Siswa 7 Tahun di AS Disuguhi Video Masturbasi sebagai Pendidikan
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Para orangtua siswa di sebuah sekolah swasta di Amerika Serikat (AS) marah karena anak-anak mereka yang berusia tujuh tahun disuguhi video masturbasi sebagai bagian dari pendidikan.
Kejadian itu terjadi di Columbia Grammar and Preparatory School, New York City. Itu merupakan sekolah elite mahal dengan biaya USD 55.210 atau lebih dari Rp789 juta per siswa per tahun. Sedangkan materi itu diajarkan olehJustine Ang Fonte, direktur kesehatan dan kebugaran diDalton School dekat sekolah tersebut.
Murid-murid di sekolah itu diperlihatkan video klip tentang masturbasi dan diajarkan agar tidak membiarkan orang dewasa menyentuh mereka tanpa persetujuan mereka.
Video masturbasi yang dijadikan tontonan para murid itu adalah video serial animasi AMAZE.
Salah satu video memperlihatkan seorang tokoh kartun anak laki-laki bertanya tentang ereksi dan seorang tokoh gadis kecil berbicara tentang menyentuh dirinya di bak mandi sebelum orang dewasa menjawab pertanyaan mereka.
Guru di sekolah juga mendapat kecaman karena pendekatan mereka dalam mengajar anak-anak tentang persetujuan.
Mengutip laporan New York Post, Senin (31/5/2021), para murid telah diberitahu untuk tidak membiarkan orangtua dan kakek-nenek mereka menyentuh mereka tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Saya membayar (lebih dari) USD50.000 untuk memberi tahu anak saya agar tidak membiarkan kakeknya memeluknya ketika dia melihatnya?," keluh seorang Ibu, yang anaknya mendapat pendidikan di sekolah tersebut, kepada New York Post.
Ibu siswa lainnya mengatakan para orangtua sangat marah dan merasa ngeri mengetahui hal itu ditunjukkan kepada anak-anak enam dan tujuh tahun tanpa sepengetahuan atau persetujuan orangtua.
Guru di sekolah itu mengatakan bahwa kata "masturbasi" tidak secara eksplisit digunakan dalam video tersebut dan bahwa kelas dimaksudkan untuk membantu siswa belajar tentang tubuh dan jenis kelamin mereka.
Video menampilkan seorang tokoh kartun anak laki-laki bertanya: "Hei, kenapa kadang-kadang penis saya membesar dan menunjuk ke udara?”.
Ketika seorang tokoh kartun orang dewasa menjelaskan apa itu ereksi, anak laki-laki itu mengangguk dan berkata: "Kadang-kadang saya menyentuh penis saya karena rasanya enak."
Seorang tokoh kartun gadis kecil dalam video kemudian berkata: "Kadang-kadang, saat saya di kamar mandi atau saat Ibu menidurkan saya, saya juga suka menyentuh vulva saya."
Pihak sekolah telah mengonfirmasi penggunaan video dalam pengajaran tersebut."Sebagai bagian dari kurikulum kesehatan Dalton [School] yang komprehensif untuk siswa, pelajaran tentang gender dan tubuh mencakup dua video berbasis bukti dan sesuai usia yang disetujui untuk siswa empat tahun ke atas," kata pihak sekolah melalui juru bicaranya.
"Video ini sejalan dengan metodologi dan standar yang diakui secara nasional," lanjut pihak sekolah.
"Kami secara konsisten meninjau kurikulum kesehatan kami, memastikan bahwa isinya sesuai dengan perkembangan dan, jika perlu, kami menyesuaikan kurikulum kami dengan sesuai."
"Kami akan terus mendengarkan masukan orangtua dengan cermat, menanggapi kekhawatiran komunitas dengan cermat, dan mengembangkan pelajaran yang menjadi kepentingan terbaik siswa kami, menghormati nilai-nilai komunitas kami, dan sesuai dengan praktik terbaik," imbuh pihak sekolah.
Kejadian itu terjadi di Columbia Grammar and Preparatory School, New York City. Itu merupakan sekolah elite mahal dengan biaya USD 55.210 atau lebih dari Rp789 juta per siswa per tahun. Sedangkan materi itu diajarkan olehJustine Ang Fonte, direktur kesehatan dan kebugaran diDalton School dekat sekolah tersebut.
Murid-murid di sekolah itu diperlihatkan video klip tentang masturbasi dan diajarkan agar tidak membiarkan orang dewasa menyentuh mereka tanpa persetujuan mereka.
Video masturbasi yang dijadikan tontonan para murid itu adalah video serial animasi AMAZE.
Salah satu video memperlihatkan seorang tokoh kartun anak laki-laki bertanya tentang ereksi dan seorang tokoh gadis kecil berbicara tentang menyentuh dirinya di bak mandi sebelum orang dewasa menjawab pertanyaan mereka.
Guru di sekolah juga mendapat kecaman karena pendekatan mereka dalam mengajar anak-anak tentang persetujuan.
Mengutip laporan New York Post, Senin (31/5/2021), para murid telah diberitahu untuk tidak membiarkan orangtua dan kakek-nenek mereka menyentuh mereka tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Saya membayar (lebih dari) USD50.000 untuk memberi tahu anak saya agar tidak membiarkan kakeknya memeluknya ketika dia melihatnya?," keluh seorang Ibu, yang anaknya mendapat pendidikan di sekolah tersebut, kepada New York Post.
Ibu siswa lainnya mengatakan para orangtua sangat marah dan merasa ngeri mengetahui hal itu ditunjukkan kepada anak-anak enam dan tujuh tahun tanpa sepengetahuan atau persetujuan orangtua.
Guru di sekolah itu mengatakan bahwa kata "masturbasi" tidak secara eksplisit digunakan dalam video tersebut dan bahwa kelas dimaksudkan untuk membantu siswa belajar tentang tubuh dan jenis kelamin mereka.
Video menampilkan seorang tokoh kartun anak laki-laki bertanya: "Hei, kenapa kadang-kadang penis saya membesar dan menunjuk ke udara?”.
Ketika seorang tokoh kartun orang dewasa menjelaskan apa itu ereksi, anak laki-laki itu mengangguk dan berkata: "Kadang-kadang saya menyentuh penis saya karena rasanya enak."
Seorang tokoh kartun gadis kecil dalam video kemudian berkata: "Kadang-kadang, saat saya di kamar mandi atau saat Ibu menidurkan saya, saya juga suka menyentuh vulva saya."
Pihak sekolah telah mengonfirmasi penggunaan video dalam pengajaran tersebut."Sebagai bagian dari kurikulum kesehatan Dalton [School] yang komprehensif untuk siswa, pelajaran tentang gender dan tubuh mencakup dua video berbasis bukti dan sesuai usia yang disetujui untuk siswa empat tahun ke atas," kata pihak sekolah melalui juru bicaranya.
"Video ini sejalan dengan metodologi dan standar yang diakui secara nasional," lanjut pihak sekolah.
"Kami secara konsisten meninjau kurikulum kesehatan kami, memastikan bahwa isinya sesuai dengan perkembangan dan, jika perlu, kami menyesuaikan kurikulum kami dengan sesuai."
"Kami akan terus mendengarkan masukan orangtua dengan cermat, menanggapi kekhawatiran komunitas dengan cermat, dan mengembangkan pelajaran yang menjadi kepentingan terbaik siswa kami, menghormati nilai-nilai komunitas kami, dan sesuai dengan praktik terbaik," imbuh pihak sekolah.
(min)