Alasan Jet Tempur Siluman F-35 AS Lebih Unggul dari Su-57 Rusia dan J-20 China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Empat jet tempur siluman; F-35 Ligtning II Amerika Serikat (AS), F-22 Raptor AS, Su-57 Felon Rusia dan J-20 Might Dragon China terus bersaingmenjadi pesawat tercanggih di dunia. Namun, ada perkembangan terbaru yang menjadikan F-35 dianggap lebih unggul dari para rivalnya.
Salah satu perkembangan itu adalah jet tempur siluman F-35 buatan Lokcheed Martin menjadi pesawat generasi kelima pertama yang mampu melakukan serangan nuklir.
Pada 21 September 2021, dua jet tempur F-35A Angkatan Udara AS dilengkapi dengan versi tiruan bom gravitasi nuklir B61-12 untuk melakukan uji terbang terakhir sebagai bagian dari demonstrasi sistem senjata lengkap jet tempur.
“Tes ini sekarang telah membuat F-35A Lightning II berkembang dari F-35A yang mewakili operasional menjadi aset uji B61-12 yang paling representatif," kata Angkatan Udara AS dalam sebuah pernyataan.
Pesawat tempur siluman ini terlibat dalam latihan untuk menjatuhkan B61-12 Joint Test Assemblies (JTA) yang tidak berhulu ledak.
Letnan Kolonel Daniel Jackson, kepala divisi Strategic Deterrence and Nuclear Integration di Markas Besar Komando Tempur Udara (ACC), mengatakan: "Menambahkan 'kemampuan nuklir' ke pesawat tempur generasi ke-5 yang telah membawa beberapa kemampuan tingkat konvensional ke meja telah menambahkan implikasi tingkat strategis untuk jet ini”.
Untuk lolos proses sertifikasi nuklir, jet F-35A harus menjalani dua tahap. Setelah menyelesaikan pengujian pertama di pesawat untuk sertifikasi nuklir awal, jet tempur perlu melakukan latihan uji terbang kelulusan untuk lulus sertifikasi desain nuklir.
Data yang diperoleh dari tes ini kemudian dievaluasi oleh Departemen Pertahanan dan Departemen Energi untuk memeriksa apakah F-35A dan bom B61-12 JTA melakukan peran mereka dengan benar selama dua tes.
Alasan kedua F-35 lebih unggul dari rivalnya dalam kasus pertempuran nyata adalah karena jumlahnya jauh lebih banyak.
Angkatan Udara AS saat ini memiliki total 280 jet tempur F-35A dalam inventarisnya.
Angkatan Udara Amerika selanjutnya berencana untuk mengakuisisi 1.763 unit jet F-35A lainnya di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, Korps Marinir AS memiliki rencana untuk mendapatkan total 353 unit F-35B dan Angkatan Laut AS mengincar 273 unit F-35C.
Selain itu, sejumlah sekutu AS juga mengintegrasikan jet tempur F-35 ke Angkatan Udara mereka. Secara keseluruhan, setidaknya 13 negara saat ini mengoperasikan atau berencana mengoperasikan pesawat tempur siluman generasi kelima ini.
Korea Selatan saat ini memiliki 16 unit F-35 dalam inventarisnya. Di Eropa; Denmark dan Norwegia, juga dalam proses menerima dan mengoperasikan jet tempur F-35 mereka.
Beberapa negara lain seperti Swiss, Israel, Polandia, Jepang, Australia, Italia, Belanda, Belgia, Singapura, serta Inggris sedang dalam berbagai tahap untuk memperoleh dan mengoperasikan pesawat tempur generasi kelima yang canggih ini.
Jika dibandingkan dengan rival-rivalnya dari China dan Rusia, F-35 hadir dalam jumlah yang sangat besar.
Pada 2021, China diketahui hanya memiliki 150 unit jet tempur siluman J-20 yang beroperasi. Namun, China telah menyadari kesenjangan besar dalam kapasitas produksi mereka.
Outlet media milik negara China, Global Times, sebelumnya mengutip Wang Haitao, wakil perancang pesawat J-20, yang mengatakan bahwa setiap tingkat permintaan dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dapat dipenuhi oleh industri penerbangan China.
Demikian pula, Rusia yang baru menerima 12 unit jet tempur siluman Su-57 hingga saat ini. Namun, konglomerat pertahanan negara Rostec mengeklaim bahwa produksi bergerak maju.
