Jalin Komunikasi dengan Afghanistan dan Taliban, Jokowi dan JK Jalankan Tugas Negarawan

Rabu, 25 Agustus 2021 - 15:54 WIB
loading...
Jalin Komunikasi dengan...
Pengamat Politik Arya Sandhiyudha menilai sikap mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) yang cenderung dekat dan kerap menjalin komunikasi dengan Taliban tak perlu dipertentangkan. Foto/REUTERS
A A A
JAKARTA - Pengamat Politik Arya Sandhiyudha menilai sikap mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) yang cenderung dekat dan kerap menjalin komunikasi dengan Taliban tak perlu dipertentangkan. Menurut dia, JK hanya menjalankan tugasnya sebagai negarawan yang coba membuat keamanan dan stabilitas kawasan.

Hal yang sama juga dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat dirinya mengunjungi Afghanistan pada Tahun 2018 lalu. Ketika Jokowi bertemu dengan Presiden Asraf Ghani, dia menjadi satu-satunya presiden Indonesia yang menginjakkan kaki di negeri tersebut setelah 57 tahun lamanya.

"Jadi dulu misalnya Pak JK membangun interaksi sebagaimana Pak Jokowi pernah ke sana (Afghanistan), Bu Menlu juga sering terlibat komunikasi semua kelompok itu dalam rangka peace bulding, adorable peace, stability and security in the region, menghadirkan kedamaian dan keamanan stabilitas di kawasan," tutur Arya ketika dihubungi, Selasa (24/8/2021).

Dia memaparkan, hal itu seharusnya dilihat bukan dalam kacamata politik, melainkan sudah kewajiban dari sebuah negara. Menurutnya, sudah termaktub dalam konstitusi Indonesia untuk ambil bagian dalam upaya perdamaian dunia.

"Jadi beliau (JK dan Jokowi) hadir sebagai negarawan waktu melakukan peran itu," jelasnya.

Peraih gelar Doktor bidang Hubungan Internasional dari Istanbul University Turki ini menyebut, JK dan Jokowi pasti mengetahaui bagaimana sesungguhnya siapa Taliban. Oleh karenanya, sambung dia, JK sempat mengundang Taliban untuk datang ke Jakarta.

"Dikasih liat contoh-contohnya, praktek keislaman dan pemerintahan hubungan negara dan agama dalam interpretasi keagaaman mayoritas Indonesia. Itu kan sebenarnya yang dimau oleh tokoh-tokoh tersebut, sehingga lebih baik dalam mengelola negaranya, dan mudah-mudahan itu tertular," ucapnya.

Dia menjelaskan, dengan sikap para tokoh publik yang seperti itu, jangan dinilai bahwasanya Indonesia berada di satu pihaj saja. Hal itu disebabkan, Indonesia memiliki menganut prinsip politik luar negeri yang beban dan aktif.

"Saya rasa misalnya siapapun yang punya pandangan terhadap Taliban di media secara publik itu misalnya seakan-akan lebih optimis itu, mungkin lebih ke bahasa memberikan kesempatan saja. Bukan berarti mereka enggak tau apalagi udah pernah berinteraksi langsung," ujarnya.

"Kayak Pak JK, dia kan bukan berarti enggak tahu, pasti Pak JK punya pengetahuan tentang Taliban itu, hanya bahasa dia saja yang memberikan kesempatan," imbuhnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2146 seconds (0.1#10.140)