Ekonomi Sengsara, Rakyat Kim Jong-un Disuruh Makan Angsa Hitam

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 00:00 WIB
loading...
Ekonomi Sengsara, Rakyat Kim Jong-un Disuruh Makan Angsa Hitam
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Rezim Korea Utara membuat seruan kepada rakyatnya untuk mengembangbiakkan angsa hitam untuk dimakan di tengah kesengsaraan ekonomi. Foto/REUTERS
A A A
SEOUL - Rezim Kim Jong-un terpaksa berinovasi untuk menangani kesengsaraan ekonomi dan kekurangan makanan di Korea Utara (Korut) karena penguncian perbatasan akibat pandemi COVID-19 yang berlarut-larut. Inovasi mereka termasuk mencetak kupon sebagai uang pengganti hingga membiakkan angsa hitam hias untuk dimakan.

Dengan berakhirnya panen, pengamat internasional mengatakan situasi pangan dan ekonomi Korea Utara berbahaya, dan ada tanda-tanda bahwa negara itu meningkatkan perdagangan dan menerima pengiriman besar bantuan kemanusiaan melalui China.



Badan intelijen Korea Selatan mengatakan pada sidang parlemen tertutup pada hari Kamis (28/10/2021) bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengeluarkan perintah yang menyerukan agar setiap butir beras diamankan dan upaya habis-habisan ditujukan untuk pertanian.

Namun, menurut para anggota parlemen Korea Selatan, badan mata-mata Seoul menilai bahwa panen ini mungkin lebih baik daripada tahun lalu karena cuaca yang lebih cerah.

Intelijen, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/10/2021), juga mengatakan bahwa Korea Utara mengambil langkah-langkah untuk membuka kembali perbatasannya dengan China dan Rusia dalam beberapa bulan mendatang.

Korea Utara telah lama menderita kerawanan pangan, di mana pengamat mengatakan bahwa salah urus ekonomi diperburuk oleh sanksi internasional atas senjata nuklirnya, bencana alam, dan sekarang pandemi COVID-19, yang mendorong penguncian perbatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di sana.

Kim Jong-un telah mengakui situasi pangan yang "tegang" dan meminta maaf atas pengorbanan yang harus dilakukan rakyat untuk mencegah wabah virus corona.

Tetapi dia juga mengatakan ekonomi membaik tahun ini, dan Korea Utara membantah laporan dari penyelidik PBB bulan ini yang mengatakan ribuan orang yang paling rentan berisiko kelaparan.

Korea Utara belum secara resmi melaporkan satu pun kasus virus corona. Badan-badan PBB mengatakan Korea Utara baru-baru ini mulai mengizinkan pengiriman bantuan, dan angka yang dirilis oleh China menunjukkan peningkatan perdagangan yang lambat.

Daging Lezat

Menurut berbagai media yang mengutip sumber tak dikenal di Korea Utara, bank sentral telah mencetak kupon uang senilai sekitar USD1 karena kekurangan uang kertas won Korea Utara.

Rimjin-gang, sebuah situs web yang berbasis di Jepang yang dioperasikan oleh pembelot Korea Utara, melaporkan kupon telah beredar setidaknya sejak Agustus, sebagian karena kertas dan tinta untuk mata uang resmi tidak lagi datang dari China.

NK News yang berbasis di Seoul, yang mengatakan telah menguatkan laporan itu, mengatakan kekurangan uang won mungkin juga diperburuk oleh tindakan keras pemerintah terhadap penggunaan mata uang asing, terutama dollar AS dan renminbi China yang telah banyak digunakan sebelumnya.



Minggu ini media pemerintah Korea Utara mempromosikan konsumsi daging angsa hitam sebagai sumber makanan yang berharga, dan mengatakan bahwa pemuliaan skala industri yang baru dikembangkan akan membantu meningkatkan kehidupan masyarakat.

"Daging angsa hitam itu lezat dan memiliki kandungan obat," kata surat kabar partai berkuasa, Rodong Sinmun.

Menurut NK News, penelitian tentang pengembangbiakan angsa hitam hias untuk makanan dimulai pada awal 2019, dan pihak berwenang telah memberi tahu sekolah, pabrik, dan bisnis untuk menanam makanan dan memelihara ikan dan hewan lain untuk meningkatkan swasembada.

"Solusinya dimaksudkan untuk mengatasi kegagalan pertanian skala besar untuk menyediakan pasokan makanan yang memadai ke seluruh negeri dan pembatasan terkait COVID-19 pemerintah baru-baru ini yang sebagian besar telah memblokir makanan dan impor lainnya sejak awal 2020," tulis Colin Zwirko, koresponden analitik senior NK News.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1759 seconds (0.1#10.140)