Kapal Induk Inggris Masuk LCS, China Siaga Tempur Tingkat Tinggi

Jum'at, 30 Juli 2021 - 13:16 WIB
loading...
Kapal Induk Inggris...
Kelompok tempur kapal induk Inggris, HMS Queen Elizabeth, memasuki Laut China Selatan, Angkatan Laut China siaga tempur tingkat tinggi. Foto/Ilustrasi
A A A
BEIJING - China mengirim peringatan kepada kelompok tempur kapal induk Inggris , yang dipimpin kapal induk Queen Elizabeth , saat memasuki Laut China Selatan (LCS) yang disengketakan. China memperingatkan agar kelompo tempur Angkatan Laut Inggris itu tidak melakukan tindakan yang tidak pantas.

"Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) berada pada tingkat kesiapan tempur yang tinggi," tulis media China, Global Times, yang dipandang sebagai corong Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa, seperti dikutip dari BBC, Jumat (30/7/2021).

China telah memantau dengan cermat kelompok tempur kapal induk Inggris, yang saat ini berlayar melalui Laut China Selatan dalam perhalanan ke Jepang, sambil menuduh Inggris masih hidup di masa kolonial.

China telah mengadakan latihan militer ekstensif di kawasan itu minggu ini, mempraktikkan serangan pantai. Sebuah langkah yang membuat beberapa analis khawatir bahwa negara pada akhirnya sedang bersiap untuk menyerang Taiwan.

"Angkatan Laut PLA akan menggunakan kehadiran kelompok tempur Inggris di Laut China Selatan sebagai kesempatan untuk berlatih dan untuk mempelajari kapal perang terbaru Inggris dari dekat," kata Global Times.



Global Times mengutip juru bicara kedutaan besar China di London yang mengatakan: "Ancaman terhadap kebebasan navigasi hanya bisa datang dari orang yang mengerahkan kelompok tempur kapal induk ke Laut China Selatan setengah dunia dan melenturkan otot angkatan lautnya untuk meningkatkan ketegangan militer di wilayah itu."

Bertentangan dengan putusan pengadilan internasional 2016, China mengklaim sebagian besar laut itu sebagai miliknya dan telah sibuk membangun terumbu karang buatan serta landasan pacu. Beberapa di antaranya dekat dengan perairan teritorial negara-negara tetangga.

Baik kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Angkatan Laut Inggris baru-baru ini menantang klaim China atas kedaulatan di Laut China Selatan dengan sengaja berlayar melewatinya.

Angkatan Laut Inggris telah melakukan latihan dengan angkatan laut Singapura dan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace tidak merahasiakan niatnya untuk melakukan apa yang disebut latihan "Kebebasan Navigasi" melalui Laut China Selatan.

Situasi ini pun memunculkan pertanyaan: apakah dunia internasional akan disajikan insiden serupa di Laut Hitam pada bulan Juni lalu ketika kapal perusak Tipe 45 Inggris, HMS Defender, didengungkan oleh pesawat tempur Rusia saat melintas di dekat semenanjung Crimea yang disengketakan?



“China tidak mencari konfrontasi langsung dengan sekutu utama AS di Laut China Selatan” kata Veerle Nouwens, seorang peneliti senior di Royal United Services Insitute (RUSI), sebuah think tank London.

"Tapi itu (China) pasti akan memperjelas niatnya," imbuhnya.

Jika Inggris melakukan latihan kebebasan navigasi melalui laut itu, Nouwens yakin dunia internasional mungkin akan melihat pengulangan dari apa yang terjadi ketika HMS Albion berlayar melewatinya pada tahun 2018. Saat itu kapal itu dibayangi oleh kapal perang China dari jarak hanya 200 meter, memperingatkannya untuk pergi, sementara pesawat China terbang rendah di atas kapal Inggris.

Tetapi sementara kedatangan kelompok tempur Inggris di wilayah tersebut telah memicu kemarahan dari Beijing, Rekan Peneliti RUSI untuk Angkatan Laut, Sidharth Kaushal, menunjukkan bahwa ketika menyangkut kebuntuan angkatan laut, tindakan China telah dikalibrasi jauh di bawah standar apa pun yang akan memulai perang.

Pengerahankapal induk Queen Elizabeth dan kapal pengawalnya ke Asia Timur dipandang sebagai bagian dari upaya pemerintah Inggris untuk memainkan peran yang lebih menonjol dalam keamanan global, sebagaimana ditetapkan dalam Tinjauan Terpadu pemerintah Inggris baru-baru ini.

Prancis, juga, serta negara-negara Eropa lainnya, telah mengalihkan perhatiannya ke Laut China Selatan karena kekuatan militer dan ekonomi China yang tumbuh tampaknya tak terbendung.

China baru-baru ini memulai peningkatan besar dalam persenjataan rudal balistik nuklirnya, membangun silo baru di wilayah Xinjiang yang terpencil. Negara ini juga telah mengembangkan Hypersonic Glide Vehicles, rudal berkecepatan tinggi yang dapat mencapai kecepatan hingga delapan kali kecepatan suara dan yang telah dijuluki "pembunuh kapal induk" .

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1353 seconds (0.1#10.140)