Viral, Video Taliban Eksekusi Mantan Perwira Polisi Afghanistan
loading...
A
A
A
KABUL - Sebuah video yang viral secara online menunjukkan para milisi Taliban mengeksekusi seorang mantan perwira polisi pemerintah terguling Afghanistan . Dalam video itu, mereka merayakan eksekusi dengan memuji sang pemimpin Hibatullah Akhundzada.
Video tersebut beredar luas di berbagai platform media sosial setelah diunggah di platform obrolan pribadi Taliban.
Video tersebut berdurasi 36 detik dan diunggah seminggu yang lalu.
Pemerintah Taliban yang berkuasa di Afghanistan belum berkomentar tentang video yang viral tersebut. Jika video eksekusi itu dikonfirmasi, maka tidankan tersebut bertentangan dengan janji pemimpin Taliban pada 17 Agustus lalu bahwa pihaknya menjamin amnesti bagi pekerja pemerintah yang terguling dan perlindungan bagi perempuan.
"Saya ingin meyakinkan masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, bahwa tidak ada yang akan dirugikan," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid saat mempertegas janji pemimpin Taliban. "Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal."
Dalam video tersebut terlihat lima dari enam milisi membawa senapan, dan yang keenam memegang dua pisau berdarah di salah satu tangannya. Orang ketujuh sedang merekam aktivitas tersebut.
Korban mengenakan seragam cokelat, seragam dinas petugas polisi Afghanistan. Seragan tentara nasional berwarna biru.
Penyerang yang menggunakan pisau, yang tampaknya pemimpin kelompok eksekutor, terlihat mengangkat senjatanya ke udara. Dalam terjemahan yang diberikan kepada Washington Examiner oleh sumber militer AS, orang-orang itu terdengar meneriakkan kata; "Mujaheddin!"
Mujaheddin adalah istilah Arab untuk milisi gerilya.
"Ini biadab, dan saya tidak akan pernah mempercayai Taliban," kata konsultan keamanan Afghanistan Nasser Von Waziri, yang bekerja dengan badan-badan pemerintah di seluruh negeri ketika orang Amerika ditempatkan di sana. "Seorang teroris tetaplah teroris."
Brigadir Jenderal Don Bolduc, yang mengawasi pelatihan polisi dan tentara sebagai komandan Operasi Khusus AS, mengatakan dia sedih dan muak dengan video itu.
"Inilah yang akan kita hadapi. Ini adalah jenis orang yang telah diputuskan oleh pemerintahan Biden untuk berurusan dan menyerahkan seluruh negara," katanya, seperti dilansir Washington Examiner, Senin (13/9/2021).
"Orang-orang ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak seberapa dibandingkan dengan kelompok lain dalam sejarah. Beberapa metode penyiksaan mereka adalah menguliti seseorang hidup-hidup."
Bolduc mengatakan dia telah melihat tiga korban yang dipenggal kepalanya selama 10 turnya di Afghanistan. Mereka semua berada di desa setempat, dan tim Operasi Khusus Bolduc dipanggil oleh anggota keluarga untuk menyelidiki kejahatan tersebut.
Video tersebut beredar luas di berbagai platform media sosial setelah diunggah di platform obrolan pribadi Taliban.
Video tersebut berdurasi 36 detik dan diunggah seminggu yang lalu.
Pemerintah Taliban yang berkuasa di Afghanistan belum berkomentar tentang video yang viral tersebut. Jika video eksekusi itu dikonfirmasi, maka tidankan tersebut bertentangan dengan janji pemimpin Taliban pada 17 Agustus lalu bahwa pihaknya menjamin amnesti bagi pekerja pemerintah yang terguling dan perlindungan bagi perempuan.
"Saya ingin meyakinkan masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, bahwa tidak ada yang akan dirugikan," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid saat mempertegas janji pemimpin Taliban. "Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal."
Dalam video tersebut terlihat lima dari enam milisi membawa senapan, dan yang keenam memegang dua pisau berdarah di salah satu tangannya. Orang ketujuh sedang merekam aktivitas tersebut.
Korban mengenakan seragam cokelat, seragam dinas petugas polisi Afghanistan. Seragan tentara nasional berwarna biru.
Penyerang yang menggunakan pisau, yang tampaknya pemimpin kelompok eksekutor, terlihat mengangkat senjatanya ke udara. Dalam terjemahan yang diberikan kepada Washington Examiner oleh sumber militer AS, orang-orang itu terdengar meneriakkan kata; "Mujaheddin!"
Mujaheddin adalah istilah Arab untuk milisi gerilya.
"Ini biadab, dan saya tidak akan pernah mempercayai Taliban," kata konsultan keamanan Afghanistan Nasser Von Waziri, yang bekerja dengan badan-badan pemerintah di seluruh negeri ketika orang Amerika ditempatkan di sana. "Seorang teroris tetaplah teroris."
Brigadir Jenderal Don Bolduc, yang mengawasi pelatihan polisi dan tentara sebagai komandan Operasi Khusus AS, mengatakan dia sedih dan muak dengan video itu.
"Inilah yang akan kita hadapi. Ini adalah jenis orang yang telah diputuskan oleh pemerintahan Biden untuk berurusan dan menyerahkan seluruh negara," katanya, seperti dilansir Washington Examiner, Senin (13/9/2021).
"Orang-orang ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak seberapa dibandingkan dengan kelompok lain dalam sejarah. Beberapa metode penyiksaan mereka adalah menguliti seseorang hidup-hidup."
Bolduc mengatakan dia telah melihat tiga korban yang dipenggal kepalanya selama 10 turnya di Afghanistan. Mereka semua berada di desa setempat, dan tim Operasi Khusus Bolduc dipanggil oleh anggota keluarga untuk menyelidiki kejahatan tersebut.
(min)