Lonjakan COVID-19 Landa Asia: Tokyo, Thailand, Malaysia Catat Rekor

Minggu, 01 Agustus 2021 - 08:04 WIB
loading...
Lonjakan COVID-19 Landa Asia: Tokyo, Thailand, Malaysia Catat Rekor
Asia menglami lonjakan kasus COVID-19 selama akhir pekan. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Lonjakan kasus mengguncang beberapa negara di Asia yang sebelumnya relatif berhasil menahan laju COVID-19 . Sebagian besar didorong oleh varian Delta yang sangat menular.

Kota tuan rumah Olimpiade Tokyo, serta Thailand dan Malaysia , mengumumkan rekor kasus infeksi COVID-19 pada Sabtu (31/7/2021).

Pemerintah metropolitan Tokyo mengumumkan rekor jumlah infeksi 4.058 dalam 24 jam terakhir. Penyelenggara Olimpiade melaporkan 21 kasus COVID-19 baru terkait dengan Olimpiade, sehingga total menjadi 241 sejak 1 Juli.

Sehari sebelumnya Jepang memperpanjang keadaan daruratnya untuk Tokyo hingga akhir Agustus dan memperluasnya ke tiga prefektur di dekat ibu kota dan ke prefektur barat Osaka.

Penyelenggara Olimpiade mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah mencabut akreditasi orang atau orang yang terkait dengan Olimpiade karena meninggalkan desa atlet untuk jalan-jalan, sebuah pelanggaran terhadap langkah-langkah yang diberlakukan untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan aman di tengah pandemi.

Penyelenggara tidak mengungkapkan berapa banyak orang yang terlibat, apakah orang atau orang-orang itu adalah atlet, atau kapan pelanggaran itu terjadi.

Malaysia, salah satu hotspot COVID-19, melaporkan 17.786 kasus virus corona pada Sabtu. Ini adalah rekor tertinggi.

Sementara itu lebih dari 100 orang berkumpul di pusat Kuala Lumpur menyatakan ketidakpuasan dengan penanganan pandemi oleh pemerintah dan menyerukan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin untuk mundur.

Para pengunjuk rasa membawa bendera hitam dan mengangkat plakat bertuliskan “Kerajaan Gagal” – sebuah tagar yang populer di media sosial selama berbulan-bulan.

Thailand juga melaporkan rekor harian tertinggi yaitu 18.912 infeksi virus Corona baru, sehingga total kasusnya menjadi 597.287. Negara ini juga melaporkan 178 kematian baru, juga rekor harian.

Pemerintah mengatakan varian Delta menyumbang lebih dari 60% kasus di negara itu dan 80% kasus di Bangkok.

"Varian ini belum tentu lebih mematikan daripada varian lain, tetapi jauh lebih menular," kata Supakit Sirilak, direktur jenderal Departemen Ilmu Kedokteran Thailand seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/8/2021).

Di Rumah Sakit Universitas Thammasat dekat ibu kota Bangkok, kamar mayat yang dipenuhi oleh korban COVID-19 telah mulai menyimpan mayat dalam wadah berpendingin, tindakan yang terakhir kali dilakukan dalam tsunami 2004, kata seorang direktur rumah sakit.

China, tempat pertama kali munculnya pandemi, sedang berjuang melawan wabah varian Delta di kota timur Nanjing yang dari hasil pelacakan berasal dari seorang pekerja bandara yang membersihkan pesawat yang tiba dari Rusia.



Vietnam, yang bergulat dengan wabah COVID-19 terburuknya, mengumumkan bahwa mulai Senin akan memberlakukan pembatasan ketat pada pergerakan di pusat bisnisnya Kota Ho Chi Minh dan 18 kota dan provinsi lainnya di seluruh selatan selama dua minggu lagi.



Jumlah kasus juga melonjak di Sydney, di mana polisi menutup kawasan pusat bisnis untuk mencegah aksi protes terhadap penguncian atau lockdown ketat yang akan berlangsung hingga akhir Agustus.

Polisi di Sydney menutup stasiun kereta api, melarang taksi menurunkan penumpang dari pusat kota dan mengerahkan 1.000 petugas untuk mendirikan pos pemeriksaan dan membubarkan kelompok. Pemerintah New South Wales melaporkan 210 infeksi baru di Sydney dan sekitarnya dari wabah varian Delta.



Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat mengatakan infeksi COVID-19 telah meningkat 80% selama empat minggu terakhir di sebagian besar wilayah di dunia.

"Keuntungan yang diperoleh dengan susah payah dalam bahaya atau hilang, dan sistem kesehatan di banyak negara sedang kewalahan," kata Tedros dalam konferensi pers.

Varian Delta, pertama kali terdeteksi di India, sama menularnya dengan cacar air dan jauh lebih menular daripada pilek atau flu biasa. Hal itu tertuang dalam dokumen internal Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) yang bocor.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1949 seconds (0.1#10.140)