Senangnya Wanita WNI Ini, Jadi Buruh Pabrik di Swedia Gaji Rp46 Juta per Bulan
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Wanita asal Banyuwangi, Mita, yang telah hidup mapan bersama suaminya yang bule memilih bekerja sebagai buruh pabrik di Swedia.
Dia pun berbagi cerita hidupnya yang penuh warna. Suaminya yang asli Swedia itu bernama Eddie. Keduanya menikah pada 17 April 2017.
Setelah tinggal 4 tahun di negara itu, Mita awalnya lebih banyak mengurus rumah tangga. Jika jenuh, dia akan pulang ke Indonesia.
Seiring itu dia mengurus surat-surat dan dokumen untuk menambah pendapatan rumah tangga. Karena sudah dapat visa, dia pun bisa sekolah dan kerja. “Tepatnya di 2019, aku mulai mengurus KTP dan sekolah, lalu 2020 aku mulai kerja," papar Mita melalui saluran YouTube miliknya yang bernama Family indonesia, Sweden.
Kerja pertama yang dia lakukan adalah menjadi petugas kebersihan di toilet. Dia dengan rajin bekerja setiap Selasa dan Kamis dengan durasi kerja 4 jam per hari.
“Tukang gosok WC guys di tempat kerjanya suamiku," papar dia dengan santai.
Meski hanya bekerja 8 jam dalam sepekan, gajinya lumayan besar yakni 6.000 krona Swedia. Karena hamil, dia akhirnya memutuskan mundur dari pekerjaan tersebut.
Sayangnya, kehamilannya mengalami keguguran. Dia pun disarankan lebih banyak istirahat di rumah. Setelah dirasa cukup, dia pun kembali bekerja saat ada panggilan kerja.
Dia pun mendapat tawaran bekerja di pabrik tempat kerja suaminya yang menjabat sebagai ketua tim. Dia mulai bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji yang sangat fantastis.
"Gajinya 28.000 krona tiap bulan. Bayangkan itu kayak sekitar Rp46 juta," papar dia.
Namun pajak di Swedia juga sangat besar. Dia mengaku membayar pajak sekitar Rp10 juta untuk gajinya per bulan.
Itu artinya, gaji bersih yang dia terima tinggal sekitar Rp36 juta. Selain itu, biaya hidup di Swedia juga mahal.
Untuk makan sehari-hari, dia tak bisa meninggalkan menyantap nasi dan sambal. Tentu saja, harga beras dan cabai di sana sangat mahal.
Yang lebih murah di Swedia adalah roti dan keju. Sayangnya, dia tidak terlalu suka makan roti dan keju untuk menu setiap hari.
Dia mengaku jika hanya makan keju dan roti maka gajinya akan lebih banyak yang bisa ditabung. Tapi kurus nanti,” papar dia.
“Nanti emak aku marah-marah di sini dikira tidak bahagia," ujar dia.
Bekerja di pabrik memang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Dia biasa bekerja dari Senin hingga Jumat. Waktu bekerja selama 8 jam mulai pukul 6 hingga 3 sore.
Pekerjaannya cukup sulit karena semua mesin memakai bahasa Swedia. Untung dia sering dibantu suaminya.
Bahasa Swedia, diakuinya lebih sulit daripada bahasa Inggris. “Tapi aku sudah lama di sini jadi lumayan bisa lidahnya mengucapkan Bahasa Swedia," tutur Mita.
Dia sangat senang memiliki banyak rekan kerja yang baik hati. Jika ada yang merayakan ulang tahun atau hari spesial, semua teman-temannya turut berkumpul merayakannya.
Dia pun berbagi cerita hidupnya yang penuh warna. Suaminya yang asli Swedia itu bernama Eddie. Keduanya menikah pada 17 April 2017.
Setelah tinggal 4 tahun di negara itu, Mita awalnya lebih banyak mengurus rumah tangga. Jika jenuh, dia akan pulang ke Indonesia.
Seiring itu dia mengurus surat-surat dan dokumen untuk menambah pendapatan rumah tangga. Karena sudah dapat visa, dia pun bisa sekolah dan kerja. “Tepatnya di 2019, aku mulai mengurus KTP dan sekolah, lalu 2020 aku mulai kerja," papar Mita melalui saluran YouTube miliknya yang bernama Family indonesia, Sweden.
Kerja pertama yang dia lakukan adalah menjadi petugas kebersihan di toilet. Dia dengan rajin bekerja setiap Selasa dan Kamis dengan durasi kerja 4 jam per hari.
“Tukang gosok WC guys di tempat kerjanya suamiku," papar dia dengan santai.
Meski hanya bekerja 8 jam dalam sepekan, gajinya lumayan besar yakni 6.000 krona Swedia. Karena hamil, dia akhirnya memutuskan mundur dari pekerjaan tersebut.
Sayangnya, kehamilannya mengalami keguguran. Dia pun disarankan lebih banyak istirahat di rumah. Setelah dirasa cukup, dia pun kembali bekerja saat ada panggilan kerja.
Dia pun mendapat tawaran bekerja di pabrik tempat kerja suaminya yang menjabat sebagai ketua tim. Dia mulai bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji yang sangat fantastis.
"Gajinya 28.000 krona tiap bulan. Bayangkan itu kayak sekitar Rp46 juta," papar dia.
Namun pajak di Swedia juga sangat besar. Dia mengaku membayar pajak sekitar Rp10 juta untuk gajinya per bulan.
Itu artinya, gaji bersih yang dia terima tinggal sekitar Rp36 juta. Selain itu, biaya hidup di Swedia juga mahal.
Untuk makan sehari-hari, dia tak bisa meninggalkan menyantap nasi dan sambal. Tentu saja, harga beras dan cabai di sana sangat mahal.
Yang lebih murah di Swedia adalah roti dan keju. Sayangnya, dia tidak terlalu suka makan roti dan keju untuk menu setiap hari.
Dia mengaku jika hanya makan keju dan roti maka gajinya akan lebih banyak yang bisa ditabung. Tapi kurus nanti,” papar dia.
“Nanti emak aku marah-marah di sini dikira tidak bahagia," ujar dia.
Bekerja di pabrik memang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Dia biasa bekerja dari Senin hingga Jumat. Waktu bekerja selama 8 jam mulai pukul 6 hingga 3 sore.
Pekerjaannya cukup sulit karena semua mesin memakai bahasa Swedia. Untung dia sering dibantu suaminya.
Bahasa Swedia, diakuinya lebih sulit daripada bahasa Inggris. “Tapi aku sudah lama di sini jadi lumayan bisa lidahnya mengucapkan Bahasa Swedia," tutur Mita.
Dia sangat senang memiliki banyak rekan kerja yang baik hati. Jika ada yang merayakan ulang tahun atau hari spesial, semua teman-temannya turut berkumpul merayakannya.
(sya)