Lawan Militer China, Jepang Bakal Kerahkan Rudal di Dekat Taiwan
loading...
A
A
A
TOKYO - Jepang berencana untuk mengerahkan unit rudal Ground Self-Defense Force (GSDF) di sebuah pulau yang berjarak 306 km di lepas pantai Taiwan tahun depan. Rencana ini merupakan langkah untuk melawan dominasi militer China di Laut China Timur.
Media lokal, Yomiuri Shimbun, melaporkan rencana pengerahan unit rudal itu bertujuan untuk melawan kehadiran Angkatan Laut Beijing yang meningkat di wilayah yang membawa sejarah perselisihan militer. Laporan itu menambahkan bahwa nuklir juga akan membantu mempertahankan diri dari potensi serangan China.
Menteri Pertahanan Jepang Kishi Nobuo pada pekan ini juga mengonfirmasi rencana untuk mengerahkan beberapa ratus personel Pasukan Bela Diri (SDF) dan rudal ke pulau lain di barat dayanya untuk mencegah dan mempertahankan diri dari potensi ancaman dari militer China yang sedang berkembang.
Kishi Nobuo mengatakan kepada wartawan bahwa rudal anti-pesawat dan rudal anti-kapal akan ditempatkan di Ishigaki-jima sekitar tahun 2022.
Pulau Ishigaki-jima hanya berjarak 306 km dari Bandara Internasional Taoyuan Taiwan. Unit rudal baru yang akan beroperasi pada 2022 akan diawaki oleh 500 hingga 600 tentara SDF.
Kementerian Pertahanan Jepang juga dilaporkan berencana untuk memasang unit senjata perang elektronik di pulau Yonaguni pada akhir 2023. Media lokal juga melaporkan bahwa Jepang juga membangun pangkalan SDF baru di pulau Mageshima.
Pasukan Angkatan Laut China, yang dikenal sebagai Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN), baru-baru ini meningkatkan kehadiran mereka di Selat Miyako, jalur air yang terletak di antara Pulau Miyako dan Pulau Okinawa dan terdiri dari jalur lebar dengan perairan dan wilayah udara internasional.
Menjadi selat terluas di Kepulauan Ryukyu, ini adalah salah satu dari sedikit jalur air internasional yang ingin digunakan China untuk mendapatkan akses ke Samudra Pasifik dari Laut China Timur.
Di kawasan inilah Jepang dan China terlibat dalam sengketa Kepulauan Senkaku (Kepulauan Diaoyutai), pertikaian teritorial yang telah menjerat hubungan diplomatik kedua negara setidaknya sejak awal 2010-an.
Beijing, yang terus mengklaim Kepulauan Senkaku sebagai "wilayah bawaan" negara itu, dengan cepat membangun pulau-pulau buatan dengan infrastruktur militer di wilayah tersebut.
China juga mengeklaim kedaulatan penuh atas Taiwan, sebuah pulau berpenduduk sekitar 24 juta orang yang telah memerintah sendiri secara demokratis selama puluhan tahun.
Media lokal, Yomiuri Shimbun, melaporkan rencana pengerahan unit rudal itu bertujuan untuk melawan kehadiran Angkatan Laut Beijing yang meningkat di wilayah yang membawa sejarah perselisihan militer. Laporan itu menambahkan bahwa nuklir juga akan membantu mempertahankan diri dari potensi serangan China.
Menteri Pertahanan Jepang Kishi Nobuo pada pekan ini juga mengonfirmasi rencana untuk mengerahkan beberapa ratus personel Pasukan Bela Diri (SDF) dan rudal ke pulau lain di barat dayanya untuk mencegah dan mempertahankan diri dari potensi ancaman dari militer China yang sedang berkembang.
Kishi Nobuo mengatakan kepada wartawan bahwa rudal anti-pesawat dan rudal anti-kapal akan ditempatkan di Ishigaki-jima sekitar tahun 2022.
Pulau Ishigaki-jima hanya berjarak 306 km dari Bandara Internasional Taoyuan Taiwan. Unit rudal baru yang akan beroperasi pada 2022 akan diawaki oleh 500 hingga 600 tentara SDF.
Kementerian Pertahanan Jepang juga dilaporkan berencana untuk memasang unit senjata perang elektronik di pulau Yonaguni pada akhir 2023. Media lokal juga melaporkan bahwa Jepang juga membangun pangkalan SDF baru di pulau Mageshima.
Pasukan Angkatan Laut China, yang dikenal sebagai Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN), baru-baru ini meningkatkan kehadiran mereka di Selat Miyako, jalur air yang terletak di antara Pulau Miyako dan Pulau Okinawa dan terdiri dari jalur lebar dengan perairan dan wilayah udara internasional.
Menjadi selat terluas di Kepulauan Ryukyu, ini adalah salah satu dari sedikit jalur air internasional yang ingin digunakan China untuk mendapatkan akses ke Samudra Pasifik dari Laut China Timur.
Di kawasan inilah Jepang dan China terlibat dalam sengketa Kepulauan Senkaku (Kepulauan Diaoyutai), pertikaian teritorial yang telah menjerat hubungan diplomatik kedua negara setidaknya sejak awal 2010-an.
Beijing, yang terus mengklaim Kepulauan Senkaku sebagai "wilayah bawaan" negara itu, dengan cepat membangun pulau-pulau buatan dengan infrastruktur militer di wilayah tersebut.
China juga mengeklaim kedaulatan penuh atas Taiwan, sebuah pulau berpenduduk sekitar 24 juta orang yang telah memerintah sendiri secara demokratis selama puluhan tahun.
(min)