Trump Tuding Pejabat Era Obama Bocorkan Rahasia Rudal Hipersonik ke Rusia dan China

Jum'at, 10 Desember 2021 - 16:11 WIB
loading...
Trump Tuding Pejabat Era Obama Bocorkan Rahasia Rudal Hipersonik ke Rusia dan China
Mantan presiden AS Donald Trump mengklaim rudal hipersonik China dibuat dengan teknologi yang dicuri dari Amerika melalui Rusia. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump , mengklaim rudal hipersonik China yang peluncurannya mengejutkan Gedung Putih dibuat dengan teknologi yang dicuri dari Amerika melalui Rusia .

Lebih jauh, ia menuding bahwa teknologi itu diberikan oleh seorang pejabat di jaman Presiden Barack Obama .

"Anda tahu, seseorang memberikan kepada mereka, selama Pemerintahan Obama, semua yang kami miliki terkait hipersonik," kata Trump dalam acara radio Hugh Hewitt pada Rabu lalu.

"Dan Rusia yang melakukannya, dan apa yang saya lakukan adalah program mengejar ketertinggalan. Dan Kami sebagian besar telah menyusulnya. Tapi yang terjadi adalah Rusia mendapatkannya dan China mungkin mendapatkannya dari Rusia," tuturnya seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (10/12/2021).

Dalam kesempatan itu, Trump meragukan jika China memiliki kemampuan untuk membuat rudal hipersonik.



"Saya ragu mereka melakukannya sendiri," katanya. "Mereka mendapatkannya mungkin dari Rusia, mungkin dari mata-mata jahat di Amerika Serikat," ia melanjutkan.

Trump sendiri tidak memberikan bukti atas tuduhannya ini. Para pejabat AS pun belum memberikan komentar tentang klaim bahwa rahasia terkait rudal hipersonik dicuri ketika Baracak Obama masih menjabat.

Pada September 2020, Gedung Putih telah mengakui jika AS berusaha mengejar ketertinggalan mereka dari China dan Rusia dalam urusan teknologi hipersonik.

Pada bulan Juli lalu, China melakukan uji coba senjata hipersonik dengan rudal yang ditembakkan dengan kecepatan lima kali kecepatan suara. Kendaraan luncur hipersonik - sebuah pesawat ruang angkasa dengan kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir - menembakkan rudal di tengah penerbangan di atas Laut Cina Selatan, membuat ilmuwan Pentagon merasa kecolongan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1364 seconds (0.1#10.140)