Massa Sayap Kanan Israel ke Warga Palestina: 'Malam Ini Kami Bukan Yahudi, Kami Nazi'
loading...
A
A
A
Pada 10 Juni, polisi Israel telah menangkap lebih dari 2.150 orang. Lebih dari 90 persen adalah warga Palestina Israel atau penduduk Yerusalem Timur. Laporan tersebut menemukan bahwa sebagian besar warga Palestina ditahan karena pelanggaran seperti "menghina atau menyerang seorang petugas polisi" atau "mengambil bagian dalam pertemuan ilegal" daripada karena serangan kekerasan terhadap orang atau properti.
Selain tindakan keras brutal, polisi Israel juga gagal melindungi warga Palestina dari supremasi Yahudi yang telah mengorganisir serangan dan mempublikasikan rencana mereka sebelumnya.
Amnesty memverifikasi 29 pesan teks dan audio di saluran Telegram terbuka dan WhatsApp mengungkapkan bagaimana aplikasi tersebut digunakan untuk merekrut orang-orang bersenjata dan mengatur serangan terhadap warga Palestina di kota-kota seperti Haifa, Acre, Nazareth dan Lod antara 10 dan 21 Mei.
Kelompok HAM itu melukiskan gambaran yang mengejutkan tentang kekerasan komunal penuh kebencian yang menargetkan warga Palestina. Amnesty menemukan bahwa pesan-pesan tersebut mencakup instruksi tentang di mana dan kapan harus berkumpul, jenis persenjataan yang digunakan dan bahkan pakaian apa yang harus dipakai untuk menghindari kebingungan antara orang Yahudi keturunan Timur Tengah dengan orang Arab Palestina.
Saat itulah anggota kelompok berbagi selfie dengan senjata dan pesan seperti "Malam ini kami bukan orang Yahudi, kami adalah Nazi".
Para anggota parlemen terpilih Israel bergabung dengan gelombang kebencian yang pada saat itu digambarkan sebagai "pogrom".
Menurut Amnesty, pada 12 Mei lalu ratusan massa supremasi Yahudi berkumpul di Bat Yam Promenade di Israel tengah, sebagai tanggapan atas pesan yang diterima dari partai politik Jewish Power dan kelompok lainnya. Rekaman video yang diverifikasi menunjukkan sejumlah aktivis menyerang bisnis milik Arab.
Laporan itu juga mendokumentasikan penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel. Salah satu contoh yang dikutip dalam laporan tersebut adalah penyiksaan di kantor polisi Kompleks Rusia (Moskobiya) di Nazareth pada 12 Mei. Seorang saksi mata mengatakan bahwa mereka melihat Pasukan Khusus memukuli sekelompok setidaknya delapan tahanan terikat yang telah ditangkap dalam sebuah protes.
"Itu seperti kamp tawanan perang yang brutal," kata saksi. "Para petugas memukuli pemuda-pemuda itu dengan sapu dan menendang mereka dengan sepatu bot bertutup baja. Empat dari mereka harus dibawa pergi dengan ambulans, dan satu lengannya patah."
Selain tindakan keras brutal, polisi Israel juga gagal melindungi warga Palestina dari supremasi Yahudi yang telah mengorganisir serangan dan mempublikasikan rencana mereka sebelumnya.
Amnesty memverifikasi 29 pesan teks dan audio di saluran Telegram terbuka dan WhatsApp mengungkapkan bagaimana aplikasi tersebut digunakan untuk merekrut orang-orang bersenjata dan mengatur serangan terhadap warga Palestina di kota-kota seperti Haifa, Acre, Nazareth dan Lod antara 10 dan 21 Mei.
Kelompok HAM itu melukiskan gambaran yang mengejutkan tentang kekerasan komunal penuh kebencian yang menargetkan warga Palestina. Amnesty menemukan bahwa pesan-pesan tersebut mencakup instruksi tentang di mana dan kapan harus berkumpul, jenis persenjataan yang digunakan dan bahkan pakaian apa yang harus dipakai untuk menghindari kebingungan antara orang Yahudi keturunan Timur Tengah dengan orang Arab Palestina.
Saat itulah anggota kelompok berbagi selfie dengan senjata dan pesan seperti "Malam ini kami bukan orang Yahudi, kami adalah Nazi".
Para anggota parlemen terpilih Israel bergabung dengan gelombang kebencian yang pada saat itu digambarkan sebagai "pogrom".
Menurut Amnesty, pada 12 Mei lalu ratusan massa supremasi Yahudi berkumpul di Bat Yam Promenade di Israel tengah, sebagai tanggapan atas pesan yang diterima dari partai politik Jewish Power dan kelompok lainnya. Rekaman video yang diverifikasi menunjukkan sejumlah aktivis menyerang bisnis milik Arab.
Laporan itu juga mendokumentasikan penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel. Salah satu contoh yang dikutip dalam laporan tersebut adalah penyiksaan di kantor polisi Kompleks Rusia (Moskobiya) di Nazareth pada 12 Mei. Seorang saksi mata mengatakan bahwa mereka melihat Pasukan Khusus memukuli sekelompok setidaknya delapan tahanan terikat yang telah ditangkap dalam sebuah protes.
"Itu seperti kamp tawanan perang yang brutal," kata saksi. "Para petugas memukuli pemuda-pemuda itu dengan sapu dan menendang mereka dengan sepatu bot bertutup baja. Empat dari mereka harus dibawa pergi dengan ambulans, dan satu lengannya patah."