Turki Rilis Drone Baru setelah Didepak dari Program F-35
loading...
A
A
A
ANKARA - Industri Pertahanan Turki mengumumkan mereka telah bekerja untuk mengembangkan Pesawat Tempur Tak Berawak (UCAV) baru setelah Turki dikeluarkan dari proyek F-35 oleh Amerika Serikat (AS) setelah pembelian sistem pertahanan udara Rusia.
Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir mengatakan mereka telah berkolaborasi dengan perusahaan pertahanan Turki Baykar Defense dalam mengembangkan UCAV, TB-3 Bayraktar, di Anjungan Helikopter Pendarat (LHD) Anadolu Turki di masa depan, dibandingkan pesawat F-35B.
“Saya kira Anda bertanya-tanya tentang drone TB-3. Kami cukup yakin bahwa proyek ini akan berkontribusi pada kekuatan Angkatan Laut Turki, dan proyek tersebut tidak akan berlangsung lama. TB-3 tidak akan menjadi pesawat pendaratan vertikal; itu akan mendarat dan lepas landas seperti pesawat lainnya yang beroperasi di kapal induk," papar Bayraktar.
Dia menambahkan, TB-3 UCAV akan mengusung sistem elektro-optik CATS (Common Aperture Targeting System).
AS mendepak Turki dari program kemitraan jet tempur F-35 pada Juli 2019 setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
Tindakan AS itu dianggap sangat merusak hubungan antara dua negara aliansi NATO.
Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir mengatakan mereka telah berkolaborasi dengan perusahaan pertahanan Turki Baykar Defense dalam mengembangkan UCAV, TB-3 Bayraktar, di Anjungan Helikopter Pendarat (LHD) Anadolu Turki di masa depan, dibandingkan pesawat F-35B.
“Saya kira Anda bertanya-tanya tentang drone TB-3. Kami cukup yakin bahwa proyek ini akan berkontribusi pada kekuatan Angkatan Laut Turki, dan proyek tersebut tidak akan berlangsung lama. TB-3 tidak akan menjadi pesawat pendaratan vertikal; itu akan mendarat dan lepas landas seperti pesawat lainnya yang beroperasi di kapal induk," papar Bayraktar.
Dia menambahkan, TB-3 UCAV akan mengusung sistem elektro-optik CATS (Common Aperture Targeting System).
AS mendepak Turki dari program kemitraan jet tempur F-35 pada Juli 2019 setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
Tindakan AS itu dianggap sangat merusak hubungan antara dua negara aliansi NATO.
(sya)