bahwa Barat akan menanggapi dengan tegas setiap invasi ke Ukraina. Biden menambahkan langkah seperti itu akan menghasilkan penderitaan yang meluas dan mengisolasi Moskow.
Tidak ada pihak yang mengatakan ada terobosan. Seorang pejabat senior administrasi Biden mengatakan panggilan itu profesional dan substantif, tetapi tidak ada perubahan mendasar.
Kremlin mengatakan Putin mengatakan kepada Biden bahwa Washington telah gagal mempertimbangkan kekhawatiran utama Rusia dan tidak menerima "jawaban substansial" atas elemen-elemen kunci dari tuntutan keamanannya.
Saat ini, banyak sekutu AS dari Eropa dan negara-negara lain telah mengurangi atau mengevakuasi staf dari misi mereka di Kiev dan telah mendesak warganya untuk meninggalkan atau menghindari perjalanan ke Ukraina.
(esn)