Aktivis Anti Vaksin Israel Meninggal karena COVID-19

Selasa, 14 September 2021 - 19:59 WIB
loading...
Aktivis Anti Vaksin Israel Meninggal karena COVID-19
Aktivis anti vaksin terkemuka Israel, Hai Shaulian, meninggal akibat COVID-19. Foto/Israelnationalnews.com
A A A
TEL AVIV - Seorang aktivis anti vaksin terkemuka Israel meninggal dunia karena COVID-19 . Sebelumnya, ia menuduh polisi mencoba meracuninya dan memberi tahu para pengikutnya bahwa jika terjadi sesuatu padanya mereka harus menganggap dia dibunuh.

Dikutip Russia Today dari Jerusalem Post dan media lokal lainnya, Selasa (14/9/2021), Hai Shaulian meninggal pada Senin pagi dalam usia 57 tahun karena komplikasi yang terkait dengan COVID-19.

Shaulian adalah seorang anti vaksin dengan pengikut di media sosial yang signifikan dan pencetus aksi protes terhadap penggunaan masker dan vaksinasi.

Dalam sebuah video yang dia publikasikan di media sosial dari ranjang rumah sakit beberapa hari sebelum kematiannya, Shaulian mengklaim dia telah dianiaya oleh polisi setelah penangkapannya pada awal September. Aktivis itu ditahan pada aksi protes terhadap sistem Green Pass – yang membatasi akses ke tempat dan acara untuk orang Israel yang tidak divaksinasi – di Yerusalem dan dibawa ke hadapan hakim pada hari berikutnya.



Tak lama setelah itu, ia mulai merasa tidak enak badan dan ditempatkan di Edith Wolfson Medical Center di Holon di mana hasil tes menunjukkan ia positif COVID-19. Shaulian, jelas, tidak divaksinasi virus.

Dalam video itu, dia mengatakan bahwa setelah penangkapannya, seorang petugas meletakkan kaki di lehernya dan mengatakan bahwa polisi Yerusalem mencoba meracuninya karena kampanyenya.

"Saya tidak pernah merasa seperti ini dalam hidup saya," katanya kepada para pengikutnya.

"Saya berjuang selama seminggu ini seolah-olah tidak ada yang terjadi, tetapi hari ini saya tidak bisa lagi bernapas dan pergi ke penyedia layanan kesehatan saya dan dari sana saya dibawa ke Rumah Sakit Wolfson,” sambungnya.

"Jika sesuatu terjadi pada saya - Anda tahu itu adalah upaya untuk membunuh saya," serunya.



Kondisi Shaulian terus memburuk di hari-hari berikutnya. Postingan terakhirnya pada hari Sabtu hanya berupa teks karena dia sudah tidak dapat berbicara dan merespons orang lain.

Aktivis itu bertahan sampai akhir, menulis: “Green Pass tidak akan diterima di Israel. Tidak ada hubungannya dengan virus Corona. Tidak ada hubungannya dengan vaksin. Ini ada hubungannya dengan paksaan.”

Namun, dia tidak mengulangi klaim keracunannya dalam pesan itu.

Berita kematian Shaulian membuat sedih dan marah para pengikutnya di media sosial, banyak di antaranya mendukung teori pembunuhan, menyalahkan polisi dan bahkan dinas rahasia Shin Bet Israel atas "kejahatan" itu.

Pengikutnya yang lain lebih jauh mengatakan bahwa aktivis itu meninggal karena dia tidak diberi perawatan yang layak di rumah sakit karena pandangannya.



Sedangkan respons dari kubu yang bersebrangan bersikeras bahwa apa yang terjadi pada Shaulian adalah peringatan bagi semua pihak yang skeptis terhadap virus Corona dan menunjukkan bahaya menolak vaksin serta saran kesehatan dari pihak berwenang.

Tidak ada reaksi resmi dari polisi Yerusalem atas tuduhan peracunan Shaulian.

Israel telah melakukan salah satu program imunisasi terbesar di dunia, memvaksinasi penuh lebih dari 60% populasinya dengan suntikan Pfizer dan telah memberikan suntikan ketiga – booster – kepada sekitar 2,8 juta orang. Namun, sebagian besar masyarakat, termasuk banyak orang Arab dan Yahudi Ortodoks, masih menahan diri untuk tidak disuntik, dengan anti-vaksin mengadakan protes rutin dan secara aktif menggunakan media sosial untuk mempertanyakan kebijakan pemerintah.

Sementara itu, kasus COVID-19 terus meningkat di Israel sejak munculnya varian Delta yang lebih menular. Pada hari Senin, tingkat reproduksi virus Corona, yang menunjukkan berapa banyak orang yang dapat terinfeksi oleh satu orang sakit, melewati angka 1 untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, menurut Kementerian Kesehatan. Sejak awal pandemi, Israel sejauh ini telah mencatat hampir 1,2 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 7.400 kematian terkait virus tersebut.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1079 seconds (0.1#10.140)