Ilmuwan Rusia Temukan Cara Baru Buat Radar Laser Super Kuat untuk Drone
loading...
A
A
A
MOSKOW - Drone transportasi sejauh ini mengandalkan laser Light Detection and Ranging (LiDARS) dengan mengukur denyut yang memantul kembali dari permukaan bumi untuk mengukur jarak.
Penelitian baru telah digambarkan sebagai cara meningkatkan kekuatan radiasi tersebut.
Satu metode untuk menghasilkan radiasi laser berkekuatan tinggi yang diperlukan untuk pengembangan drone transportasi telah ditemukan para ilmuwan Rusia di Ioffe Physical-Technical Institute of the Russian Academy of Sciences, St Petersburg.
Drone transportasi yang telah dibuat baru-baru ini hanya dapat bekerja dengan menggunakan laser LiDARS (Light Detection And Ranging).
Akibatnya, laser ini mengumpulkan data tentang permukaan dengan mengukur waktu "pantulan kembali" sinar laser yang dipantulkan ke penerima.
Kesulitan utama dalam penggunaan LiDARS adalah untuk "melihat" objek yang berjarak ratusan meter dalam cuaca dan kondisi apa pun, diperlukan daya yang besar agar laser cukup terang saat beroperasi pada kecepatan nanodetik.
Saat ini, laser serat dan solid-state digunakan di LiDARS tetapi karena membutuhkan tahap "pemompaan" tambahan (untuk mentransfer energi dari sumber eksternal ke laser), keduanya tidak efisien.
Ilmuwan institut itu berhasil menyingkirkan "tahap tambahan dalam rantai konversi energi untuk sumber daya menjadi energi untuk radiasi laser," menurut Sergei Slipchenko, peneliti senior di Laboratorium Dioda Laser Semikonduktor Institut Ioffe.
Menurutnya, mereka telah "mengusulkan alternatif".
Penelitian baru telah digambarkan sebagai cara meningkatkan kekuatan radiasi tersebut.
Satu metode untuk menghasilkan radiasi laser berkekuatan tinggi yang diperlukan untuk pengembangan drone transportasi telah ditemukan para ilmuwan Rusia di Ioffe Physical-Technical Institute of the Russian Academy of Sciences, St Petersburg.
Drone transportasi yang telah dibuat baru-baru ini hanya dapat bekerja dengan menggunakan laser LiDARS (Light Detection And Ranging).
Akibatnya, laser ini mengumpulkan data tentang permukaan dengan mengukur waktu "pantulan kembali" sinar laser yang dipantulkan ke penerima.
Kesulitan utama dalam penggunaan LiDARS adalah untuk "melihat" objek yang berjarak ratusan meter dalam cuaca dan kondisi apa pun, diperlukan daya yang besar agar laser cukup terang saat beroperasi pada kecepatan nanodetik.
Saat ini, laser serat dan solid-state digunakan di LiDARS tetapi karena membutuhkan tahap "pemompaan" tambahan (untuk mentransfer energi dari sumber eksternal ke laser), keduanya tidak efisien.
Ilmuwan institut itu berhasil menyingkirkan "tahap tambahan dalam rantai konversi energi untuk sumber daya menjadi energi untuk radiasi laser," menurut Sergei Slipchenko, peneliti senior di Laboratorium Dioda Laser Semikonduktor Institut Ioffe.
Menurutnya, mereka telah "mengusulkan alternatif".