Taliban Murka AS Hancurkan Pangkalan CIA di Luar Kabul

Rabu, 08 September 2021 - 06:56 WIB
loading...
Taliban Murka AS Hancurkan...
Taliban memperlihatan pangkalan rahasia CIA di luar Kabul yang dihancurkan militer AS. Foto/Sputnik
A A A
KABUL - Taliban menunjukkan kepada wartawan apa yang disebut sebagai pangkalan rahasia badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA , di dekat Ibu Kota Afghanistan , Kabul . Pangkalan itu dilaporkan telah dihancurkan oleh militer AS setelah pos terdepan itu konon digunakan untuk mengevakuasi warga negara Amerika dan sekutu Afghanistan dari negara tersebut.

Pangkalan Elang dihancurkan pada 27 Agustus untuk memastikan bahwa tidak ada peralatan sensitif atau informasi intelijen yang akan jatuh ke tangan Taliban.



"Taliban menunjukkan kepada wartawan Pangkalan Elang CIA yang dihancurkan oleh Amerika selama penarikan pasukan AS dari Afghanistan," bunyi postingan di Telegram.

Berbicara kepada wartawan, komandan Taliban Mullah Hasnain, mencaci maki Amerika karena melenyapkan pangkalan itu.

"Kami membiarkan mereka pergi dengan damai, dan melihat apa yang mereka tinggalkan. Sebelum pergi, mereka menghancurkan segalanya," kata Hasnain, seorang pemimpin unit elit kelompok militan Badri 313 seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (8/9/2021).



Dia menambahkan bahwa para pejuangnya telah mengawasi prajurit AS di kompleks itu sebelum diledakkan.

“Kami berada di sana selama sembilan atau 10 hari. Ada banyak ledakan. Kami tidak menghentikan mereka, bahkan konvoi terakhir yang pergi melalui jalan darat ke bandara. Kami tidak menyerang mereka, karena kami mengikuti perintah dari pejabat tinggi kami," tegas Hasnain, merujuk pada upaya evakuasi AS.

Komandan Taliban ingat bahwa AS memasuki Afghanistan berjanji mereka akan membangun kembali negara itu, dan menghancurkan pangkalan menunjukkan bahwa ini adalah wajah asli AS, mereka tidak meninggalkan apa-apa.

"Kami tidak melakukan perang untuk membunuh orang Amerika. Kami melakukannya untuk membebaskan negara dan mengembalikan hukum syariah," pungkas Hasnain.

Pernyataan itu muncul setelah penyelidikan New York Times mengungkapkan bahwa Pangkalan Elang - yang sampai tahun 2004 adalah rumah bagi penjara Salt Pit - digunakan antara 15 dan 27 Agustus untuk membantu upaya evakuasi militer AS setelah Taliban berkuasa di Afghanistan pada pertengahan Agustus.



Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menyatakan bahwa Washington berencana untuk mengatur penerbangan evakuasi baru dari Kabul, karena Taliban berjanji untuk membiarkan orang-orang dengan dokumen perjalanan berangkat dengan bebas.

"Pejuang Taliban telah mengatakan bahwa mereka akan membiarkan orang-orang dengan dokumen perjalanan bebas pergi, kami akan menahan mereka untuk itu. Begitu juga puluhan negara lain. Komunitas internasional mengawasi untuk melihat apakah Taliban akan memenuhi komitmen mereka," ujar Blinken kepada wartawan di Doha, Qatar pada Selasa kemarin.

Ketika evakuasi dimulai pada bulan Agustus, ada sekitar 6.000 warga AS di Afghanistan dan hampir semuanya dievakuasi.

"Tetapi tidak mengherankan bahwa terlepas dari situasi dan dorongan, beberapa orang tidak atau tidak dapat membuat keputusan untuk pergi, karena mereka telah berada di Afghanistan selama bertahun-tahun bersama keluarga," tambah Menteri Luar Negeri AS itu.

AS menyelesaikan evakuasi pada 30 Agustus, sebuah misi yang dipuji oleh Biden sebagai keberhasilan luar biasa. Bagaimanapun, Biden sebelumnya dikecam oleh NATO atas keengganannya untuk memperpanjang batas waktu evakuasi 31 Agustus di tengah peringatan konsekuensi Taliban jika batas waktu diperpanjang.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tuntut Ukraina...
Trump Tuntut Ukraina Bayar Kembali Semua Bantuan AS dengan Bunganya
Trump Pecat Hampir Semua...
Trump Pecat Hampir Semua Karyawan Institut Perdamaian yang Didanai Kongres AS
Eks PM Inggris Tegaskan...
Eks PM Inggris Tegaskan Tidak Ada Alternatif NATO
Iran Tidak Peduli dan...
Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Mahasiswi PhD Asal Turki...
Mahasiswi PhD Asal Turki Ini Diculik saat Hendak Berbuka Puasa, Terancam Dideportasi dari AS karena Dituding Mendukung Hamas
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
Mahasiswa Turki Diculik...
Mahasiswa Turki Diculik Agen AS Saat Akan Berbuka Puasa Gara-Gara Dukungan untuk Palestina
Gempa M 7,1 Guncang...
Gempa M 7,1 Guncang Kepulauan Tonga, Picu Peringatan Tsunami
Rekomendasi
Cara Membuat Ketupat...
Cara Membuat Ketupat Empuk dan Tahan Lama, Sajian Wajib saat Lebaran
Misi Kemanusiaan TNI...
Misi Kemanusiaan TNI ke Myanmar, Helikopter Super Puma hingga Kapal Rumah Sakit Dikerahkan
BTS, BLACKPINK, BIGBANG,...
BTS, BLACKPINK, BIGBANG, dan IU Masuk Daftar Musisi Terhebat Abad 21
Berita Terkini
Sambut Idulfitri, Hamas...
Sambut Idulfitri, Hamas Sepakati Proposal Gencatan Senjata Baru dengan Israel
5 jam yang lalu
Israel Larang Umat Islam...
Israel Larang Umat Islam Palestina Gelar Salat Id di Masjid Ibrahimi
8 jam yang lalu
Rakyat Palestina Rayakan...
Rakyat Palestina Rayakan Idulfitri, Israel Intensifkan Serangan Darat dengan Kirim Ribuan Tentara ke Rafah
9 jam yang lalu
Ditinggal AS dan Eropa,...
Ditinggal AS dan Eropa, Presiden Ukraina Memiliki Misi Rahasia ke China dan Brasil
9 jam yang lalu
Agen FSB Rusia Selidiki...
Agen FSB Rusia Selidiki Senjata Sonik di Serbia
10 jam yang lalu
Mengapa Ukraina dan...
Mengapa Ukraina dan AS Kalah 5-0 dalam Perundingan dengan Rusia?
11 jam yang lalu
Infografis
10 Negara Penduduknya...
10 Negara Penduduknya Paling Bahagia di Dunia Tahun 2025
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved