Sadis, 1.500 Lumba-lumba Dibunuh di Kepulauan Faroe
loading...
A
A
A
TORSHAVN - Sekitar 1.500 lumba-lumba sisi putih dibunuh di Kepulauan Faroe, Denmark . Jumlah tersebut mencatatkan rekor tertinggi selama musim perburuan yang mengerikan itu.
Pembantaian itu telah memicu kemarahan dari para aktivis hak-hak binatang. Perburuan, yang dikenal sebagai “grindadrap” itu diadakan selama akhir pekan dengan para pemburu lokal yang menargetkan sekelompok besar lumba-lumba sisi putih.
Kepulauan Faroe adalah daerah otonom Denmark yang masih menjadi wilayah terakhir di Eropa yang diizinkan berburu mamalia laut tersebut. Alasannya, grindadrap dianggap sebagai contoh “perburuan lumba-lumba asli” tradisional.
Selama grindadrap, lumba-lumba digiring sejumlah perahu motor menuju pantai di mana para pemburu membantai lumba-lumba itu secara brutal. Lumba-lumba disembelih dengan tombak, atau denganberbagai macam pisau dan bahkan alat-alat listrik.
Menurut media setempat, total 1.428 lumba-lumba dibunuh selama perburuan. Cuplikan dari adegan yang beredar secara online menunjukkan beberapa perahu menggiring lumba-lumba menuju kematian mereka, dengan air pasang yang memerah karena darah.
Video lain dari tempat kejadian menunjukkan puluhan bangkai lumba-lumba berbaris di sepanjang pantai setelah perburuan. Banyak bangkai lumba-lumba memiliki luka menganga besar yang terlihat.
Hingga Senin malam (13/9/2021), bangkai lumba-lumba terlihat berkumpul di tumpukan besar di pantai sebelum diduga diangkut ke pabrik pengolahan, atau dibuang begitu saja, berdasarkan foto lain yang meresahkan.
'Grindadrap' terbaru memicu kemarahan para aktivis hak-hak hewan, yang menganjurkan larangan global terhadap praktik perburuan lumba-lumba secara brutal.
Kelompok Blue Planet Society, misalnya, mendesak UE, serta pihak berwenang Denmark memaksa wilayah otonomi itu menghentikan praktik kejamnya.
“Tidak ada dalam rekor grindadrap baru-baru ini yang menyamai ini. Yang paling dekat yang bisa kami temukan adalah 430 lumba-lumba sisi putih yang dibantai pada 13-08-2013 di Hvalba,” papar kelompok itu, seraya menambahkan perburuan itu mungkin yang terbesar yang pernah tercatat.
Rekor grindadrap yang ada berasal dari abad ke-16, sedangkan perburuan itu sendiri berabad-abad lebih tua.
“Meski mamalia laut diduga diburu untuk dimakan, Kepulauan Faroe yang hanya menampung sekitar 53.000 orang, tidak mungkin memproses semua bahkan sebagian kecil dari tangkapan lumba-lumba dalam jumlah besar tersebut,” ungkap Blue Planet Society.
Pembantaian itu telah memicu kemarahan dari para aktivis hak-hak binatang. Perburuan, yang dikenal sebagai “grindadrap” itu diadakan selama akhir pekan dengan para pemburu lokal yang menargetkan sekelompok besar lumba-lumba sisi putih.
@MettePrime It is time for DENMARK to stop the bloody slaughter in the Faroe Islands! Yesterday over 1,400 dolphins were slaughtered! TIME FOR YOU TO ACT! pic.twitter.com/yGlvPvbrX5 — peter baldwin (@petethepunk) September 13, 2021
Kepulauan Faroe adalah daerah otonom Denmark yang masih menjadi wilayah terakhir di Eropa yang diizinkan berburu mamalia laut tersebut. Alasannya, grindadrap dianggap sebagai contoh “perburuan lumba-lumba asli” tradisional.
Selama grindadrap, lumba-lumba digiring sejumlah perahu motor menuju pantai di mana para pemburu membantai lumba-lumba itu secara brutal. Lumba-lumba disembelih dengan tombak, atau denganberbagai macam pisau dan bahkan alat-alat listrik.
Menurut media setempat, total 1.428 lumba-lumba dibunuh selama perburuan. Cuplikan dari adegan yang beredar secara online menunjukkan beberapa perahu menggiring lumba-lumba menuju kematian mereka, dengan air pasang yang memerah karena darah.
Video lain dari tempat kejadian menunjukkan puluhan bangkai lumba-lumba berbaris di sepanjang pantai setelah perburuan. Banyak bangkai lumba-lumba memiliki luka menganga besar yang terlihat.
Hingga Senin malam (13/9/2021), bangkai lumba-lumba terlihat berkumpul di tumpukan besar di pantai sebelum diduga diangkut ke pabrik pengolahan, atau dibuang begitu saja, berdasarkan foto lain yang meresahkan.
'Grindadrap' terbaru memicu kemarahan para aktivis hak-hak hewan, yang menganjurkan larangan global terhadap praktik perburuan lumba-lumba secara brutal.
Kelompok Blue Planet Society, misalnya, mendesak UE, serta pihak berwenang Denmark memaksa wilayah otonomi itu menghentikan praktik kejamnya.
“Tidak ada dalam rekor grindadrap baru-baru ini yang menyamai ini. Yang paling dekat yang bisa kami temukan adalah 430 lumba-lumba sisi putih yang dibantai pada 13-08-2013 di Hvalba,” papar kelompok itu, seraya menambahkan perburuan itu mungkin yang terbesar yang pernah tercatat.
Rekor grindadrap yang ada berasal dari abad ke-16, sedangkan perburuan itu sendiri berabad-abad lebih tua.
“Meski mamalia laut diduga diburu untuk dimakan, Kepulauan Faroe yang hanya menampung sekitar 53.000 orang, tidak mungkin memproses semua bahkan sebagian kecil dari tangkapan lumba-lumba dalam jumlah besar tersebut,” ungkap Blue Planet Society.
(sya)