Menurut laporan media Rusia, militer Moskow telah memesan 76 unit jet tempur Su-57. Mengingat angka-angka tersebut, sangat jelas bahwa jet tempur siluman F-35 melebihi jumlah jet tempur Su-57 Rusia dan J-20 China.
Gedung Putih sendiri telah didesak oleh sekelompok anggota parlemen bipartisan untuk mendanai program F-35 Lightning II di tahun-tahun mendatang. Namun, komite Senat menyuarakan keprihatinan mengenai berbagai tantangan pemeliharaan yang dihadapi jet tempur siluman canggih ini.
Ia juga mempertanyakan perlunya membeli lebih banyak jet tempur F-35 saat ini. Dalam sebuah surat kepada Presiden Joe Biden pada 20 Oktober 2021, 89 anggota parlemen, termasuk Marc Veasey dan Mike Turner mengatakan bahwa Amerika Serikat perlu terus berinvestasi dalam F-35 di Tahun Anggaran 2023 Departemen Pertahanan.
“Pentagon perlu membeli setidaknya 100 unit F-35 untuk militer AS setiap tahun, berinvestasi dalam kemampuan canggih untuk tetap berada di depan ancaman dari musuh dan menyediakan dana yang cukup untuk mempertahankan pesawat selama beberapa dekade”, tulis para anggota parlemen dalam suratnya, meskipun mereka tidak menentukan tingkat pendanaan yang tepat.
“Sangat mengecewakan bahwa tahun demi tahun Departemen Pertahanan terus melanjutkan investasi produksi F-35, menunda pendanaan kesiapan yang dibutuhkan, dan mengurangi kemampuan canggih untuk armada kritis ini," lanjut surat mereka, seperti dikutip dari EurAsian Times, Rabu (27/10/2021).
“Seperti yang Anda ketahui, musuh kita terus memajukan sistem rudal permukaan-ke-udara dan mengembangkan pesawat tempur siluman mereka sendiri dengan kecepatan yang menakjubkan”.
Mereka menggambarkan situasi ini sebagai "sangat memprihatinkan" mengingat usia rata-rata jet tempur Angkatan Udara AS mendekati hampir tiga dekade.
“AS harus memodernisasi inventaris pesawat tempur kami untuk memastikan kami dapat mempertahankan pertahanan nasional yang kuat dan mempertahankan keunggulan untuk melawan ancaman yang berjalan cepat–China," imbuh surat para anggota Parlemen.
Salah satu perkembangan itu adalah jet tempur siluman F-35 buatan Lokcheed Martin menjadi pesawat generasi kelima pertama yang mampu melakukan serangan nuklir.
Pada 21 September 2021, dua jet tempur F-35A Angkatan Udara AS dilengkapi dengan versi tiruan bom gravitasi nuklir B61-12 untuk melakukan uji terbang terakhir sebagai bagian dari demonstrasi sistem senjata lengkap jet tempur.
“Tes ini sekarang telah membuat F-35A Lightning II berkembang dari F-35A yang mewakili operasional menjadi aset uji B61-12 yang paling representatif," kata Angkatan Udara AS dalam sebuah pernyataan.
Pesawat tempur siluman ini terlibat dalam latihan untuk menjatuhkan B61-12 Joint Test Assemblies (JTA) yang tidak berhulu ledak.
Letnan Kolonel Daniel Jackson, kepala divisi Strategic Deterrence and Nuclear Integration di Markas Besar Komando Tempur Udara (ACC), mengatakan: "Menambahkan 'kemampuan nuklir' ke pesawat tempur generasi ke-5 yang telah membawa beberapa kemampuan tingkat konvensional ke meja telah menambahkan implikasi tingkat strategis untuk jet ini”.
Untuk lolos proses sertifikasi nuklir, jet F-35A harus menjalani dua tahap. Setelah menyelesaikan pengujian pertama di pesawat untuk sertifikasi nuklir awal, jet tempur perlu melakukan latihan uji terbang kelulusan untuk lulus sertifikasi desain nuklir.
Data yang diperoleh dari tes ini kemudian dievaluasi oleh Departemen Pertahanan dan Departemen Energi untuk memeriksa apakah F-35A dan bom B61-12 JTA melakukan peran mereka dengan benar selama dua tes.
Alasan kedua F-35 lebih unggul dari rivalnya dalam kasus pertempuran nyata adalah karena jumlahnya jauh lebih banyak.
