Pakar: Akibat India Acuhkan Peringatan Dini, Varian Baru Covid-19 Menyebar Luas
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Seorang pakar kesehatan masyarakat veteran memperingatkan pejabat tinggi India pada awal Maret lalu, bahwa varian baru virus Corona menyebar dengan cepat di distrik pedesaan di jantung negara itu. Dia mengatakan bahwa hal itu memerlukan perhatian segera.
Namun, menurut Subhash Salunke, Otoritas Kesehatan Federal gagal menanggapi peringatan itu secara memadai. Salunke adalah pakar kesehatan veteran yang memiliki pengalaman 30 tahun di bidang kesehatan masyarakat di India, Indonesia, dan Amerika Serikat (AS).
Varian, yang sekarang dikenal sebagai B.1.617, memicu gelombang besar kasus virus Corona di India dan sejak itu menyebar ke lebih dari 40 negara lain. Pada bulan Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai "varian yang menjadi perhatian," dengan alasan tingkat penularannya yang tinggi.
Salunke, mantan pejabat WHO yang menasihati pemerintah Maharashtra, mengatakan, dia memberi tahu beberapa pejabat kesehatan paling senior India pada awal Maret, berbicara melalui telepon kepada penasihat utama virus Corona Perdana Menteri Narendra Modi, V.K. Paul dan kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC), Sujeet Kumar Singh.
Dirinya mengatakan, bahwa dia memperingatkan Paul dan Singh bahwa virus itu menunjukkan tanda-tanda bermutasi di Amravati, bahwa penularannya meningkat dan meminta bantuan federal dalam mengurutkan lebih banyak sampel untuk menentukan bagaimana varian berperilaku.
"Meskipun petugas kesehatan masyarakat seperti saya memberi mereka peringatan keras, mereka tidak mengindahkannya," kata Salunke, seperti dilansir Reuters.
Paul membenarkan bahwa dia berbicara dengan Salunk. Tetapi, ia menggambarkan percakapan itu sebagai Salunke menyampaikan informasi semata, daripada mengeluarkan peringatan.
Dia menolak tuduhan Salunke bahwa dia tidak mengindahkan, dengan mengatakan dia meminta Institut Virologi Nasional India (NIV) mempelajari varian itu lebih dekat dan mengatakan kepada pemerintah negara bagian Maharashtra untuk mengintensifkan tanggapan yang ada terhadap virus tersebut.
"Pemerintah memperkuat studi sekuensing dan klinis-epidemiologis. Pemerintah secara intens, berulang kali, dari berbagai forum, menekankan perlunya penahanan menggunakan semua alat dengan lebih giat, dan mengoptimalkan pengujian," ucap Paul.
Meskipun Salunke menandai masalah tersebut, dan peringatan lebih lanjut pada awal Maret dari forum penasihat ilmiah bahwa varian baru sedang berlangsung di negara itu, pemerintah federal mengizinkan rapat umum pemilihan, festival keagamaan dan pertemuan massal lainnya untuk dilanjutkan, dan gagal untuk mengambil tindakan untuk menghentikan penyebaran virus.
Dalam 80 hari, varian tersebut berpindah dari Amravati ke lusinan negara di seluruh dunia, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura. Kondisi ini menghadirkan kemunduran bagi upaya global untuk mengatasi penyakit tersebut.
Tidak mungkin untuk mengatakan dengan tepat berapa banyak infeksi di setiap negara yang disebabkan oleh varian baru, karena sangat sedikit sampel dari tes positif yang telah diurutkan. Pihak berwenang AS memperkirakan pekan lalu bahwa varian tersebut menyumbang 6% dari infeksi virus corona di sana.
Di India, peningkatan dramatis dalam jumlah infeksi dari April dan seterusnya, sebagian didorong oleh varian baru, membanjiri sistem kesehatan negara itu, menyebabkan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen dan menyebabkan krematorium dan kuburan meluap. Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, mengatakan pada Mei bahwa varian itu diidentifikasi pada sekitar 20% sampel di negara yang telah diurutkan.
Namun, menurut Subhash Salunke, Otoritas Kesehatan Federal gagal menanggapi peringatan itu secara memadai. Salunke adalah pakar kesehatan veteran yang memiliki pengalaman 30 tahun di bidang kesehatan masyarakat di India, Indonesia, dan Amerika Serikat (AS).
Varian, yang sekarang dikenal sebagai B.1.617, memicu gelombang besar kasus virus Corona di India dan sejak itu menyebar ke lebih dari 40 negara lain. Pada bulan Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai "varian yang menjadi perhatian," dengan alasan tingkat penularannya yang tinggi.
Salunke, mantan pejabat WHO yang menasihati pemerintah Maharashtra, mengatakan, dia memberi tahu beberapa pejabat kesehatan paling senior India pada awal Maret, berbicara melalui telepon kepada penasihat utama virus Corona Perdana Menteri Narendra Modi, V.K. Paul dan kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC), Sujeet Kumar Singh.
Dirinya mengatakan, bahwa dia memperingatkan Paul dan Singh bahwa virus itu menunjukkan tanda-tanda bermutasi di Amravati, bahwa penularannya meningkat dan meminta bantuan federal dalam mengurutkan lebih banyak sampel untuk menentukan bagaimana varian berperilaku.
"Meskipun petugas kesehatan masyarakat seperti saya memberi mereka peringatan keras, mereka tidak mengindahkannya," kata Salunke, seperti dilansir Reuters.
Paul membenarkan bahwa dia berbicara dengan Salunk. Tetapi, ia menggambarkan percakapan itu sebagai Salunke menyampaikan informasi semata, daripada mengeluarkan peringatan.
Dia menolak tuduhan Salunke bahwa dia tidak mengindahkan, dengan mengatakan dia meminta Institut Virologi Nasional India (NIV) mempelajari varian itu lebih dekat dan mengatakan kepada pemerintah negara bagian Maharashtra untuk mengintensifkan tanggapan yang ada terhadap virus tersebut.
"Pemerintah memperkuat studi sekuensing dan klinis-epidemiologis. Pemerintah secara intens, berulang kali, dari berbagai forum, menekankan perlunya penahanan menggunakan semua alat dengan lebih giat, dan mengoptimalkan pengujian," ucap Paul.
Meskipun Salunke menandai masalah tersebut, dan peringatan lebih lanjut pada awal Maret dari forum penasihat ilmiah bahwa varian baru sedang berlangsung di negara itu, pemerintah federal mengizinkan rapat umum pemilihan, festival keagamaan dan pertemuan massal lainnya untuk dilanjutkan, dan gagal untuk mengambil tindakan untuk menghentikan penyebaran virus.
Dalam 80 hari, varian tersebut berpindah dari Amravati ke lusinan negara di seluruh dunia, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura. Kondisi ini menghadirkan kemunduran bagi upaya global untuk mengatasi penyakit tersebut.
Tidak mungkin untuk mengatakan dengan tepat berapa banyak infeksi di setiap negara yang disebabkan oleh varian baru, karena sangat sedikit sampel dari tes positif yang telah diurutkan. Pihak berwenang AS memperkirakan pekan lalu bahwa varian tersebut menyumbang 6% dari infeksi virus corona di sana.
Di India, peningkatan dramatis dalam jumlah infeksi dari April dan seterusnya, sebagian didorong oleh varian baru, membanjiri sistem kesehatan negara itu, menyebabkan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen dan menyebabkan krematorium dan kuburan meluap. Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, mengatakan pada Mei bahwa varian itu diidentifikasi pada sekitar 20% sampel di negara yang telah diurutkan.
(esn)