Donald Rumsfeld yang Menginvasi Irak Meninggal, Ini Reaksi Rakyat Irak
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Rakyat Irak menanggapi dengan campuran kepahitan dan ketidakpedulian atas kematian Donald Rumsfeld, mantan menteri pertahanan Amerika Serikat (AS) yang jadi arsitek invasi tahun 2003 ke negara Timur Tengah tersebut.
“Saya tidak sedih dengan kematian seorang penjajah,” kata Saad Jabbar, seorang pegawai Kementerian Transportasi Irak, sehari setelah keluarga Rumsfeld mengumumkan kematiannya pada usia 88 tahun.
"AS tidak meninggalkan apa pun kecuali kenangan pendudukan dan kehancuran," katanya.
Mengawasi militer AS untuk sebagian besar masa kepresidenan George W. Bush, Rumsfeld memimpin serangan ke dalam perang yang menghancurkan di Irak dan Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Pentagon.
Invasi AS ke Irak, berdasarkan klaim palsu bahwa Baghdad memiliki senjata pemusnah massal, menyingkirkan diktator Saddam Hussein, dan Washington berjanji akan membawa demokrasi dan kebebasan ke wilayah tersebut.
Pada kenyataannya hal itu memicu kekerasan sektarian selama bertahun-tahun dan menyebabkan munculnya ISIS atau Daesh.
“Saya tidak berpikir sejarah akan memandang baik mereka (Rumsfeld dan Bush) karena bencana yang mereka sebabkan, termasuk terhadap rakyat Irak,” kata seorang pemimpin suku dari provinsi Anbar Irak yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Rumsfeld terkenal menolak penjarahan yang meluas setelah pasukan AS merebut Baghdad dengan menyindir;"hal-hal terjadi".
“Saya tidak sedih dengan kematian seorang penjajah,” kata Saad Jabbar, seorang pegawai Kementerian Transportasi Irak, sehari setelah keluarga Rumsfeld mengumumkan kematiannya pada usia 88 tahun.
"AS tidak meninggalkan apa pun kecuali kenangan pendudukan dan kehancuran," katanya.
Mengawasi militer AS untuk sebagian besar masa kepresidenan George W. Bush, Rumsfeld memimpin serangan ke dalam perang yang menghancurkan di Irak dan Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Pentagon.
Invasi AS ke Irak, berdasarkan klaim palsu bahwa Baghdad memiliki senjata pemusnah massal, menyingkirkan diktator Saddam Hussein, dan Washington berjanji akan membawa demokrasi dan kebebasan ke wilayah tersebut.
Pada kenyataannya hal itu memicu kekerasan sektarian selama bertahun-tahun dan menyebabkan munculnya ISIS atau Daesh.
“Saya tidak berpikir sejarah akan memandang baik mereka (Rumsfeld dan Bush) karena bencana yang mereka sebabkan, termasuk terhadap rakyat Irak,” kata seorang pemimpin suku dari provinsi Anbar Irak yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Rumsfeld terkenal menolak penjarahan yang meluas setelah pasukan AS merebut Baghdad dengan menyindir;"hal-hal terjadi".