Angkatan Udara AS saat ini memiliki total 280 jet tempur F-35A dalam inventarisnya.
Angkatan Udara Amerika selanjutnya berencana untuk mengakuisisi 1.763 unit jet F-35A lainnya di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, Korps Marinir AS memiliki rencana untuk mendapatkan total 353 unit F-35B dan Angkatan Laut AS mengincar 273 unit F-35C.
Selain itu, sejumlah sekutu AS juga mengintegrasikan jet tempur F-35 ke Angkatan Udara mereka. Secara keseluruhan, setidaknya 13 negara saat ini mengoperasikan atau berencana mengoperasikan pesawat tempur siluman generasi kelima ini.
Korea Selatan saat ini memiliki 16 unit F-35 dalam inventarisnya. Di Eropa; Denmark dan Norwegia, juga dalam proses menerima dan mengoperasikan jet tempur F-35 mereka.
Beberapa negara lain seperti Swiss, Israel, Polandia, Jepang, Australia, Italia, Belanda, Belgia, Singapura, serta Inggris sedang dalam berbagai tahap untuk memperoleh dan mengoperasikan pesawat tempur generasi kelima yang canggih ini.
Jika dibandingkan dengan rival-rivalnya dari China dan Rusia, F-35 hadir dalam jumlah yang sangat besar.
Pada 2021, China diketahui hanya memiliki 150 unit jet tempur siluman J-20 yang beroperasi. Namun, China telah menyadari kesenjangan besar dalam kapasitas produksi mereka.
Outlet media milik negara China, Global Times, sebelumnya mengutip Wang Haitao, wakil perancang pesawat J-20, yang mengatakan bahwa setiap tingkat permintaan dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dapat dipenuhi oleh industri penerbangan China.
Demikian pula, Rusia yang baru menerima 12 unit jet tempur siluman Su-57 hingga saat ini. Namun, konglomerat pertahanan negara Rostec mengeklaim bahwa produksi bergerak maju.
Menurut laporan media Rusia, militer Moskow telah memesan 76 unit jet tempur Su-57. Mengingat angka-angka tersebut, sangat jelas bahwa jet tempur siluman F-35 melebihi jumlah jet tempur Su-57 Rusia dan J-20 China.
Gedung Putih sendiri telah didesak oleh sekelompok anggota parlemen bipartisan untuk mendanai program F-35 Lightning II di tahun-tahun mendatang. Namun, komite Senat menyuarakan keprihatinan mengenai berbagai tantangan pemeliharaan yang dihadapi jet tempur siluman canggih ini.
Ia juga mempertanyakan perlunya membeli lebih banyak jet tempur F-35 saat ini. Dalam sebuah surat kepada Presiden Joe Biden pada 20 Oktober 2021, 89 anggota parlemen, termasuk Marc Veasey dan Mike Turner mengatakan bahwa Amerika Serikat perlu terus berinvestasi dalam F-35 di Tahun Anggaran 2023 Departemen Pertahanan.
“Pentagon perlu membeli setidaknya 100 unit F-35 untuk militer AS setiap tahun, berinvestasi dalam kemampuan canggih untuk tetap berada di depan ancaman dari musuh dan menyediakan dana yang cukup untuk mempertahankan pesawat selama beberapa dekade”, tulis para anggota parlemen dalam suratnya, meskipun mereka tidak menentukan tingkat pendanaan yang tepat.
“Sangat mengecewakan bahwa tahun demi tahun Departemen Pertahanan terus melanjutkan investasi produksi F-35, menunda pendanaan kesiapan yang dibutuhkan, dan mengurangi kemampuan canggih untuk armada kritis ini," lanjut surat mereka, seperti dikutip dari EurAsian Times, Rabu (27/10/2021).
“Seperti yang Anda ketahui, musuh kita terus memajukan sistem rudal permukaan-ke-udara dan mengembangkan pesawat tempur siluman mereka sendiri dengan kecepatan yang menakjubkan”.
Mereka menggambarkan situasi ini sebagai "sangat memprihatinkan" mengingat usia rata-rata jet tempur Angkatan Udara AS mendekati hampir tiga dekade.
“AS harus memodernisasi inventaris pesawat tempur kami untuk memastikan kami dapat mempertahankan pertahanan nasional yang kuat dan mempertahankan keunggulan untuk melawan ancaman yang berjalan cepat–China," imbuh surat para anggota Parlemen.
(min)