Pisang Rp650.000, Kopi Rp1,5 Juta, Krisis Pangan Korea Utara Makin Brutal

Kamis, 24 Juni 2021 - 09:07 WIB
loading...
A A A
Meski Korea Utara belum secara resmi mengkonfirmasi kasus COVID-19, negara itu telah memberlakukan tindakan anti-virus yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik.

Negara ini bergantung pada China untuk banyak barang yang tidak dapat diproduksinya, termasuk makanan dan bahan bakar.

“Pada rapat pleno komite pusat Partai Buruh Korea Utara yang berkuasa, Kim mengatakan ekonomi membaik tahun ini, dengan output industri tumbuh 25% dari tahun sebelumnya,” ungkap laporan kantor berita resmi KCNA.

“Tetapi ada serangkaian penyimpangan karena sejumlah tantangan,” tutur pemimpin Korea Utara itu.

Serangkaian badai musim panas lalu memicu banjir yang menghancurkan ribuan rumah dan menggenangi lahan pertanian.

Kim menyerukan langkah-langkah meminimalkan dampak bencana alam seperti itu, dengan mengatakan memastikan panen yang baik adalah "prioritas utama".

“Rapat pleno itu juga membahas sifat berkepanjangan dari pandemi virus corona,” papar laporan KCNA.

Pyongyang memiliki infrastruktur medis yang buruk dan kekurangan obat-obatan penting. Pengamat mengatakan wabah virus corona mendatangkan malapetaka di negara yang terisolasi itu.

Korea Utara memberlakukan penguncian ketat ketika menutup perbatasannya pada Januari tahun lalu untuk menghentikan penyebaran virus dari negara tetangga China, tempat virus itu pertama kali muncul sebelum melanda dunia.

Korut telah lama bersikeras bahwa mereka tidak memiliki kasus virus corona. Klaim itu diragukan oleh para analis. Namun tetap saja, Korea Utara telah membayar harga ekonomi yang sangat besar untuk blokade tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2129 seconds (0.1#10.140)