Citra Satelit Tangkap Pergerakan Pasukan Rusia Dekat Perbatasan Ukraina

Minggu, 31 Oktober 2021 - 09:51 WIB
loading...
Citra Satelit Tangkap Pergerakan Pasukan Rusia Dekat Perbatasan Ukraina
Citra satelit tangkap pergerakan pasukan Rusia dekat perbatasan Ukraina. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran pejabat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang melacak apa yang mereka anggap pergerakan peralatan dan personel yang tidak teratur di sisi barat Rusia.

Video yang muncul di media sosial dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kereta dan konvoi militer Rusia memindahkan sejumlah besar perangkat keras militer, termasuk tank dan rudal, di Rusia selatan dan barat.

Apa yang dilakukan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina tidak jelas.

“Intinya adalah: Ini bukan latihan. Tampaknya itu bukan latihan. Sesuatu sedang terjadi. Apa itu?" kata Michael Kofman, direktur program studi Rusia di kelompok analisis nirlaba CNA yang berbasis di Virginia seperti dikutip dari The Washington Post, Minggu (31/10/2021).

Menurut Kofman, citra satelit menunjukkan bahwa pasukan dari Tentara Gabungan ke-41 Rusia, yang biasanya berbasis di kota Novosibirsk, Siberia, tidak kembali ke Siberia setelah latihan, dan malah bergabung dengan pasukan Rusia lainnya di dekat perbatasan Ukraina. Kofman juga mengatakan citra satelit menunjukkan Tentara Tank Pengawal Pertama Rusia, sebuah unit elit yang berbasis di luar Moskow, sedang memindahkan personel dan material ke Ukraina.

Kofman mengatakan kali ini situasinya mungkin perlu mendapat perhatian khusus, karena Rusia tampaknya telah menurunkan ambang batas untuk apa yang akan mendorong Kremlin untuk bertindak di Ukraina.



“Saya pikir Anda harus mundur dan melihat tahun terakhir ini secara holistik, dan jika Anda melakukannya, Anda akan tahu bahwa nada dan pesan Rusia di Ukraina telah berubah secara dramatis,” katanya.

Para pejabat di AS dan Eropa mulai memperhatikan pergerakan tersebut terutama dalam beberapa pekan terakhir, setelah Rusia menyelesaikan latihan militer bersama besar-besaran dengan Belarusia yang dikenal sebagai Zapad 2021 di sisi baratnya pada pertengahan September lalu.

Para pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara terbuka, mengatakan gerakan pasukan telah menyalakan kembali kekhawatiran yang muncul pada bulan April lalu. Ketika itu penumpukan pasukan terbesar oleh Rusia di dekat perbatasan Ukraina dalam beberapa tahun menuai kecaman internasional.

Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa setelah berakhirnya latihan Zapad 2021, Rusia meninggalkan peralatan militer serta pusat kontrol dan komunikasinya di lokasi pelatihan di sepanjang perbatasan Ukraina.

Danilov memperkirakan bahwa jumlah pasukan Rusia yang dikerahkan di sekitar perbatasan Ukraina mencapai 80.000 hingga 90.000, tidak termasuk puluhan ribu yang ditempatkan di Crimea.



Sebelumnya Kedutaan Besar AS di Kiev pada hari Jumat memperingatkan bahwa Rusia telah berulang kali mengerahkan artileri howitzer dan drone terhadap pasukan Ukraina yang secara langsung melanggar perjanjian gencatan senjata Juli 2020.

“Retorika resmi Rusia yang menyarankan Ukraina memperburuk situasi tidak hanya menyesatkan, tetapi juga meningkatkan ketegangan,” bunyi pernyataan AS.

Pergerakan baru pasukan Rusia di daerah itu terjadi saat Kremlin menerapkan garis keras terhadap Ukraina. Pejabat Rusia dari Presiden Vladimir Putin hingga ke bawah telah meningkatkan retorika mereka dalam beberapa bulan terakhir, menyerang hubungan Barat-Kyiv dan mempertanyakan kedaulatannya. Putin telah memperingatkan bahwa setiap perluasan infrastruktur militer NATO di wilayah Ukraina merupakan "garis merah" untuk Moskow.

“Kami tidak akan pernah membiarkan wilayah bersejarah kami dan orang-orang yang dekat dengan kami yang tinggal di sana digunakan untuk melawan Rusia,” tulis Putin dalam sebuah artikel.

“Dan kepada mereka yang akan melakukan upaya seperti itu, saya ingin mengatakan bahwa dengan cara ini mereka akan menghancurkan negara mereka sendiri,” tegasnya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1231 seconds (0.1#10.140)